Ringkasan
Di sebuah dunia yang penuh dengan keajaiban dan makhluk magis, ada sebuah legenda kuno tentang "Dewa Tertinggi"—sosok yang diyakini mampu mengendalikan seluruh elemen dan energi alam semesta. Selama ribuan tahun, dewa itu diyakini hilang bersama kekuatannya, meninggalkan dunia yang terus dipenuhi kekacauan dan perseteruan. Namun, segalanya berubah ketika Arka, seorang pemuda yatim piatu yang hidup sederhana di desa terpencil, tiba-tiba terseret dalam sebuah pertarungan besar antara klan penjaga kedamaian dan organisasi rahasia yang ingin membangkitkan kekuatan jahat dari masa lalu. Dalam kekacauan itu, Arka tanpa sengaja melepaskan sebuah kekuatan besar yang tersembunyi dalam dirinya. Kekuatan itu menarik perhatian berbagai pihak—para penjaga, para ahli sihir, dan para dewa dari alam lain. Mereka menyadari bahwa Arka bukanlah orang biasa, melainkan pewaris dari kekuatan Dewa Tertinggi yang telah lama hilang. Namun, menjadi pewaris bukanlah tugas yang mudah. Arka harus belajar mengendalikan kekuatan barunya, menghadapi ancaman dari organisasi gelap yang terus memburunya, dan memahami takdir yang terikat padanya. Arka pun memulai perjalanannya, bertemu dengan sekutu-sekutu tak terduga—Asha, seorang gadis ahli sihir dari kota suci, dan Kael, prajurit dari kerajaan langit. Bersama mereka, Arka menemukan rahasia besar yang dapat mengubah nasib dunia. Namun, semakin jauh ia melangkah, semakin besar pula pengorbanan yang harus ia buat. Bisakah Arka menguasai kekuatan Dewa Tertinggi dan menegakkan kedamaian, atau justru kekuatan itu akan menjadi kehancurannya?
bab 1. pemuda dari desa tepian
Di sebuah desa kecil bernama Tepian, terletak di antara hutan lebat dan lembah yang penuh misteri, hidup seorang pemuda bernama Arka. Usianya baru menginjak sembilan belas tahun, tetapi hidupnya telah dipenuhi kerja keras dan keheningan. Sejak kecil, Arka adalah yatim piatu. Ia tinggal dengan pamannya, seorang petani sederhana yang membesarkannya dengan penuh ketulusan. Hidup di desa terpencil membuat Arka jauh dari hingar-bingar dunia luar. Hari-harinya dihabiskan membantu pamannya di ladang, memotong kayu bakar, dan mengumpulkan air di sungai yang berkelok di balik bukit.
Namun, sejak seminggu yang lalu, Arka merasa aneh. Ia sering bermimpi tentang sosok misterius berbalut cahaya yang memanggilnya dari kejauhan. Sosok itu mengulurkan tangan, seolah-olah ingin menunjukkan sesuatu padanya. Tapi setiap kali Arka mencoba mendekati, mimpi itu selalu berakhir tiba-tiba, membuatnya terbangun dalam kondisi bingung dan tubuhnya penuh keringat.
“Ada apa denganmu, Nak?” tanya Paman Wirya suatu pagi ketika mereka sedang sarapan di depan rumah sederhana mereka. Paman Wirya memperhatikan Arka yang tampak lebih pendiam dari biasanya.
Arka hanya tersenyum tipis, menutupi kegelisahannya. “Tidak ada, Paman. Hanya mimpi aneh saja,” jawabnya sambil melanjutkan makannya. Namun, dalam hati kecilnya, Arka tahu bahwa mimpi-mimpi itu bukan mimpi biasa. Ada sesuatu yang terasa nyata, seolah-olah sosok itu benar-benar memanggilnya dari dunia lain.
Hari itu, saat tengah hari, Arka memutuskan pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar. Hutan Tepian yang biasa terlihat tenang, kini terasa agak mencekam. Ada suara-suara asing yang terdengar dari balik pepohonan, dan langit yang biasanya cerah tiba-tiba berubah mendung, seolah-olah cuaca menyesuaikan dengan suasana hatinya.
Sambil mengumpulkan kayu, Arka mendengar suara langkah berat di antara semak-semak. Penasaran, ia mendekat. Namun, tiba-tiba, di depannya berdiri sosok lelaki berjubah hitam dengan mata yang berkilat tajam. Wajahnya keras, penuh bekas luka, dan di tangannya tergenggam sebuah tongkat kayu yang terlihat kuno.
“Apa yang kau lakukan di sini, anak muda?” tanya lelaki itu dengan suara rendah dan mengancam.
Arka terdiam sejenak, berusaha menenangkan hatinya yang mulai diliputi rasa takut. “Saya hanya mencari kayu bakar, Pak,” jawabnya singkat.
Lelaki itu mengamati Arka dengan tatapan tajam. “Kau… terlihat berbeda. Kau tidak seperti anak desa pada umumnya. Mata itu…” gumamnya, seolah mengakui ada sesuatu yang istimewa pada Arka.
“Apa maksud Anda?” Arka mengerutkan kening, merasa tidak nyaman dengan cara lelaki itu menatapnya.
“Aku bisa melihatnya… Energi yang kau miliki berbeda,” ucap lelaki itu sambil memandang ke dalam mata Arka dengan tajam. “Kau mungkin tidak menyadarinya sekarang, tapi kau bukanlah pemuda biasa.”
Mendengar ucapan itu, hati Arka semakin resah. Dia selalu merasa ada yang aneh dengan dirinya, tetapi selama ini ia mencoba mengabaikan perasaan itu. Namun, kata-kata lelaki berjubah hitam itu seolah membangunkan sisi dirinya yang telah lama tertidur.
“Siapa Anda sebenarnya?” tanya Arka, sedikit menantang.
Lelaki itu tersenyum samar. “Aku adalah bagian dari mereka yang menjaga keseimbangan dunia ini. Dan aku tahu… bahwa kau adalah pewaris kekuatan Dewa Tertinggi.”
Seketika, Arka merasa seperti ditimpa batu besar. Pewaris Dewa Tertinggi? Kekuatan apa yang sedang dibicarakan orang ini? Tak pernah ia membayangkan hal-hal semacam ini ada di kehidupannya yang sederhana.
Lelaki itu mengulurkan tangannya, dan tiba-tiba Arka merasakan energi yang aneh mengalir di sekujur tubuhnya. Sekelilingnya mendadak terasa bergetar, dan tiba-tiba bayangan dari mimpi-mimpinya mulai memenuhi pikirannya. Sosok yang sering ia lihat di mimpinya terasa lebih dekat dan nyata dari sebelumnya.
Namun, sebelum Arka bisa bertanya lebih jauh, suara gemuruh terdengar dari langit. Lelaki itu tiba-tiba tampak cemas. Ia berbisik dengan cepat, “Waktuku tidak banyak. Mereka sudah mendeteksi kehadiranku. Kau harus bersiap, Arka. Takdirmu lebih besar dari yang pernah kau bayangkan. Dunia membutuhkanmu.”
Dengan satu gerakan cepat, lelaki itu menyentuh dahi Arka. Seketika Arka merasakan aliran energi yang kuat mengalir dari tangannya ke dalam tubuhnya. Sekujur tubuhnya terasa panas, seolah-olah ia sedang diselimuti api tak terlihat. Tapi ketika ia membuka matanya, lelaki itu sudah menghilang.
Arka terjatuh, mengatur napas yang tersengal-sengal. Seluruh tubuhnya bergetar, dan kini ia tak bisa lagi menyangkal bahwa sesuatu yang besar akan terjadi dalam hidupnya. Ia adalah pewaris kekuatan Dewa Tertinggi, sebuah kekuatan yang entah bagaimana kini telah terbangun di dalam dirinya.
Dan tanpa ia sadari, dari kejauhan, sosok-sosok berjubah hitam lainnya mulai mendekat. Perburuan telah dimulai.
Arka tertegun, masih memproses apa yang baru saja terjadi. Seluruh tubuhnya terasa berat, seolah energi yang disalurkan lelaki misterius itu meninggalkan bekas mendalam. Namun, tak ada waktu baginya untuk mencerna semua ini. Dari arah pepohonan, terdengar derap langkah mendekat, semakin cepat dan mendesak. Ia dapat merasakan ketegangan yang menebar di udara, membuat bulu kuduknya berdiri.
Arka berusaha berdiri meski kakinya masih gemetar. Ketika ia menoleh, tampak tiga sosok berjubah hitam muncul dari balik pepohonan. Mereka tampak menyerupai lelaki yang barusan menghilang, namun aura mereka lebih kelam dan penuh ancaman. Salah satu dari mereka, seorang wanita bertubuh tinggi dengan wajah dingin, mengangkat tangannya dan seberkas energi hitam membentuk lingkaran di udara.
“Kau…” wanita itu menatap Arka dengan pandangan menghina, seolah melihat makhluk rendah. “Seorang bocah seperti kau tidak pantas mewarisi kekuatan Dewa Tertinggi.”
Arka merasa bingung, ketakutan, sekaligus marah. Ia tak paham apa yang sebenarnya terjadi, mengapa orang-orang ini mengincarnya, dan apa hubungan semua ini dengan dirinya. “Aku tidak tahu apa yang kalian inginkan! Aku hanya ingin pulang!” serunya, mencoba mundur perlahan.
Pria di sebelah wanita itu tertawa sinis. “Kau benar-benar tak tahu? Kekuatan dalam dirimu bisa menghancurkan atau menyelamatkan dunia ini. Tapi kami tak akan membiarkan kekuatan itu jatuh ke tangan yang salah.”
Mendadak, pria itu mengayunkan tangannya ke arah Arka, menciptakan pusaran angin gelap yang bergerak cepat. Arka spontan menutup matanya dan berusaha menghindar, namun kekuatan angin itu menghantamnya keras, membuatnya terlempar ke tanah.
Sakit menjalar di sekujur tubuhnya, tapi di saat yang sama, ia merasakan sesuatu yang aneh. Energi panas di dalam tubuhnya, yang sempat ia rasakan setelah disentuh oleh lelaki pertama, perlahan mulai bangkit. Tanpa sadar, kedua tangannya bergetar dan mulai memancarkan cahaya keemasan yang samar.
Para pengejarnya terkejut melihat fenomena itu. Cahaya dari tubuh Arka semakin terang, mengusir bayangan kelam di sekitarnya. Arka sendiri merasa terkejut namun tak berdaya, seolah kekuatan itu mengendalikan tubuhnya.
"Tidak… ini tak mungkin!” teriak wanita berjubah hitam, sambil berusaha melindungi diri dari kilauan cahaya yang semakin kuat. Cahaya itu membesar, membentuk lingkaran perlindungan di sekeliling Arka.
Di tengah kekacauan itu, sebuah suara terdengar dalam benak Arka, suara yang sama dari mimpinya. “Bangkitlah, Pewaris. Inilah takdirmu.”
Kemudian, semuanya menjadi gelap.