Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5 Lepas Dan Tak Bisa Kembali

Bab 5 Lepas Dan Tak Bisa Kembali

Aku masih berdiri didekat kedua orang tuaku yang menangis. Helios juga ada disampingku, dia setia menemaniku disana. Tak lama kemudian Matt tunanganku datang, dia juga menangis dan terlihat sangat syok.

Aku berlari kearah Matt, aku ingin memeluknya erat. Tapi tidak bisa, lagi-lagi tubuhku menembus tubuh Matt. Aku sangat frustasi, kucoba bertanya kepada Matt tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi. Tapi sama seperti kedua orang tuaku Matt juga tak bisa mendengar suaraku. Aku merangsut turun menangis di atas lantai Rumah Sakit. Aku masih asing dengan semua keadaan baru yang terjadi kepadaku.

Helios mendekatiku, dia memapahku dan membantuku berdiri. Lalu Helios menuntunku duduk di kursi yang ada di depan kedua orang tuaku. Aku disini, melihat semua orang yang sangat mencintaiku. Pedih rasanya jika kita hanya bisa melihat mereka, tanpa bisa menyentuh ataupun berbicara kepada mereka. Disaat tangisku mulai reda, Dokter keluar dari ruang operasi.

"Dokter bagaimana keadaan anakku?" tanya ibu.

"Kami sedang berusaha bu, anda bersabarlah dan banyak berdoa. Semoga saja kami dapat segera menyelamatkan nyawa anak ibu," Dokter menjelaskan.

Setelah itu Dokter itu pergi dari hadapan kami. Aku memaksa masuk melewati pintu ruang operasi. Kupikir aku bisa menembus pintu itu dan masuk kedalam ruangannya. Tapi ternyata, tubuhku terpental dan terjatuh tak bisa masuk ke dalam pintu ruang operasi tersebut.

Aku terjatuh ke lantai dan merasakan sakit saat tadi terpental dari pintu itu. Helios kembali mendekati dan membantuku untuk berdiri. Dia tersenyum sangat manis, melihatku jatuh tadi.

"Cleo apa yang sedang kau lakukan sebenarnya?" tanya Helios.

"Aku sedang ingin menembus pintu itu Helios! Tapi tidak bisa. Kau kenapa tertawa begitu senang melihatku jatuh seperti ini!" Cleo berucap.

"Tubuhmu belum seutuhnya menjadi roh Cleo. Kalau kau tidak bersamaku, kau tidak akan bisa menembus apapun. Hanya aku yang bisa membawamu melewati sebuah benda," jelas Helios.

"Begitukah? Kenapa kau tidak bicara begitu padaku dari tadi? Sekarang tolong kau bantu aku masuk ke dalam ruangan operasi itu," pintaku.

"Kau tidak bertanya kepadaku, jadi aku juga tidak memberitahumu. Kalau sekarang kau memintaku untuk membantumu masuk ke dalam ruangan itu, baiklah ayo kita masuk," kata Helios.

Helios menggenggam tanganku. Lalu kami masuk kedalam ruangan itu. Di dalam sana, aku melihat ruangan yang putih itu penuh sesak dengan banyak dokter dan suster yang sedang mengelilingi satu tubuh.

Tubuh itu tampak tak asing lagi di mataku. Tubuh itu adalah tubuhku sendiri, aku bisa melihat tubuhku yang sedang tak sadarkan diri tertidur di atas ranjang Rumah Sakit. Aku juga bisa melihat banyak selang yang terpasang di tangan dan juga mulutku.

Aku melihat tubuh yang seakan tidak berdaya itu sedang di otak atik oleh banyak Dokter. Aku menangis tersedu, melihat keadaan tubuhku sendiri yang tidak berdaya didepan mataku. Lagi, aku merosot ke lantai ruangan operasi itu.

Bau obat menyengat dan suasana yang dingin kurasakan membuat diriku tampak lebih takut dengan Rumah Sakit ini. Sedari kecil, aku memang sudah takut kepada Rumah Sakit. Apalagi dengan Dokter aku akan lari jika melihatnya.

Tapi kini, diriku harus tinggal di Rumah Sakit yang kubenci itu. Dan aku harus melihat diriku di operasi dengan banyak alat di sekujur tubuhku. Aku takut, aku lelah. Aku ingin agar semua ini hanya mimpi buruk belaka. Aku ingin bangun dari tidurku dan mengakhiri mimpi buruk ini.

Tuhan, semoga kau mendengar doaku. Kembalikanlah aku ke kehidupanku yang sempurna dulu. Bangunkan aku dari tidur panjang yang membawaku ke dalam mimpi buruk berkepanjangan ini.

Helios kembali mengangkat tubuhku. Diseretnya aku ke samping ranjang tidurku itu. Lalu ia kembali berkata.

"Cleo, kau jangan begini terus. Bangkitlah, dan berusahalah untuk tegar menghadapi semua ini. Semua takdir yang terjadi padamu, sudah digariskan Tuhan untuk bisa kau lewati. Sekarang tinggal bagaimana saja kekuatanmu untuk menghadapi semua ini."

"Lalu apa yang harus kulakukan saat ini Helios? Katamu aku masih belum mati seutuhnya. Lalu kenapa roh ku ini masih berada di luar jasadku sampai saat ini?"

"Bersabarlah, namamu memang belum tercatat pada buku kematian malaikat manapun. Sepertinya kau memang masih ditakdirkan untuk hidup. Cobalah kita tunggu dulu sampai operasimu selesai. Berdoalah, agar kau bisa kembali kedalam tubuhmu saat operasi ini selesai," kembali Helios berpendapat.

"Baiklah, kalau begitu Helios. Aku akan coba menunggu sampai operasi ini selesai. Kuharap apa yang kau katakan itu benar adanya."

Aku dan Helios menunggu hingga operasiku berhasil di ruangan itu. Tapi aku lebih memilih untuk bersandar pada pintu masuk ruang operasi. Aku takut melihat sebuah operasi yang menyeramkan itu.

Sedangkan Helios, dia malah mendekat kearah para dokter dan menikmati proses operasi itu. Mungkin cita-citanya menjadi seorang Dokter kalau ia menjadi manusia.

Dua puluh menit kemudian, Dokter telah selesai melakukan operasi padaku. Helios mencoba mendekatiku di ujung pintu untuk memberitahukan itu.

"Cleo, operasi telah selesai dan berhasil."

"Lalu, apa sekaranglah waktu yang tepat untukku masuk dan kembali ke dalam tubuhku?"

"Ya, cobalah dulu. Meskipun kita tidak mengetahui hasilnya, tapi paling tidak kita harus mencobanya."

"Jadi maksudmu? Kemungkinan untuk aku kembali ke dalam tubuhku itu sangat kecil?"

"Ya, sepertinya begitu Cleo. Tapi tidak ada salahnya untuk mencoba dulu."

Aku berkonsentrasi untuk masuk ke dalam tubuhku, kutabrakan rohku kedalam tubuhku. Tapi ternyata, aku terpental. Aku terjatuh ke arah tembok. Helios menolongku untuk berdiri. Dan aku mencobanya sekali lagi. Aku berkonsentrasi kembali untuk kembali masuk kedalam tubuhku. Tapi, lagi-lagi hal yang sama terjadi. Rohku terpental kembali menolak masuk ke dalam tubuhku.

Akhirnya aku menyerah pada keadaan. Aku berjongkok di depan tubuhku yang masih tergeletak tak berdaya di ranjang Rumah Sakit. Kini aku hanya terdiam dan tak menangis lagi, rasanya airmataku sudah kering. Tak sanggup lagi aku berpikir, kini aku hanya bisa berdiam diri menunggu waktuku tiba.

Helios mengajakku keluar dari ruangan operasi itu. Kami duduk di ujung bangku Rumah Sakit, sambil melihat seluruh orang yang hadir dan ingin menjenguk keadaanku.

Aku melihat ayahku, beliau tampak sedikit lebih tua dari saat terakhir aku bertemu dengannya kemarin malam. Lalu ibuku, dia adalah orang yang paling menyayangiku. Ibu selalu ada disampingku bahkan disaat terberat dalam hidupku kini. Beliau terus menangis dan belum juga berhenti menangis hingga kini.

Mata ibu sampai bengkak kulihat, karena ia terus mengkhawatirkan keadaanku. Disana juga ada Kia sahabatku yang juga menangis karena melihat keadaanku.

Mataku masih mencari-cari dua orang lagi yang kuharapkan kehadirannya. Matt tunanganku, di mana ia berada? Tadi kulihat dia ada bersama kedua orang tuaku. Tapi mengapa kini dia tak ada disana? Juga Lusy, kemana dia berada? Kenapa hanya Kia yang berada di samping orang tuaku?

Saat sedang mencari kedua sosok itu, tak lama kulihat kedua orang yang kusayangi itu tiba secara bersamaan. Darimana saja mereka berdua? Kenapa mereka tiba bersamaan? Rupanya pertanyaan yang sama denganku juga dilontarkan oleh Kia sahabatku yang lain.

"Kalian darimana saja? Tadi Dokter sudah keluar dari ruang operasi. Dia memberitahukan bahwa operasi Cleo berjalan dengan lancar, tapi saat ini keadaannya masih koma," jelas Kia kepada Matt dan Lusy.

"Syukurlah kalau operasi berjalan dengan lancar. Lalu kapan kira-kira Cleo akan dipindahkan ke ruang perawatan agar bisa kita jenguk?" tanya Matt.

"Dokter belum memberi keputusan kalau soal itu."

Matt dan Lusy saling berpandangan. Aku tak mengerti arti dari pandangan mereka berdua. Yang kutahu adalah mereka berdua itu orang yang paling kusayangi setelah kedua orangtuaku.

___Bersambung___

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel