Bab 10 Rasa Sakit
Bab 10 Rasa Sakit
Cleo masuk kedalam mobil yang pintunya dibuka oleh Matt. Dia bergeser, untuk duduk disamping Matt. Matt juga masuk dan langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang dimalam itu.
"Kringg kringg kringg" bunyi telepon selular Matt berdering beberapa kali. Matt yang sedang menyetir berusaha mencari letak teleponnya itu.
Dia meraba kursi bagian belakang, saat tangannya sampai ke benda yang bergetar itu, tanpa sengaja telepon itu malah jatuh ke kolong bangku belakang mobil.
Matt memukul setir mobilnya sambil berteriak kencang. Dia merasa kesal karena tak berhasil mengambil teleponnya itu. Aku sangat kaget melihat sikap kasar Matt itu. Selama ini ia tak pernah terlihat marah seperti itu, bahkan hanya karena masalah kecil seperti ini.
Matt mencoba kembali mengambil teleponnya yang jatuh di bangku belakang mobil tadi. Dengan bersusah payah, dia coba kembali mengambil telepon itu. Tentu saja masih dengan posisi tangan satunya memegang setir mobil.
Lalu tiba-tiba," Tiiinnnn tinnnn tiinnn." Suara klakson truk besar didepan mobil Matt memecah suasana hening malam itu. Aku menutup wajahku memakai kedua tanganku. Matt membanting setirnya ke kanan jalan.
Aku membuka mataku dan menurunkan dua telapak tanganku di wajah. Aku melihat Matt kaget, di dahinya banyak menetes peluh yang bercucuran. Dia baru saja lolos dari maut. Karena kecerobohannya dia hampir saja mati tertabrak truk tadi.
Untung saja dia cepat mengambil keputusan untuk membelokkan mobilnya ke kanan jalan. Di kanan jalan itu juga untungnya tak ada jurang atau pohon besar. Dia benar-benar sangat beruntung kali ini.
Selesai dia mengambil nafas, dia menengok kearah bangku belakang mobil dan kembali mengambil teleponnya yang masih saja berdering dari tadi.
Dia mengangkat telepon itu dengan cepat, "Ya Hallo sayang."
"Kenapa kau lama sekali mengangkat teleponku sedang dimana kau sayang?"
"Aku masih dijalan. Aku baru saja keluar dari Rumah Sakit sialan itu."
"Kenapa lama sekali di Rumah Sakitnya? Apa yang kau lakukan?"
"Aku harus merayu wanita tua itu dulu untuk pergi meninggalkan Cleo disana. Aku masih harus tetap berakting sempurna didalam keluarga itu."
"Kalau begitu cepatlah datang, aku sudah sangat merindukanmu sayang."
"Baiklah, kau bersabarlah dulu. Aku hampir saja mati tertabrak truk tadi."
"Kenapa bisa begitu sayang? Kumohon berhati-hatilah."
"Ya aku juga sudah berhati-hati. Tadi aku ingin mengambil teleponku yang berdering terus karena kau meneleponku. Aku tahu itu kau sayang, aku berusaha menyetir sambil mengangkat telepon. Karena aku tahu, kalau aku tak segera mengangkat telepon darimu kau pasti akan marah padaku."
"Maafkan aku sayang, ya sudah akan kumatikan telepon ini sekarang. Agar kau bisa segera tiba ke apartemenku. Rinduku sudah benar-benar tak bisa terbendung lagi. Aku sangat menantikan kedatanganmu sayang."
"Baiklah tunggu aku sebentar lagi aku akan tiba di apartemenmu. Bersabarlah sebentar, peluk ciumku untukmu sayang."
Matt mematikan teleponnya sambil tersenyum manis. Senyum yang sama seperti yang sering Helios tunjukkan padaku.
"Sayang?" batinku.
Aku kaget bercampur bingung mendengar pembicaraan Matt dengan seorang wanita di telepon tadi. Siapa wanita yang ia sebut sayang tadi? Bukankah aku adalah calon istrinya? Aku juga sedang terbaring tak berdaya di atas ranjang Rumah Sakit.
Lalu siapa wanita itu? Wanita yang ia panggil sayang? Wanita yang sangat ia rindukan? Wanita yang Matt takut akan marah jika teleponnya tidak segeta diangkat.
Apa Matt selingkuh di belakangku? Apa dia bermain api dengan wanita lain dibelakangku? Aku menangis melihat kenyataan pahit yang hadir didepan mataku kali ini.
Mungkin Tuhan menjadikanku roh bergentayangan adalah untuk melihat sifat asli Matt sesunguhnya. Benar perasaan ibu selama ini, ibu benar tentang Matt. Matt bukanlah jodoh yang baik untukku.
Begitu juga Helios, perasaannya tentang Matt juga benar. Kurasa hanya aku saja disini yang bodoh dan tak bisa merasakan kejahatan Matt padaku.
Apa perasaanku telah dibutakan oleh cinta yang sebegitu dalamnya kepada sosok Matt. Hingga aku tak mengetahui dan tak pernah berpikir kalau Matt akan berbuat sekejam ini dibelakangku.
Aku tak siap menerima banyak kenyataan pahit datang padaku secara bertubi-tubi begini. Aku ingin keluar dari mobil Matt dan pergi menemui Helios. Tapi aku tak bisa membuka pintu mobil Matt ini. Lalu apa yang harus kulakukan sekarang?
Saat aku sedang bingung, aku melihat Matt menyisir rambutnya rapi sambil berkaca didalam mobilnya. Dia sangat bahagia sekali saat ingin menemui selingkuhannya yang ia sebut sayang tadi.
Matt merapikan bajunya yang sempat kusut karena kecelakaan kecil tadi. Lalu ia kembali menjalankan mobilnya kembali kearah apartemen milik wanita yang menghubunginya tadi.
Aku tak bisa berbuat apapun selain diam dan tetap ikut bersama Matt. Walau sebenarnya aku sudah tak kuat, tapi aku tak bisa keluar dari mobil Matt sebelum ia membuka sendiri pintu mobilnya itu.
Apartemen yang mereka maksud sudah berada didepan mata, Matt segera memundurkan kendaraannya kearah samping apartemen.
Sekali lagi, dia mengaca dan melihat penampilannya yang sangat sempurna malam ini. Dia tambahkan penampilannya dengan menyemprotkan parfum beraroma musky favoritku.
Dia membuka pintu mobil dan aku segera berlari duluan keluar. Aku takut tertinggal didalam mobil dan tak bisa melihat wanita selingkuhan Matt itu.
Matt mengunci mobilnya dan berjalan lurus kearah apartemen minimalis didepan matanya. Langkahnya berhenti untuk memencet bel apartemen tersebut.
Ting tong ting tong
Dari arah dalam apartemen terdengar langkah kaki seorang wanita yang mulai mendekati pintu dan perlahan membukanya.
"Sayang, kau sudah datang rupanya."
Wanita itu langsung mengalungkan tangannya dileher Matt, lalu ia mengecup pipi Matt manja. Matt menggendong wanita itu dalam pelukannya dan ia langsung mengulum bibir wanita yang ada didepannya itu.
Sedangkan aku? Aku hanya bisa diam membisu. Aku membisu, setelah melihat siapa wanita yang berada didepan Matt itu.
Apa aku salah lihat? Atau aku salah mendengar suara wanita tadi?
Matt kembali keluar dan bergegas ingin menutup pintu depan apartemen. Aku berlari masuk, sebelum Matt kembali menutup pintu itu.
Aku ingin masuk hanya untuk memastikan apa yang kulihat tadi itu benar atau salah. Aku sekilas melihat perempuan itu adalah Lusy sahabatku.
Matt menutup pintu depan dan kembali ke pelukan wanitanya yang sudah berada diatas sofa ruang tamu. Mereka melanjutkan kembali adegan panas mereka tadi.
Lusy, itu benar dirimu. Saat ini, kau sedang bercumbu mesra bersama calon suamiku, sahabatmu. Apa aku sedang bermimpi melihat kalian berdua bermesraan didepanku?
Aku yang calon istrinya saja belum pernah melakukan hal seperti itu dengan Matt. Tapi kau, kau yang katanya sahabat baikku. Kini kau sedang berselingkuh dan bercumbu dengan calon suamiku didepan mataku.
Yang lebih teganya lagi, kalian melakukan ini saat aku sedang berjuang antara hidup dan mati dirumah sakit. Kalian sungguh tega, melakukan hal sekeji ini dibelakangku. Aku menangis tersedu-sedu.
Aku naik ke lantai atas apartemen ini dan keluar menuju arah balkon, karena pintu disana terbuka. Aku menangis sesenggukan disana. Tanpa sadar, aku memanggil nama Helios berkali-kali, "Helios, Helios, Helios aku membutuhkanmu Helios."
Helios hadir disampingku, saat aku memanggil namanya tadi. Aku langsung memeluk erat Helios dan menangis pilu didadanya.
Helios menutup mataku dengan tangannya. Dia kembali membawaku pergi ke kebun bunga krisan tempat favoritku. Disana aku tetap tak melepaskan pelukanku kepada Helios. Semakin erat aku memeluknya. Tangisku pun semakin deras didadanya.
Helios diam, menungguku menangis dan bicara. Tangan Helios yang satu juga mendekap erat tubuhku. Sedangkan tangan lainnya membelai kepalaku dengan sangat nyaman.
Lama kami dalam posisi nyaman seperti ini. Rasanya aku tak bisa untuk bicara, bercerita ataupun melepas dekapan Helios saat ini. Yang kubutuhkan saat ini hanya dada Helios. Disana aku bisa dengan nyaman menangis dan menumpahkan semua rasa sakitku yang terpendam.
_____Bersambung___