Bab 4 Siapa Aku?
Bab 4 Siapa Aku?
Aku yang bingung dengan keadaanku sendiri masih terbaring diatas aspal dipinggir jalan raya. Saat aku akan bangun, ada seorang lelaki menghampiriku dan memandangiku dengan sangat teliti. Aku tak mengenalinya sama sekali.
Yang kutahu, aku ingin meminta pertolongan padanya untuk membantuku berdiri. Tapi dia malah melihatku dengan pandangan yang aneh. Dia juga menanyakan hal yang aneh padaku. Dia bertanya kenapa aku bisa melihatnya dan bisa bicara padanya.
Tentu saja aku tak menjawab pertanyaan aneh dari lelaki tampan itu. Pertanyaan yang tak penting menurutku. Kenapa aku harus menjawabnya, memang dia hantu sampai aku tidak bisa melihatnya, pikirku.
Kutanya siapa dia, kenapa dia berpikir aku tak bisa melihat atau bicara dengannya. Dia memperkenalkan dirinya padaku. Dia mengenalkan dirinya kepadaku sebagai seorang malaikat maut yang bernama Helios.
Lagi-lagi kuhanya bisa tertawa mendengar ocehannya. Mana mungkin lelaki tampan sepertinya adalah seorang malaikat maut. Dia berbohong kepada orang yang salah. Aku tak ingin mengurusinya lagi. Kuambil semua belanjaanku dan aku bergegas untuk segera pulang. Memberi minum susu kepada kucingku Mimi.
Tapi lelaki bernama Helios itu terus saja bicara hal yang aneh. Dia memaksaku untuk membuktikan bahwa apa yang dia katakan itu benar. Dan seandainya semua yang ia katakan itu benar, itu artinya aku juga bukan seorang manusia lagi.
Lalu kalau bukan seorang manusia, maka siapakah aku ini? Entah kenapa nyaliku jadi ciut dan takut untuk membuktikan semua omongannya itu.
Akhirnya dengan sedikit paksaan, Helios menarik tanganku ke arah tengah jalan raya. Tapi aku menghentikan tangan Helios, dan aku memaki Helios. "Apa kau bodoh? Kau ingin kita berdua mati di tengah jalan ini...!!" teriakku.
"Tidak Cleo, aku hanya ingin membuktikan kebenaran ini padamu. Kebenaran bahwa aku adalah seorang malaikat maut dan kau adalah seorang roh," Helios berkata lirih.
"Roh??"
"Ya, ayo coba kita buktikan terlebih dahulu."
Helios kembali menggenggam tanganku untuk kembali lagi ke tengah jalan raya. Kali ini, aku diam dan menurut kepada Helios. Saat kami sedang berdiri persis ditengah jalan, ada sebuah mobil yang meluncur begitu kencang kearah kami.
Sontak saja aku kaget dan takut. Aku memejamkan mataku dan menutup wajahku memakai kedua telapak tanganku, saat mobil itu menabrakku.
Tapi aneh, aku merasa mobil yang kulihat itu sudah dekat denganku, tapi kenapa aku tidak juga tertabrak?
"Cleo, bukalah matamu! Mobil itu sudah pergi melewati kita." ucap Helios.
Secara perlahan kubuka mataku, lalu kuturunkan kedua tangan dari wajahku dan aku berusaha menintip lewat salah satu selah jariku. Aku tak melihat mobil yang tadi ada didepanku.
"Kemana mobil tadi Helios?" tanyaku.
"Dibelakangmu," tunjuk Helios kearah belakang tubuhku.
Aku menengok kebelakang dan kaget. Aku terbelalak melihat mobil yang tadi persis berada didepanku, kini telah berhasil melewati tubuhku.
"Helios, bagaimana ini bisa terjadi?" tanyaku masih tidak percaya.
"Cleo, berbaliklah! Ada dua mobil lagi yang akan melewati tubuhmu!" ujar Helios lagi.
Aku langsung berbalik kearah depan lagi. Dan benar saja, kali ini dengan mata terbuka aku bisa melihat dua mobil yang berada di depanku meluncur dengan sangat kencang kembali kearahku. Dan kedua mobil itu, dengan sangat mudah menembus dan melewati tubuhku.
Aku kembali terperangah, aku bingung dengan semua kenyataan yang sedang terjadi di depan mataku ini. Helios menarik tanganku lagi dan menuntunku ke arah pinggir jalan raya.
Aku merosot duduk diatas aspal jalan. Aku mulai ragu untuk bertanya kepada Helios. Tapi aku memberanikan diri untuk bertanya kembali kepada Helios.
"Helios, kenapa mobil-mobil itu tak bisa menabrakku? Apa benar yang kau katakan tadi? Apa benar kalau aku adalah sudah bukan manusia lagi dan aku sudah menjadi seorang roh?" tanyaku pada Helios.
"Sepertinya begitu Cleo. Sepertinya kau memang sudah menjadi seorang roh. Tapi aku tak tahu persis kenapa kau bisa berubah secepat ini. Seharian ini aku bersamamu dan terus mengikutimu. Aku hanya tak bersamamu saat kau pergi membeli susu Mimi di swalayan," jelas Helios
Aku mulai menangis tersedu-sedu menghadapi kenyataan yang ada didepanku ini. Aku tak habis pikir, kenapa kejadian ini bisa menimpaku. Aku harus bagaimana dengan diriku saat ini? Dengan tunanganku dan kedua orang tuaku, apa yang terjadi kepada mereka jika mereka tahu aku telah mati.
Ya benar, aku harus segera pulang ke rumahku. Aku harus tahu apa yang sebenarnya telah terjadi pada diriku. Aku bangkit dari dudukku dan menghapus kedua airmata yang mengalir deras di pipiku.
Dengan panik, aku berdiri untuk melangkahkan kakiku pulang ke rumahku. Helios mengejarku, dia juga panik melihat aku yang berjalan tergesa-gesa. "Cleo, kau mau kemana berjalan secepat ini? Pelan-pelan saja, nanti kau jatuh," pesan Helios.
"Tidak Helios, aku harus segera pulang kerumah. Aku harus tahu, apa yang sebenarnya tengah terjadi padaku. Aku harus tahu bagaimana keadaan kedua orangtua ku.
Sesampainya di gerbang rumahku, aku langsung berlari menembus pagar rumahku. Tapi saat aku ingin masuk kedalam rumah, pintu depan rumahku terbuka. Kedua orangtua ku menangis keluar dari dalam rumah.
Ayahku segera mengeluarkan mobil dari garasi, dan ibuku mengikutinya. Mereka terlihat panik dan juga sedih. Aku ingin mengikuti mereka masuk ke dalam mobil, tapi terlambat mereka sudah terlebih dahulu pergi secara terburu-buru.
Helios menatapku dan ia menawarkan bantuannya kepadaku. "Cleo, apa kau mau kita mengikuti kemana kedua orangtuamu pergi?" tanya Helios.
"Apa bisa kita mengikuti mereka Helios?"
"Tentu saja bisa. Aku akan mengambil motor milikku dulu."
"Apa di dunia malaikat juga memiliki kendaraan?"
"Tentu saja kami punya, ini kami gunakan saat kami membutuhkannya."
Helios menghilang dari pandanganku. Dia menghilang kedalam sebuah gulungan angin yang besar di depanku. Tapi tak sampai lima menit kemudian, gulungan angin kembali datang menghampiriku, dan keluarlah Helios dari dalam gulungan angin tadi. Dia keluar dengan sudah berada diatas motor ninja hitamnya, lengkap dengan helm di kepalanya.
"Ayo naik Cleo, kita akan segera mengejar kedua orang tuamu," ajak Helios.
Aku masih terpaku diam terperangah melihat keajaiban yang terjadi cepat di depan mataku. Aku masih tidak bisa percaya, kalau Helios adalah seorang malaikat maut. Dia terlalu keren untuk menjadi seorang malaikat menakutkan yang bertugas mencabut nyawa banyak orang.
"Cleo, ayo cepat kau naik ke atas motorku. Kenapa kau malah melamun?" tanya Helios.
"Maaf Helios, ayo kita kejar mereka," sahut Cleo.
Aku naik ke atas motor Helios dan aku berpegangan kearah pinggang Helios. Bukan apa-apa, aku memang jarang naik motor. Jadi aku takut dan berpegangan erat kepada Helios.
Dalam waktu sekejap, kami berhasil melintasi jalan raya yang kosong yang ada di depan kami. Aku tak tahu, kemana perginya kendaraan lainnya. Jalanan ini seperti hanya milik kami. Aku sempat berpikir, apa mungkin setiap malaikat maut diberikan jalan bebas hambatan seperti ini. Mungkin saja kan, untuk mempermudah mereka menjalankankan tugasnya yang sulit," aku bertanya dan menjawab pikiranku sendiri.
Dalam waktu yang sangat amat cepat kami telah tiba di Rumah Sakit tempat tujuan kedua orangtuaku. Aku turun dari motor bersama dengan Helios. Kami melangkah masuk ke dalam Rumah Sakit itu.
Aku tampak bingung dengan keadaan yang tengah terjadi didepan mataku. Aku dan Helios terus saja mengikuti kedua orang tuaku. Mereka terus berjalan sampai ke arah ruang operasi. Ibuku terus menerus mengeluarkan airmatanya. Sedangkan ayahku terus menguatkannya.
Aku masih bingung dengan apa yang menimpa keluargaku. Aku terus bertanya kepada mereka berdua. Tapi sayangnya, mereka tidak bisa mendengar suaraku.
"Cleo, percuma saja kau bertanya dan berteriak-teriak didepan kedua orang tuamu. Mereka tak akan bisa mendengarmu. Alam kalian berbeda, kita tunggu saja disini. Agar kita tahu apa yang sebenarnya tengah terjadi," jelas Helios yang berdiri bersandar pada salah satu tembok Rumah Sakit tersebut.
____Bersambung_____