Bab 3. Aku suka dia
Arkan menahan tangan dari sang kekasih yang sudah mulai mengusap dada bidangnya. Tubuhnya seketika menegang saat mendapatkan sentuhan lembut dari wanita yang sudah menatapnya dengan penuh sarat makna. Seolah keduanya sama-sama mengungkapkan isi hatinya lewat tatapan penuh cinta dan menegaskan saling mendamba satu sama lain.
"Kamu yakin, Sayang?" tanya Arkan dengan mengarahkan jemari lentik sang kekasih ke bibirnya dan mengecupnya dengan sangat lembut.
Rini menganggukkan kepalanya seolah sangat yakin dan sudah memantapkan hatinya untuk menyerahkan kesuciannya pada pria yang sangat dicintainya. "Aku sangat yakin dengan keputusanku Arkan, karena aku sangat mencintaimu. Jadi, jangan pernah meragukan cintaku saat aku tidak bisa menikah denganmu."
Arkan menggelengkan kepalanya dan menutup bibir tipis di depannya dengan jari telunjuknya. "Selamanya aku tidak akan pernah membencimu dan aku akan merebutmu dari pria itu."
"Kamu tidak akan pernah bisa melakukannya, Arkan! Karena dia sangat kaya, kita tidak ada apa-apanya." Rini menampilkan wajah sendu karena merasa tidak mempunyai harapan untuk bisa bersatu dengan kekasih yang sangat dicintainya itu.
"Aku akan pergi ke Amerika," ucap Arkan dan menatap reaksi dari wanita yang langsung menampilkan ekspresi wajah terkejut mendengar ucapannya.
"Amerika? Jangan bilang kamu menerima tawaran untuk dikirim ke kantor pusat oleh direktur? Bukankah tadi kamu menolaknya?"
"Aku berubah pikiran setelah mendengar penjelasanmu hari ini, Sayang. Aku akan bekerja dengan keras untuk mencari uang banyak dan kembali ke sini setelah 5 tahun. Apakah kamu mau menungguku?" Arkan menatap wajah cantik wanita yang sudah 1 tahun menjadi kekasihnya dengan tatapan penuh dengan sorot pertanyaan.
"Maksudmu? Kamu masih akan menerimaku meski aku sudah menikah dengan pria itu? Dan kamu menyuruhku untuk menunggumu?" Tatapan tidak percaya tampak jelas di wajah cantik Rini begitu mendengar perkataan dari pria tampan yang menurutnya tidak masuk di akal dan sangat konyol.
Arkan menganggukkan kepalanya dan memeluk erat tubuh seksi wanita yang sangat dipujanya. "Iya, aku akan merebutmu kembali setelah aku memiliki hal yang diinginkan oleh orang tuamu. Tunggu aku dan percayalah padaku!"
Tanpa memikirkannya, Rini langsung menganggukkan kepalanya. "Aku mau, Arkan. Aku akan menunggumu kembali dan aku akan langsung meninggalkan pria itu jika kamu kembali setelah sukses. Terima kasih Arkan, aku sangat mencintaimu." Wajah Rini tampak berkaca-kaca karena merasa sangat terharu mendengar janji manis dari sang kekasih yang sangat dicintainya.
"Aku juga sangat mencintaimu, Sayang," ucap Arkan yang langsung memiringkan wajahnya saat semakin mendekati bibir tipis merah merekah yang terlihat sangat membuatnya tergila-gila.
Dengan gerakan sangat lembut ia mulai meraup bibir tipis itu dan mulai menyesap dan melumatnya. Tidak lupa ia sudah melesakkan lidahnya untuk mengabsen setiap sudut bagian dalam rongga mulut wanita yang sudah mulai membalas ciumannya.
Sedangkan tangannya tidak tinggal diam karena sudah melepaskan satu persatu kancing pakaian kekasihnya dan melepaskannya dari tubuh seksi itu. Dan ciumannya semakin bertambah liar karena ia sudah sibuk memberi jejak kepemilikan di setiap inci bagian atas tubuh wanita yang sudah mulai mengeluarkan lenguhannya.
Dan keduanya sama-sama sudah terbakar hasrat yang menggelora dan semakin menginginkan lebih karena saling mendamba. Karena sudah cukup melakukan foreplay, Arkan meraup tubuh seksi wanita yang sudah berubah merah permukaan kulit wajahnya ke atas ranjang king size dan mulai bercinta dengan wanita yang sangat dicintainya.
Suara desahan dan lenguhan dari keduanya mendominasi ruangan kamar hotel itu dengan benda mati yang menjadi saksi bisu dari adegan percintaan panas yang membuat 2 insan yang di mabuk cinta itu mengungkapkan perasaannya dengan momen penyatuan diri.
Tentu saja karena itu adalah hal yang pertama kali untuknya, membuat Rini menjerit kesakitan saat dinding pertahannya berhasil di terobos masuk oleh pria yang sudah bergerak sesuai irama di atas tubuhnya.
Arkan langsung membungkam bibir wanita yang sudah mencakar punggungnya dan mulai membuai wanita yang berada di bawahnya dengan gerakan yang awalnya lambat berubah semakin cepat dan semakin lama semakin membuat wanita yang kesakitan itu mulai menikmati perbuatannya.
Seolah keduanya sama-sama tidak memikirkan hari esok karena hanya memikirkan sebuah kepuasan batin saat berhasil merasakan surga dunia yang diimpikan oleh semua pasangan suami istri tanpa memikirkan bahwa perbuatan mereka melanggar aturan. Dan keduanya sama-sama jatuh terkulai lemas dengan peluh yang bercucuran membasahi tubuh polos mereka serta deru napas yang memburu setelah setengah jam lebih bercinta.
Flashback off ...
*******
Suasana di Bandara Internasional Soekarno Hatta terlihat sangat ramai di terminal kedatangan. Terlihat seorang gadis yang masih memakai seragam SMA baru saja turun dari mobil mewah dengan seorang supir paruh baya yang baru saja membukakan pintu untuknya.
Dengan buru-buru ia berjalan keluar dari mobil karena terlambat menjemput sang Papa yang baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya. "Terima kasih Pak Dedi, tunggu saja di parkiran! Nanti aku hubungi Bapak jika sudah bertemu dengan Papa."
"Baik Nona muda," ucap Pak Dedi seraya membungkukkan badannya dan melangkah masuk ke dalam mobil untuk segera memarkirkan mobil di tempatnya.
Sementara itu, Zaara tampak sangat kesal karena wajahnya semenjak keluar dari sekolah tadi masam. Tentu saja ia sangat membenci wanita yang tak lain adalah mama tirinya yang menyuruhnya untuk menjemput papanya di Bandara karena sedang sibuk ke salon.
Dan hal itu membuatnya tidak jadi pergi ke Cafe untuk mencari Om-om tampan untuk menjadikannya sugar baby.
"Si ular betina itu benar-benar sangat licik dan membuatku tidak bisa mencari om-om tampan. Dia pasti merayu Papa tadi dan bilang tidak bisa menjemput karena ingin merawat diri untuk melayani Papa. Memuakkan, aku benar-benar ingin muntah saat melihat wajah munafiknya."
Zaara masih tidak berhenti merengut dan bersungut-sungut karena merasa sangat kesal tanpa memperhatikan sekelilingnya. Dan tanpa sadar ia menabrak seorang pria yang sedang menundukkan kepalanya saat menatap ke arah ponselnya. Dan tidak bisa dihindari, ponsel milik pria yang ditabraknya jatuh ke lantai dan seketika langsung retak layar bagian depan karena terbentur lantai.
Zaara buru-buru berjongkok untuk mengambil ponsel dari orang yang ditabraknya dan mengamati benda pipih yang terlihat bernasib sangat mengenaskan di tangannya.
"Wah, mati aku. Aku pasti di suruh mengganti ponsel ini, mana aku nggak bawa dompet lagi, karena tas aku taruh di dalam mobil. Lebih baik aku mengajak bernegosiasi orang yang aku tabrak saja," gumam Zaara di dalam hati dengan perasaan yang sedikit cemas.
Lalu, ia yang masih memegang ponsel pintar yang retak itu langsung mendongak untuk menatap ke arah pria yang tengah berdiri menjulang di depannya. Manik bening miliknya menatap pria yang memakai kemeja berwarna abu-abu dengan blazer hitam, serta kaca mata hitam yang melindungi matanya yang semakin membuat pria berparas tampan itu terlihat sangat maskulin dan juga gagah.
Zaara tidak berkedip menatap wajah tampan dengan pahatan sempurna di atasnya. "Astaga, pria ini keren dan sangat maskulin. Aku suka dia, Om tampan seperti ini yang selama ini aku cari," batin Zaara.
"Dasar gadis yang sangat ceroboh! Apa yang kau lihat anak kecil," ucap Arkan yang merasa kesal karena ulah kecerobohan dari gadis berseragam abu-abu itu.
TBC ...