Pustaka
Bahasa Indonesia
Penulis
Kisah_Yura
15.0K
Kata
3
Cerita

Cerita

Pernikahan Putraku

170·Kisah_Yura

Bulan depan putraku akan menikah. Aku sangat gembira dan segera pergi ke butik memilih gaun untuk menghadiri resepsi pernikahan putraku. Namun, putraku langsung melemparkan gaun yang aku pilih dan berkata dengan menghina, "Ibu lebih baik tidak perlu datang ke pesta pernikahanku. Keberadaan ibu yang sendirian di sana hanya akan merusak pemandangan." "Ayah dan Bibi Ririn saja yang menghadirinya. Hubungan mereka cukup baik dan kelihatan serasi." Aku menatapnya dengan tidak percaya. "Kamu tidak mengizinkan Ibu datang, tapi mengizinkan Ayah dan selingkuhannya datang ke pernikahanmu? Apa kamu lupa ...." "Cukup." Anakku melanjutkan dengan tidak sabar, "Itu semua sudah berlalu, tapi Ibu terus mengungkitnya. Menyebalkan sekali!" "Ayah tidak menyukaimu dan membencimu. Tapi, aku ini anak kandungnya, jadi Ibu tidak akan mengerti hubungan di antara kami." Ya, ya, ya, aku tidak mengerti. Karena mereka memiliki hubungan yang dalam, pasti mereka sudah mengatur segalanya dengan sempurna. Barang-barang yang disiapkan oleh orang yang keberadaannya tidak diterima sepertiku pasti hanya akan diremehkan oleh putraku.

ModernTamat

Saat Luka Jadi Senjata

82·Kisah_Yura

Gavin, suamiku mengantar wanita idamannya menghadiri pesta pernikahan emas, tapi menabrak ambulans, dan malah meminta ambulans ganti rugi dengan arogan. Aku yang terbaring di ambulans meneleponnya untuk membiarkan aku dan pasien lain pergi, tapi ditutup dengan kejam olehnya. Karena dia menunda waktu, aku kehilangan waktu penyelamatan terbaik dan kehilangan satu kaki. Jadi sisa hidupku harus aku jalani di kursi roda. Begitu bangun dari ruang operasi, aku langsung menelepon ibu. "Ibu, aku siap kembali ke perusahaan dan mulai dari bawah."

RomansaTamat

Pengorbanan Di Balik Jeruji Besi

89·Kisah_Yura

Aku menggantikan adik iparku masuk penjara selama tiga tahun. Pada hari pembebasanku, aku secara tak terduga menyelamatkan seorang miliarder. Miliarder itu langsung memberiku uang terima kasih sebesar dua ratus miliar. Dengan membawa uang dua ratus miliar itu, aku mencoba menelepon keluargaku, tetapi tidak ada yang menjawab. Khawatir terjadi sesuatu di rumah, aku langsung berlari pulang. Saat memasuki kompleks perumahan, perasaan yang familiar langsung menerpa. Begitu aku berdiri di depan pintu, aku mendengar suara adik iparku: "Dia sudah dibebaskan? Sial sekali." Senyumku langsung membeku di bibirku. "Jangan bilang begitu," suara adikku terdengar tidak senang. Aku berpikir adikku masih memedulikanku. Lagi pula, aku masuk penjara demi dia dan istrinya. Namun, kata-kata berikutnya membuat hatiku hancur: "Syukurlah kita mendengarkan ibu dan memindahkan rumah atas nama kita, jadi dia tidak bisa mengambil rumah dari kita." Apakah ini keluarga yang pernah menyayangiku sejak kecil? Aku kira setelah melewati hari yang gelap di penjara, semuanya akan lebih baik, tetapi keluargaku malah memberiku keputusasaan yang lebih mendalam.

TeenfictionTamat