Bab 6 Masa Lalu Helios
Bab 6 Masa Lalu Helios
Setelah lama menunggu Dokter akhirnya tiba di depan seluruh anggota keluargaku. Dia menjelaskan, operasi telah berjalan dengan lancar. "Yang mana keluarga Nona Cleo?" tanya Dokter.
"Kami orangtua Cleo Dokter," sahut ayah.
"Oke Pak, operasi Nona Cleo sudah berjalan dengan lancar. Tetapi kondisinya kini masih belum sadarkan diri juga. Kita akan melihat perkembangannya dalam dua puluh empat jam kedepan. Kalau operasi yang kami jalankan ini berhasil dia akan sadar dalam waktu itu. Tapi kalau dalam waktu itu dia belum sadarkan diri juga, mungkin dia akan koma untuk sementara waktu," jelas Dokter.
"Jadi kemungkinan untuk sadar dan tidaknya putri kami itu berapa persen Dokter?" Ayah masih bertanya.
"Kira-kira lima puluh persen pak. Banyak berdoa saja kepada Tuhan, agar ia segera sadar."
"Baik Dokter terimakasih untuk pemberitahuannya."
"Sudah menjadi tugas kami Pak. Kami juga sudah melakukan semua hal yang kami bisa. Semoga Nona Cleo bisa segera sadar. Satu lagi, Nona Cleo akan dipindahkan ke ruang perawatan dan bisa dijenguk kira-kira dua jam lagi. Tapi ingat, kalian harus menjenguknya secara bergantian satu persatu," Dokter kembali menjelaskan.
"Baik Dokter kami mengerti," kali ini ibu yang menjawab.
"Kalau begitu sekarang saya permisi dulu. Jika ada hal yang ingin ditanyakan kepada saya, bisa langsung ke ruangan saya."
"Terimakasih Dokter."
Dokter itu pun pergi meninggalkan orang-orang yang menungguku di depan ruang operasi. Aku sudah tak mau lagi melihat diriku sendiri yang terbujur lemah tak berdaya diatas ranjang Rumah Sakit itu.
Aku berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit. Helios masih dengan setia mengikuti dibelakangku. "Kau mau pergi kemana Cleo?" tanya Helios.
"Aku ingin pergi ke taman. Aku muak dengan aroma Rumah Sakit ini. Terlebih lagi aku tidak suka melihat diriku yang lemah terbujur tak berdaya disana. Aku ingin menghirup udara dini hari yang sejuk di taman," jelasku.
Sampai di taman, aku dan Helios hanya duduk dan berdiam diri saja. Tak ada obrolan apapun diantara kami berdua. Aku menangis lagi, airmataku yang tadi terasa kering kini telah kembali menetes di pipiku. "Helios, tolong aku."
"Apa yang bisa kulakukan untuk menolongmu Cleo?"
"Entahlah, aku juga tidak tahu! Tapi kau kan malaikat maut setidaknya kau bisa membantuku untuk lolos dari kematian ini!"
"Aku hanya malaikat maut Cleo. Bukan Tuhan, tugasku hanya mencabut nyawa orang-orang yang sudah tertulis di buku kematian. Bukan memutuskan untuk mencabut atau menyelamatkan nyawa seseorang. Aku tak punya hak sama sekali dalam permainan hidup dan mati seseorang Cleo."
"Lalu sekarang aku harus apa? Aku takut akan kematian Helios. Aku takut kalau kematianku akan datang secepat ini. Kalau ternyata aku tidak bisa kembali dalam tubuhku secepatnya aku takut kalau aku benar-benar akan mati dan arwahku akan seterusnya penasaran dan berkeliaran di dunia ini."
"Kau tak perlu takut akan kematian Cleo. Setiap makhluk yang hidup dan bernyawa pasti ditakdirkan untuk mati. Meskipun kita juga tak tahu kematian itu kapan akan mendatangi kita. Bisa hari ini, esok atau lusa. Hanya waktunya saja yang berbeda.
"Tapi kalau untuk saat ini aku benar-benar belum siap Helios. Masih banyak hal yang belum kulakukan untuk membuat kedua orangtuaku bahagia. Aku selalu saja menyusahkan mereka dan membuat mereka sedih. Aku belum jadi anak yang berbakti untuk mereka. Aku pun belum bicara kalau aku sangat menyayangi mereka berdua."
"Bersabarlah, kau jalani saja takdir hidup yang telah Tuhan dan Semesta gariskan untukmu. Maafkan aku karena tidak bisa berbuat banyak selain memintamu untuk bersabar."
"Bagaimana kau pikir aku bisa bersabar Helios...!!! Harusnya hari ini aku bertunangan dengan Matt tunanganku. Bukan malah duduk di taman bersamamu!! Harusnya juga aku bersama kedua orangtuaku sedang bahagia menyambut pertunanganku yang jatuh pada hari ini. Bukan malah membuat mereka menangisiku di Rumah Sakit ini...!!! Sebenarnya aku ini apa Helios? Katamu aku belum ada di catatan buku kematianmu. Tapi kenapa roh ku bisa keluar seperti ini dalam tubuhku? Jika roh ku tidak sengaja terlempar dari jasadku, harusnya saat aku berusaha masuk kembali kedalam tubuhku bisa berhasil. Bukan malah terlempar dan kini roh ku menjadi berkeliaran tak jelas disini."
"Ya aku pun tak mengerti kau itu apa Cleo. Yang aku tahu dahulu aku juga pernah mengalami hal serupa seperti ini. Saat itu, aku bertemu dengan roh Aubrey yang keluar dari jasadnya sama sepertimu."
"Lalu apa yang terjadi padanya selanjutnya?"
"Yang terjadi selanjutnya adalah roh Aubrey tertukar dengan roh Putri Chiara. Lalu mereka hidup dan menjalani kehidupan mereka masing-masing dengan roh mereka yang tertukar."
"Roh yang tertukar? Apa mungkin bisa roh tertukar saat memasuki jasad seseorang?"
"Entahlah, tapi saat kasus Aubrey dan Chiara hal itu benar terjadi."
"Lalu sampai kapan roh mereka tertukar?"
"Sampai mereka berhasil menjalankan tugas dan keinginan yang belum mereka capai saat roh mereka masih menjadi satu dengan raga masing-masing."
"Tugas dan keinginan apa yang mereka jalankan hingga roh mereka bisa saling tertukar begitu?"
"Aubrey akan membalaskan kematian kedua orangtuanya sedangkan Chiara dia pergi untuk bersembunyi karena ia akan dijodohkan oleh pangeran yang jahat dari negerinya itu.
"Jadi menurutmu takdir dan Tuhan sengaja membuat roh ku terlepas dari tubuhku karena ada hal yang harus kuketahui? Dan juga ada tugas yang harus kujalankan?"
"Aku juga tidak tahu pastinya Cleo. Tapi sepertinya begitu, tidak ada sebab jika tidak ada akibat. Tuhan pasti punya rencana indah yang hebat untuk dirimu. Kau tunggu saja semua permainan dari takdir ini."
"Tapi bagaimana kalau kisahku berbeda dengan Aubrey dan Chiara? Bagaimana kalau aku selamanya tak bisa kembali ke dalam jasadku lagi?"
"Kalau itu terjadi berarti kau memang harus bersabar Cleo. Kau sama sepertiku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain hanya menunggu."
"Helios, kau janji ya jangan pergi meninggalkan aku sendiri selama aku sendiri belum mengerti apa yang akan terjadi kepadaku ke depannya."
"Aku tidak bisa berjanji Cleo. Aku juga sama sepertimu hanya roh biasa. Aku dijadikan malaikat maut karena alasan tertentu."
"Alasan apa Helios?"
"Aku sendiri pun tak mengerti alasannya. Yang kudengar dari para sahabat dan juga pimpinanku adalah kami para malaikat maut sebenarnya hanya roh biasa seperti manusia pada umumnya. Tapi kami secara sukarela mengajukan diri sebagai malaikat maut untuk memenuhi impian terakhir yang belum kami capai."
"Mengajukan diri?"
"Ya seperti pekerja begitu, kami dibayar dengan hal yang paling kami inginkan saat hidup dan belum sempat tercapai saat kami mati."
"Memang hal apa yang kau inginkan Helios? Sampai kau rela bekerja secara sukarela menjadi seorang malaikat maut?"
"Entahlah, aku tak ingat. Yang kutahu seluruh roh yang mengajukan diri menjadi malaikat maut pasti dihapus ingatannya. Hal ini bertujuan agar kelak ia benar-benar fokus mengurus tugasnya sebagai malaikat maut, tanpa harus terus-menerus memikirkan keinginan yang ingin mereka capai."
"Helios jika seperti itu bisakah aku juga mendaftar sebagai malaikat maut? Aku juga ingin mencapai satu keinginanku yang belum tercapai."
"Kau tak bisa menjadi malaikat maut Cleo, statusmu masih abu-abu. Antara hidup dan mati, roh atau manusia. Kau masih bisa bernafas meskipun dibantu oleh alat pernafasan dari dokter itu. Jantungmu juga masih berdetak ditubuhmu. Sudahlah jalani saja dulu semua keadaan yang ada."
"Oh begitu, kupikir aku bisa mendaftar sebagai malaikat maut. Kalau itu busa kulakukan aku pasti akan minta untuk hidup satu kali lagi dan menikah dengan Matt. Aku sangat mencintainya, aku juga akan membuat ayah ibuku selalu bahagia dikehidupan keduaku nanti."
"Kau ini, itu namanya banyak permintaan bukan satu."
"Satu dong, aku kan hanya minta untuk bisa hidup satu kali lagi Helios."
Helios tersenyum melihat tingkahku yang merengek padanya. Senyum Sang malaikat maut, bagiku amat sangat menawan. Untung saja hati ini sudah milik Matt, jadi aku takkan tergoda senyum tampan malaikat maut yang sedang berada didepanku ini.
____Bersambung___