Bab 3 Asal Kau Bahagia
Bab 3 Asal Kau Bahagia
Hari itu Helios mengikuti dan menjaga Cleo seharian. Tapi saat sedang bermain dipinggir pantai, Cleo tenggelam terbawa arus ombak laut yang besar. Helios segera terjun ke dalam laut untuk menyelamatkan Cleo. Helios muncul dari tengah poros ombak tersebut.
Helios keluar dari tengah poros dan mencoba menarik tangan Cleo keatas. Dia menarik tangan Cleo dan menyerahkannya kepada seorang pemuda yang juga berusaha menyelamatkan Cleo. Setelah Helios berhasil memberikan tangan Cleo pada pemuda itu, Helios keluar dari dalam air dan melihat Cleo sudah digendong oleh pemuda tadi.
Pemuda itu membawa Cleo ke tepian. Dan berusaha menyadarkannya. Dan tak lama setelah itu Lusy dan Kia dua sahabat Cleo mendekat kearah Cleo dan pemuda itu. Helios melihat dari dekat wajah dan deguban jantung Cleo yang masih berdetak. Helios yakin bahwa Cleo akan selamat. Dan benar saja, setelah itu Cleo sadar dan berterimakasih pada pemuda tadi.
Helios berjalan mundur kecewa. Dia tahu sebenarnya dia tak boleh kecewa. Cleo tidak salah, Cleo tidak bisa melihat Helios menolongnya tadi. Yang dilihat Cleo menyelamatkannya itu adalah pemuda yang tadi.
Setelah kejadian itu berlangsung, Cleo dan pemuda bernama Matt itu semakin dekat saja. Mereka bahkan telah menjadi sepasang kekasih. Matt juga dekat sekali dengan ayah Cleo. Hingga ayah Cleo sangat berniat menjodohkan Cleo dengan Matt secepatnya.
Helios tak bisa berbuat apa-apa lagi, mungkin inilah takdir yang digariskan Tuhan untuknya. Helios menerimanya dengan lapang. Asalkan Cleo bahagia, Helios juga akan tenang saat waktunya telah tiba kelak. Mungkin ia akan pergi dengan damai jika Cleo sudah menemukan kebahagiannya bersama Matt.
Masih seperti hari-hari yang lalu, meskipun Cleo telah menemukan orang yang dicintainya Helios masih saja tetap mengikutinya. Seperti hari itu, saat Cleo dan Matt sedang melihat gedung yang akan mereka gunakan untuk hari pertunangan mereka.
Helios dengan setia mengikutinya, lalu saat sedang mengikuti Matt dan Cleo di gedung itu. Helios kembali bertemu dengan seorang malaikat maut lainnya yang sedang bertugas.
"Hai, apa kau sedang bertugas disini?" tanya Helios.
"Kau bisa melihatku? Apa kau hantu atau malaikat juga sama sepertiku?" tanya malaikat itu.
"Aku sama sepertimu, hanya saja pagi ini aku sudah selesai bertugas dan aku sedang mengikuti gadis yang kucintai."
"Oh, kau malaikat juga sepertiku rupanya. Kenalkan aku Hansen, siapa kamu?"
"Aku Helios."
"Apa kau mengikuti wanita cantik itu?" Hansen menunjuk kearah Cleo.
"Ya, benar. Aku mengikutinya, dia gadis yang kucintai sejak lama."
"Kenapa gadis itu bersama pria lain?"
"Itu kekasihnya, mereka akan bertunangan besok."
"Kenapa kau merelakan wanita yang kau cinta hidup bersama dengan pria lain?"
"Mau bagaimana lagi, aku dan dia berbeda alam. Aku seorang malaikat maut, sedangkan dia seorang manusia. Sampai kapanpun juga kami tak akan bisa bersama. Jadi aku hanya bisa menyaksikannya bersama orang lain. Asalkan dia bahagia itu sudah cukup untukku," jelas Helios.
"Kau sangat bodoh kawan. Kalau aku jadi dirimu, kupastikan aku akan mencabut nyawa gadis pujaan hatiku itu. Agar kami berdua bisa hidup bersama dan saling mencintai kekal abadi di dunia roh."
"Apa tidak masalah jika kita mencabut nyawa seseorang tanpa tugas dari Pimpinan kita?"
"Setahuku kita diberikan satu kesempatan untuk mencabut nyawa seseorang yang kita inginkan jika masa tugas kita akan berakhir. Tetapi, mencabut nyawa disini bukan sembarangan membuat mati seseorang tanpa sebab. Mencabut nyawa disini, maksudnya adalah mencabut nyawa orang yang kita sayangi untuk hidup bersama di dunia roh."
"Aku baru tahu kalau itu dibolehkan, akan kupikirkan hal itu dan akan kupertimbangkan dengan masak-masak saran darimu kawan."
"Tapi, kalau kau benar mencintainya dengan tulus lebih baik ia mati dengan sendirinya dan melewati jalur kematian yang seharusnya saja. Biar kalian nanti bertemu satu saat di surga, daripada kalian bahagia dan hidup kekal tapi bergentayangan di alam roh. Itu sepertinya tidak akan tenang untuk kalian."
"Kau membuatku bingung kawan. Baiklah, akan kupertimbangkan lagi kedua saranmu tadi. Kelak aku akan melakukan salah satu dari dua saran yang kau berikan tadi."
"Baiklah, kalau begitu sampai jumpa lagi. Aku harus kembali bertugas mencabut nyawa seseorang di dalam gedung ini."
"Sampai jumpa. Semoga kau sukses."
Hansen kembali ke tugasnya semula. Sedangkan Helios kembali mengikuti Cleo yang saat ini sedang berbelanja dengan kedua sahabatnya.
Menjelang malam tiba, Helios masih tetap mengikuti Cleo berbelanja susu untuk Mimi kucing kesayangannya. Helios menunggu Cleo di gang dekat rumahnya, tapi lagi-lagi hal yang dibenci Helios muncul disana.
Ada si kucing hitam yang memperhatikan gerak Helios sedari tadi. Kucing itu menggeram, mengeong dan menjerit melihat Helios yang berusaha mengusirnya. Cleo menengok kearah kucing itu.
Dia heran, kenapa semua kucing selalu menggeram saat ada di gang ini. Tapi, Cleo tak ambil pusing, dia tetap berjalan kearah swalayan untuk membeli susu Mimi.
Kali ini Helios membiarkan Cleo berlalu seorang diri menuju swalayan. Helios masih syok dengan geraman kucing hitam bodoh tadi.
Sama seperti Cleo, Helios juga tak habis pikir kenapa kucing hitam itu selalu muncul menghadangnya di gang ini. Setelah rasa syok nya memudar, Helios segera menyusul Cleo ke swalayan tadi. Helios mencari Cleo di swalayan. Tapi dia tak menemukan Cleo disana. Dicarinya Cleo disepanjang jalan.
Dan ternyata, Cleo ia temukan sedang tiduran ditepi jalan. Helios mendekat kearah Cleo dan memandangi Cleo. Cleo balas memandang Helios di depannya.
"Hai apa yang sedang kau lihat? Tolong kau cepat bantu aku berdiri," ujar Cleo.
Helios syok sekali melihat Cleo bisa bicara padanya. Helios masih diam memandang Cleo tak percaya dengan apa yang baru saja Cleo katakan.
"Hai, kenapa kau masih melamun juga? Cepat bantu aku berdiri."
"Apa kau bisa melihatku?"
"Kenapa aku tidak bisa melihatmu? Memang kamu hantu?"
Helios segera membantu Cleo berdiri. Cleo merapikan bajunya yang kotor dan ia berdiri di samping Helios.
"Kenapa kau bisa tiduran di jalan begini Cleo?"
"Kau mengenalku? Aku pun bingung kenapa aku bisa tiduran disini. Sudahlah aku mau pulang dulu untuk memberi susu pada Mimi."
Cleo mengambil beberapa kantong belanjaannya yang tercecer di jalan. Dia akan melangkah maju, tapi Helios menghentikannya.
"Sebentar Cleo, kau benar-benar bisa melihatku? Dan kau juga bisa bicara padaku? Kenapa ini bisa terjadi?"
"Apa yang kau maksud sebenarnya? Aku tak paham dan tak mengerti. Kau juga manusia biasa sama sepertiku kan? Tentu saja aku bisa melihat dan bicara padamu."
"Tidak Cleo, aku bukan manusia sepertimu. Aku adalah seorang malaikat maut."
"Hahaha...!! kau jangan bercanda padaku, apa kau pikir aku akan percaya padamu?"
"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda denganmu? Aku pun kaget, melihat kau tadi bisa melihat dan bisa bicara padaku."
Cleo mulai resah, ia menjatuhkan belanjaannya ke jalan. Dan ia memandang Helios dengan tatapan serius.
"Apa buktinya kalau kau adalah seorang malaikat maut! Apa buktinya kalau kau serius dan tidak bercanda dengan perkataanmu tadi?"
"Baiklah kalau kau masih tidak percaya denganku. Dan masih menganggapku bercanda atau berbohong. Ayo ikut aku! Kita akan membuktikan omonganku. Dan aku juga ingin membuktikan apa kau masih manusia yang kukenal biasanya atau kau sudah berubah menjadi sesuatu."
"Sesuatu? Apa yang kau maksud dengan sesuatu?"
Helios tidak mengindahkan pertanyaan Cleo. Dia terus saja menggandeng tangan Cleo dan mengajak Cleo lari ke tengah-tengah jalan raya.
Cleo berusaha menghentikan tangan Helios yang menariknya untuk ikut ke tengah jalan raya. "Kau bodoh ya...!! Apa kau mau bunuh diri? Kau mau kita berdua mati sekarang?" Cleo berteriak memarahi Helios dipinggir jalan.
Helios diam, dia bingung bagaimana menunjukkan kebenaran ini pada Cleo. Akhirnya Helios bicara secara perlahan, "Cleo dengarkan aku, kumohon percayalah padaku. Aku hanya ingin memberikan bukti padamu bahwa apa yang kukatakan itu benar adanya. Aku adalah seorang malaikat maut dan kau adalah seorang..."
_____Bersambung____