Chapter 3
TAP~
TAP~
TAP~
Suara sepatu pantopel laki-laki ini semakin membuat detak jantung Zia tidak karuan. Ia terus mengepalkan kedua telapak tangannya, karena dirinya sudah berada di ruangan ini sendiri bersama lelaki yang merupakan pimpinan perusahaan Oxtoon, tempatnya bekerja.
Aaron terus menatap Zia, seperti ingin menginterogasi seorang narapidana di depannya. Zia hanya berdiri, sembari menggenggam tangannya dengan erat.
“Kenapa dia melihatku seperti itu ?” Gerutunya dalam hati.
Aaron tersenyum, lalu ia suruh Zia untuk duduk di sofa.
Zia melangkahkan kaki dengan perlahan, lalu duduk di sofa putih ini. Aaron mengambil sesuatu di atas meja, lalu ia berikan kepada Zia.
“Ini adalah jadwal kerja saya, kamu harus memastikan semuanya berjalan sesuai dengan apa yang ada di jadwal itu, dan satu lagi setiap malam minggu saya akan dinner dengan seseorang. jadi semua pekerjaan harus sudah selesai” Ucapnya
Zia mengangguk, ia lihat isi dokumen ini lalu ia baca dengan suara berbisik. Aaron terus memperhatikan gerak gerik sekretaris barunya ini, lalu bibirnya pun menyerigai, tersenyum.
“Zia..” Ucap Aaron.
Sontak Zia mendongakkan kepalanya, lalu manik matanya menatap Atasannya ini.
“Iya, Pak..” Jawabnya.
“Setiap pukul dua belas siang, kamu harus ikut keluar dengan saya” Jawab Aaron.
“Baik Pak..” Jawabnya, sembari mengangguk.
Aaron tersenyum, lalu ia suruh Zia untuk duduk di kursi yang sudah disiapkan untuknya. Zia tampak bingung, ia bingung harus duduk di mana.
“Maaf Pak, tapi dimana ya kursi saya ?” Tanya nya dengan sungkan.
Aaron menyuruh Zia berdiri, lalu ia ajak ke kursi tempat kerjanya.
“Apa ? Tempat kerjaku di dalam ruangan ini ?!” Celetuknya dalam hati.
Zia terdiam, ia membungkukan tubuhnya, lalu duduk di kursi ini.
Aaron melangkahkan kakinya kembali ke kursinya, lalu ia kembali memeriksa dokumen yang sudah menumpuk di atas meja kerjanya.
Sedangkan Zia sedang memeriksa jadwal atasannya, lalu ia susun dengan sedemikian rupa.
*
Ruangan pimpinan Oxtoon Company grup, pukul 12.00.
“Zia..” Panggil Aaron.
Zia spontan berdiri, lalu melangkahkan kakinya dengan cepat menghadap Aaron.
“Ada apa Pak ?” Tanya nya, dengan tangan mengepal ke depan lalu tubuhnya sedikit membungkuk.
“Ayo, ikut saya” Jawab Aaron.
Zia mengangguk, ia berjalan di belakang Aaron lalu ia ambil tas nya.
*
CEKREKK
Pintu di buka oleh Zia, lalu mempersilahkan atasannya ini untuk keluar terlebih dahulu.
Kedua resepsionis yang ada di luar langsung menyapa, dan memberikan salam saat pimpinan mereka keluar. Zia terus berjalan di belakang, lalu Aaron berhenti melangkah. Sontak Zia ikut berhenti melangkah.
“Zia..” Panggil Aaron.
“Iya Pak..” Dengan sigap ia membungkukkan tubuhnya.
“Jangan berjalan di belakangku, tapi di sampingku” Jawab Aaron.
Zia mendongakkan kepalanya, lalu ia pun mengangguk.
Mereka kembali berjalan, lalu masuk ke dalam Lift.
Zia tampak terus menggenggam tas tangannya, lalu ia tatap layar yang menunjukkan lantai yang tengah mereka turuni.
Ia gugup saat berada berdua saja dengan atasannya di dalam lift ini, terlihat terus saja menggigiti bibirnya.
“Zia..” Panggil Aaron.
“Iya Pak..” Jawab Zia dengan cepat.
“Jangan menggigiti bibir, nanti berdarah” Jawab Aaron.
Zia terdiam, ia bungkam mulutnya.
TING !
Pintu lift terbuka, dengan berjalan berdampingan di lobby.
Semua mata tertuju kepada pimpinan mereka dan Sekretaris baru itu, dengan membungkukkan tubuh mereka menyapa dengan sopan.
“Berani sekali wanita itu berjalan berdampingan dengan CEO kita” Gerutu seorang wanita.
Zia terus berjalan mengikuti langkah kaki Aaron, agar ia tidak berada di belakang ataupun di depan pimpinannya ini.
*
Denis, sopir pribadinya sudah menunggu di depan bersama dengan Henry. Dibukanya pintu belakang lalu ia persilahkan majikannya ini untuk masuk ke dalam. Zia hanya menunggu sampai atasannya masuk ke dalam mobil, setelah itu ia melangkahkan kaki menuju ke kursi depan.
“Zia..!” Panggil Aaron dengan suara baritonnya.
Zia kembali mendekati Aaron.
“ Iya Pak” Jawabnya.
“Kamu mau kemana?” Tanya Aaron.
“Duduk, di depan Pak” Jawabnya dengan polos.
Aaron lalu bergeser ke kiri, kemudian ia suruh Zia untuk masuk.
“Ayo masuk” Ucap Aaron.
Zia tersadar, lalu masuk ke dalam kemudian duduk di samping Pimpinannya ini.
Mobil pun melaju keluar dari perusahaan ini.
*
Di dalam mobil, dengan melihat ke luar jendela mobil, Zia tampak tegang duduk di samping Aaron. ia genggam terus tali tas nya, lalu matanya terfokus ke depan.
“Henry, kirimkan ke Email Zia” Titah Aaron
Henry menoleh ke belakang, lalu mengangguk.
“Zia, nanti pelajari semua dokumen-dokumen penting kerjasama perusahaan kita dengan beberapa perusahaan lainnya” Ucap Aaron.
“Baik Pak, akan saya laksanakan” Jawabnya dengan formal.
Aaron tampak tersenyum, lalu melihat kembali gawai di tangannya.
Tidak berapa lama, mobil sedan mewah berwarna biru malam ini berhenti tepat di salah satu restauran Italia.
Zia keluar terlebih dahulu, agar atasannya bisa keluar.
Aaron keluar, lalu ia tatap wajah Zia terlebih dahulu.
“Ada apa? Apa di wajahku ada kotoran?”Gumamnya dalam hati.
Aaron lalu mengajak Zia berjalan bersamanya, sedangkan Henry dan Denis kembali ke dalam mobil, mereka pergi ke suatu tempat.
Zia tampak canggung, dirinya pikir akan bersama sopir dan juga manajer perusahaan itu.
*
Di dalam restauran bintang lima ini, Aaron disambut dengan sopan dan ramah oleh Manajer Restauran, ia dan Zia lalu di tuntun menuju ke ruangan VVIP yang sudah dipersiapkan.
“Silahkan masuk Tuan dan Nyonya” Ucap lelaki ini.
Zia masuk bersama Aaron, lalu mereka duduk berhadapan. Ini tampak canggung, karena di dalam ruangan tertutup ini hanya ada dirinya dan juga atasannya.
Zia lalu memberanikan diri untuk bertanya.
“Maaf Pak, apa kita akan bertemu dengan kolega disini ?” Tanyanya takut-takut.
Aaron menggelengkan kepalanya, lalu telapak tangan kanannya mengambil Wine yang sudah tersedia di dalam gelas tinggi itu, lalu menyesapnya dengan perlahan.
“Kita makan siang” Jawabnya
Zia tertegun, apa memang atasannya ini selalu makan di restauran mahal ini pikirnya.
“Nasi goreng Nenek pasti sudah dingin” Gumamnya dalam hati.
Tidak berapa lama, para pelayan dan manajer membawakan makanan ke dalam ruangan ini. Dengan ramah manajer restauran menunjukkan satu persatu makanan ini.
Zia mengangguk, dan berpura-pura tenang, sedang Aaron terus menatapnya.
Setelah menjelaskan semua makanan yang tersaji, Manajer dan pelayan ini berpamitan, lalu meninggalkan mereka berdua.
Aaron mengambil garpu, lalu ia lilitkan spaghetti dengan saus tomat ini kemudian ia masukkan ke dalam mulutnya. Sedangkan Zia hanya menatap atasannya, sebelum ia memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
“Zia makan” Ucap Aaron setelah selesai mengunyah suapan pertamanya.
Zia mengangguk, tangannya mengambil garpu lalu menyuapkan spaghetti ini ke dalam mulutnya.
Mereka makan siang dengan tenang, perlahan menghabiskan makanan ini.
Ia ambil gelas berisi wine, tapi tampak ragu-ragu untuk meminumnya.
Aaron menghentikan pergerakan mulutnya, lalu ia ambil serbet putih itu kemudian menyeka bibirnya.
“Zia, jangan minum Wine”’ Ucapnya.
Zia tertegun, lalu ia tatap gelas wine yang sudah ada di dalam genggamannya.
“Ini minum air putih” Ucap Aaron, sembari menyodorkan gelas berisi air putih.
Zia mengangguk, ia ambil gelas itu lalu meneguk air putih dengan perlahan.
“Jangan berani-berani untuk meminum Alkohol” Celetuk Aaron.
Zia terdiam, ia letakkan garpunya lalu menatap wajah Aaron.
Aaron tersenyum, tubuhnya pun bangkit dari kursi. Lalu melangkahkan kaki mendekati Zia, kemudian menundukkan kepalanya.
Mulutnya terbuka, spontan memberikan lumatan pada bibir wanita ini dengan lembut.
Tentu saja Zia akan terdiam membeku, saat dengan spontan bibir atasannya semakin dalam mencumbui bibirnya.
“Aku tidak mau kamu mencium orang lain saat kamu mabuk” Ucap Aaron, jemarinya mengusap bibir ranum ini dengan lembut.
Bola mata Zia terbelalak, mulutnya menganga.
Kembali Aaron menciumi bibir ini, lalu kedua tangannya mengangkat tubuh Zia, dipangku di atas tubuhnya.
Ia lanjutkan ciuman bergairahnya, dengan memberikan cumbuan lebih dalam, saling memagut, kemudian ia berikan salivanya sembari memejamkan mata.
Zia yang mematung, hanya bisa diam hingga tersadar.
“Pak..” Gumamnya sembari mendorong tubuh Aaron perlahan.
“Tanpa bantahan sayang” Jawab lelaki ini.
Zia membungkam mulutnya, ia akhinya sadar siapa lelaki yang ada di depannya sekarang.
Aaron kembali melanjutkan cumbuan bergairahnya, dengan terus merengkuh tubuh Zia dalam dekapannya, lalu bibirnya menciumi tengkuk leher mulus ini dengan agresif.
Zia mendongakkan kepalanya, merasakan bibir basah itu terus melumat selangkah lehernya nya yang sudah penuh dengan salliva atasannya ini.
Mulut Aaron perlahan menjalari belahan dada nya, lalu mencumbui dengan lebih beringas.
"Ehmm.."Desah Zia