Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 11 Kecewa

Bab 11 Kecewa

Helios membawaku kembali ke kebun bunga krisan favoritku. Disana aku masih memeluk erat Helios dan menangis tersedu didadanya. Helios diam menungguku menangis. Dia membelai rambutku dengan lembut.

"Helios, dadaku terasa sesak."

"Hentikan dulu tangisanmu, lalu cobalah ambil nafas dalam-dalam lalu hembuskan. Itu bisa membuat dadamu sedikit lega."

Aku melepaskan pelukanku dari Helios. Kuikuti apa yang Helios katakan. Kucoba mengambil nafas dalam-dalam lalu kuhembuskan. Kuulangi beberapa kali sampai kuyakin kalau dadaku benar-benar agak baikan.

"Bagaimana sekarang? Apa sudah lebih baik?"

"Entahlah, kurasa aku sesak bukan karena pernapasanku yang terganggu. Tapi Helios, bukankah aku seorang roh? Kenapa aku masih bisa merasakan kalau aku bisa bernafas?"

"Tentu saja bisa, kau masih setengah manusia. Kau belum mati sepenuhnya. Jadi kau masih bisa merasakan nafasmu. Kalau sudah sepertiku baru, kau tidak akan tahu lagi seperti apa rasanya bernafas."

"Oh seperti itu. Mungkin karena hal ini juga aku merasa sesak Helios. Sesak bukan karena nafasku yang tersumbat. Aku sesak seperti didalam dadaku ada dua buah batu besar yang menghimpitnya. Rasanya sakit sekali dibohongi dan dikhianati seperti ini. Rasa sakitnya teramat parah, hingga aku merasa sesak dan ingin mati saja rasanya."

"Jangan bicara seperti itu Cleo, bukankah kau sedang berjuang untuk hidup lagi. Kenapa sekarang kau malah bilang ingin mati? Kemana semangatmu yang kuat? Yang selama ini selalu berjuang untuk kembali kedalam tubuhmu. Apa kau sudah melupakannya?"

Aku mengeluarkan jam pasir yang Hansen berikan kepadaku. Kulihat pasir yang ada diatasnya telah jatuh sedikit kebawah. Dibawah ada ukuran pasir berbentuk angka. Sekarang pasir yang jatuh dibawah itu sudah menunjukkan waktu sembilan puluh lima. Itu artinya, waktuku untuk berjuang masuk kedalam tubuhku hanya tinggal sembilan puluh lima hari lagi.

Aku tak menyangka, jika sudah selama itu aku tak sadarkan diri dan menjadi roh. "Lalu apa mungkin aku bisa kembali lagi kedalam tubuhku dalam waktu kurang dari sembilan puluh lima hari itu?" batinku bergejolak.

"Entahlah Helios, kurasa semangatku sudah padam. Aku tak lagi memiliki semangat hidup seperti kemarin. Aku sudah pasrah, waktuku saja sudah terbuang percuma lima hari ini," kataku sambil memperlihatkan jam pasir kepada Helios.

"Kenapa pasrah? Waktumu masih teramat panjang Cleo. Lima hari itu, baru sebentar. Apa kau tidak bersemangat karena melihat Matt berselingkuh?"

Aku menatap wajah Helios yang tampan. Aku menelusuri setiap garis wajahnya yang tegas yang sedang serius menatap kearahku, "Ya Helios, itu salah satu alasanku tidak bersemangat untuk hidup kembali."

"Kenapa? Kenapa kau hanya memikirkan Matt? Apa kau tidak memikirkan Ayahmu yang sudah tua? Ibumu yang sangat menyayangimu? Sahabatmu Kia yang sangat merindukanmu? Juga semua orang-orang yang sangat mencintai dan menyayangimu? Apa kau tidak memikirkan mereka semua yang pasti akan sangat sedih dan kecewa jika kau mati?"

Helios melayangkan pertanyaannya kepadaku secara bertubi-tubi. Semua yang ia katakan itu benar. Apa aku akan menyerah dalam hidupku, hanya untuk orang bodoh seperti Matt? Lalu tidak memikirkan semua orang yang menyayangiku. Aku menunduk dan kembali lagi menitikkan air mataku.

"Jawab aku Cleo," Tangan Helios memegang pundakku. Tangan satunya, meraih daguku dan mendongakkan kepalaku ke arah wajahnya.

"A-aku tak tahu Helios, aku masih terlalu syok melihat sebuah kenyataan pahit yang selama ini tersembunyi dengan rapi di belakangku. Aku belum bisa berpikir jernih lagi tentang yang lain. Hatiku masih terlalu sakit dan sesak melihat Matt dan Lucy bermain dibelakangku.

Aku yang memang cengeng kembali tertunduk dan menangis tersedu-sedu. Lalu Helios dengan wajahnya yang tampak mengkhawatirkanku kembali membawaku dalam dekapannya.

Didadanya, ya didada Helios yang bidang dan hangat. Kutumpahkan lagi semua airmataku dan rasa sakitku. Aku merasa benar-benar nyaman disana. Aku seperti menemukan oase di padang gurun yang gersang. Aku mengangkat tanganku lalu aku juga merekatkan peganganku ke tubuh Helios. Aku memeluk erat Helios, sangat erat hingga aku menganggap Helios adalah Matt.

Matt yang sangat kurindukan. Yang sangat kucintai, yang walaupun aku sudah dikhianati dan disakiti olehnya tapi tetap saja aku tak pernah berhenti untuk mencintainya.

Lama, kami berada dalam posisi sedekat ini. Mungkin lebih dari semalaman aku dan Helios bersama dan berpelukan. Aku menumpahkan semua rasa sakit dan rasa kecewaku terhadap Matt didada Helios.

Sampai akhirnya pagi menjelang, matahari mulai menunjukkan sinarnya walau malu-malu. Aku masih duduk terdiam bertumpu dan bersandar di punggung Helios. Mataku sampai bengkak, karena semalaman aku menangis tiada henti.

"Cleo, ayo kita kembali ke Rumah Sakit."

"Untuk apa Helios?"

"Untuk menjaga tubuhmu yang sendirian didalam kamar."

"Tidak, aku tidak mau kembali lagi kesana."

"Kenapa? Aku khawatir dengan tubuhmu di sana. Bagaimana kalau sesuatu terjadi pada tubuhmu?"

"Biarlah Helios. Aku tak peduli lagi."

"Aku masih peduli. Aku masih ingin kau untuk hidup. Ayo kita segera pergi, ini sudah pagi juga."

Helios menarik lenganku dan memaksaku untuk ikut dengannya. Dia menutup mataku memakai tangannya kembali, lalu kembali aku merasakan pusaran aneh dan getaran yang aneh disekelilingku. Dalam hitungan detik, kami sudah kembali ke ruang perawatanku.

Aku membuka mataku, kulihat tubuhku yang masih berbaring lemah diatas ranjang. Masih dengan kondisi yang sama dan dengan beberapa selang yang masih menempel ditangan dan mulutku.

Ada yang membuka pintu kamar perawatanku, orang itu masuk kedalam ruanganku dan melihat keadaanku. Setelahnya ia duduk di sofa pojok kamarku dan berpura-pura tertidur disana.

Aku melihatnya dengan penuh kebencian begitu juga dengan Helios yang menatapnya dengan tajam, "Sedang apa dia kembali ke sini lagi Helios?"

"Entahlah kita lihat saja dia sedang apa."

Baru saja aku dan Helios membicarakannya tiba-tiba dari arah pintu masuk datang kedua orangtuaku," Ayah ibu, mereka datang Helios."

"Ya kurasa aku sudah tahu alasan kenapa Matt segera kembali ke ruanganmu pagi ini dan berpura-pura tertidur pulas disana."

"Apa karena kedua orang tuaku datang?"

"Sepertinya begitu. Coba kita lihat saja apa permainannya kali ini."

Ayahku langsung menuju ranjangku. Beliau mencium keningku dan memegang tanganku dengan erat. Sedangkan ibu melihat Matt tertidur disofa. Beliau menghampiri Matt dan membangunkannya.

"Matt bangun Matt, ini sudah pagi."

Matt menggeliat dan melihat ibu dia langsung berdiri dan menyalami tangan ibu, "Bu, anda sudah kembali? Maafkan aku, karena aku ketiduran saat menjaga Cleo Bu."

"Tidak apa Matt, kau pulang dan beristirahatlah. Kami sudah ada disini untuk menggantikanmu. Terima kasih banyak Matt, karena kau telah menjaga Cleo semalaman."

"Tidak apa Bu, itu sudah tugasku. Sebagai tunangan Cleo sudah sepantasnya aku menjaga Cleo dengan baik."

Aku mulai muak dengan tingkah dan kebohongan Matt yang sangat licik itu, " Hai Matt tak kusangka kau selicik itu!" teriakku dihadapan wajah Matt.

"Ibu jangan berterimakasih padanya! Dia berbohong bu! Dia tak menjagaku semalaman! Dia pergi dengan selingkuhannya semalam!" aku juga berteriak dihadapan ibu.

Helios menarik tubuhku kearahnya, "Cleo tenanglah. Mereka tak bisa mendengarmu. Percuma saja kau berteriak-teriak di hadapan mereka!"

Aku diam dan melihat Matt dengan penuh kebencian. Rasanya aku ingin memukul Matt dengan sekuat tenagaku. Tapi sayang aku tak bisa menyentuhnya. Gemas rasanya jika melihat kejahatan seseorang, tapi kita tak bisa membongkar kejahatan orang itu.

"Baik Bu, Ayah saya pamit pulang dulu. Nanti malam saya akan kembali menjaga Cleo."

"Tak perlu Matt. Hari ini, aku dan Ayah Cleo akan menjaga Cleo bergantian hingga esok pagi. Kau tak perlu kembali kesini." sahut ibu.

"Ibu aku setuju denganmu. Aku tak sudi dijaga oleh pengkhianat seperti dia!" aku kembali berteriak didalam ruangan itu.

"Baiklah kalau begitu bu."

Matt pergi dari dalam ruanganku. Dia keluar dari dalam kamar dan menjauh dari ruanganku. Ayah juga pamit bekerja kepada ibu.

"Ibu, ayah juga pamit kerja. Nanti malam Ayah kembali untuk menjaga Cleo. Kau jangan lupa istirahat dan makan tepat waktu sayang. Tubuhmu harus kuat untuk menjaga Cleo anak kita."

Ayah mengecup kening ibu lama, lalu Ayah memeluk ibu dan ibu mengantar Ayah sampai didepan pintu kamarku.

____Bersambung___

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel