Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 Perempuan Tangguh

Bab 3 Perempuan Tangguh

Setelah jadian, Teddy dan Nicole harus menerima kenyataan jika mereka harus menjaga jarak terlebih dahulu. Bukan tanpa sebab mereka harus menjaga jarak, semua dilakukan karena mereka akan menghadapi ujian akhir. Jika keduanya tidak mendapatkan nilai bagus, maka orang tua mereka akan sangat murka.

Teddy, Ethan, dan Nicole memang beberapa kali ingin melakukan belajar bersama, namun belum terealisasikan karena Nicole lebih memilih bersama dengan teman-teman perempuannya. Nicole tidak ingin ada gosip yang beredar dirinya sombong setelah memiliki kekasih seorang lelaki popular di sekolah. Akhirnya, Teddy hanya belajar dengan sahabat sejatinya yang selalu menemaninya kapan saja.

Ethan menyukai keputusan Nicole untuk tetap memprioritaskan teman, sama seperti yang dilakukan Teddy. Ada kalanya juga mereka menghabiskan waktu hanya berdua saja, dan sebagai teman juga harus memaklumi kegiatan yang mereka buat. Ethan juga tidak mempermasalahkan jika Teddy memang tidak bisa jalan dengannya.

“Kamu ke rumahku, ya,” ajak Teddy.

“Baiklah. Siapkan makanan enak, loh,” canda Ethan.

“Pikiranmu makan saja,” ujar Teddy menepuk lengan Ethan.

“Belajar itu memerlukan tenaga, jadi harus ada asupan yang bergizi, supaya pelajarannya terserap dengan baik. Tapi, satu bulan ini kita tidak ke tongkrongan?”

“Kita lihat akhir bulan ini saja. Jika nilaiku hancur, aku bisa dijadikan sate oleh daddy-ku,” ujar Teddy.

“Aku juga.”

Walaupun mereka memiliki kegiatan terselubung yang tidak baik, namun Ethan dan Teddy masih memikirkan pelajaran dan orang tua mereka. Terlebih lagi, Teddy seperti harus mengikuti jejak kakaknya yang begitu hebat. Ia tidak ingin kalah dari kakaknya itu dan dianggap sebagai pecundang di keluarga.

Sebenarnya orang tua Teddy tidak membandingkan dirinya dengan Grizelle. Mereka adalah anak yang sangat berbeda satu sama lain. Kepribadian mereka juga sangat berbeda bagaikan langit dan bumi.

Teddy begitu ramah, terbuka, dan memiliki teman, jadi wajar jika ada pemikiran ingin bermain. Sedangkan Grizelle selalu mengurung dirinya di kamar dan menjadikan belajar sebagai pelampiasan. Untuk ukuran anak seperti Teddy, ia sudah termasuk ke dalam kategori anak yang pintar.

*

Di tempat lain di Indonesia, tepatnya di Nusa Tenggara Barat, dua orang perempuan yang sangat mirip satu sama lain, bersama seorang bayi masuk ke bus antar kota antar provinsi. Nadia, perempuan yang lebih tua menatap adiknya Hana yang baru saja tamat SMA setahun lalu. Selama setahun mereka mengumpulkan uang dari bekrja sana sini di desa mereka, bertekad merantau ke Jakarta untuk memperbaiki hidup mereka.

“Hana kamu duduk di sini dulu dengan Rainan, Mbak mau urus barang dulu, tidak muat di sini.” Hana mengangguk dan memangku Rainan yang mengantuk, mengeratkan pelukannya pada bayi berusia 11 bulan itu.

Nadia. Namun, bedanya, Nadia masih agak pemalu dan berbicara dengan begitu lembut sekali. Banyak yang tertarik kepadanya karena lembutnya suara saat ia berbicara.

Nadia dan Raihana yang biasa dipanggil Hana adalah kakak beradik dari sebuah desa di Nusa Tenggara Barat. Nadia memiliki senyuman dan wajah yang manis. Sedang Hana masih sedikit pemalu dan berbicara dengan begitu lembut sekali. Banyak yang tertarik kepadanya karena lembutnya suara saat ia berbicara.

Hana mengikuti kakaknya untuk pindah ke Jakarta mengadu nasib di sana. Hana memiliki ambisi untuk menaikan derajat keluarga mereka di mata warga desa.

“Hati-hati di Jakarta, kamu bisa salah pergaulan dan tamat riwayatnya di sana,” ujar paman mereka yang tidak menyukai kepergian Hana. Pamannya menyuruh Hana yang manis untuk menikah saja, namun tidak semudah itu Hana menerima.

Hana melihat pengalaman hidup kakaknya, Nadia, yang berani menikah muda. Cinta ternyata tidak cukup untuk membuat bahagia setelah menikah. Kakaknya harus ditinggal oleh suami merantau jauh sampai ke Malaysia saat hamil dua bulan. Semua di lakukan Sophian, suami Nadia, demi memberikan penghidupan yang layak bagi istri dan bayi yang sedang dikandungnya. Namun berbulan-bulan, akhirnya mereka malah kehilangan kontak. Lalu, ia harus mengurusi dirinya sendiri dan bayi yang sudah lahir.

“Apa yang paman takutkan? Aku akan seperti Kak Sophian yang meninggalkan keluarga tanpa kabar?” ujar Hana pelan, namun terdengaroleh Nadia.

Nadia yang tertunduk pun langsung melihat Hana dalam, keputusan mereka seperti tidak dihargai oleh keluarga. Walaupun begitu, Nadia dan Hana tetap saja akan pergi ke Jakarta untuk mengadu nasib mereka. Mereka juga membawa Rainan, dan berharap mendengar kabar dari Sophian karena ada penduduk yang bercerita dia bertemu Sophian di Jakarta.

Sebenarnya Nadia tidak percaya akan cerita itu, namun ia tidak ingin terus menanti, dan pekerjaan sangat sulit di kampung mereka. Di Jakarta, mereka mendengar kabar bahwa banyak sekali lapangan pekerjaan di sana. Sampai mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan Jakarta, Nadia akan mencari pekerjaan, sedang Hana akan mengurus Rainan. Sampai semuanya merasa cukup aman.

“Kakak sudah tahu pekerjaan apa yang dibilang Om Lukas?” tanya Hana.

“Belum, Na. Om Lukas belum bercerita apa pun. Hanya bilang kalau mau ya, ke sini saja. Tapi dia berjanji menolong untuk mencarikan pekerjaan di Jakarta. Kamu bisa bantu jaga anakku dulu?” Nadia menjawab seraya memastikan kesanggupan adiknya itu. Nadia tampak sangat yakin dengan jawabannya. Ia tidak lagi memikirkan suaminya belakangan ini karena hidup harus dijalani.

Dengan tabungan yang seadanya, mereka pun pergi ke Jakarta dan berharap semua akan baik-baik saja. Keteguhan kedua perempuan itu pun memberikan kemudahan bagi mereka untuk sampai di Jakarta dengan selamat. Anak Nadia pun sangat pintar dalam gendongan, tidak rewel sama sekali saat perjalanan.

*

Suami Nadia adalah seorang TKI, berangkat ke Malaysia pada saat Nadia hamil dua bulan karena ingin memberikan penghidupan yang layak bagi keluarga kecilnya. Tetapi sampai Nadia melahirkan, mereka malah kehilangan kabar dari suaminya. Hal ini lah yang membuat Hana sangat kesal dan mendukung keputusan kakaknya untuk merantau.

Nadia dan Hana mendapatkan tempat tinggal yang pas untuk mereka. Sebuah kamar petak di perkampungan Jakarta. Harga dari kamar itu cukup murah, sehingga sisa uang bisa digunakan untuk hidup beberapa bulan. Namun, Hana berinisiatif untuk menjual kue terlebih dahulu dengan berkeliling.

Nadia menyetujuinya, ia bisa membuat kue bersama Hana, dan Hana yang akan berkeliling. Anak Nadia belum bisa ditinggal, jadi mau tidak mau mereka harus membagi tugas untuk bekerja dan menjaga bayi Rainan. Semuanya mereka harus lakukan untuk menyambung hidup sampai anak Nadian cukup umur untuk ditinggal.

“Kamu tidak masalah jika berkeliling? Kamu belum tahu perkampungan ini,” ujar Nadia.

“Kita di kampung hutan saja disusuri, ini hanya perkambungan, Kakak,” jawab Hana.

Nadia tersenyum mendengar jawaban dari adiknya, apa yang dikatakan Hana itu memang benar. Mereka berdua sudah terbiasa hidup susah dan mandiri, karena mereka yatim piatu. Hana sangat suka untuk jalan menelurusi tempat yang belum pernah ia kunjungi sama sekali. Nadia pun percaya dengan adiknya itu tidak akan tersesat untuk berkeliling berjualan kue di kampung.

“Besok aku akan jalan-jalan sedikit saja dulu untuk mengenali lingkungan sedikit. Sekalian melihat-lihat harga bahan untuk membuat kue,” ujar Hana.

“Baiklah, tapi aku tidak ikut. Sepertinya anakku masih membutuhkan istirahat,” sahut Nadia.

“Tidak apa-apa, Kak,” ucap Hana.

Hari itu Hana, Nadia, dan bayi Rainan pun beristirahat di kamar yang menjadi tempat tinggal mereka untuk beberapa waktu ini. Mereka juga akan menemui Om Lukas untuk memberikan kabar dan juga menanyai pekerja, mungkin untuk Nadia dulu. Nadia sangat bersyukur, ternyata mereka tidak terlalu lama menunggu.

Apa pun yang akan terjadi nanti, yang jelas mereka ingin tetap berada di Jakarta saja. Nadia ingin membuktikan jika ia bisa hidup tanpa suaminya yang sudah tidak ada kabarnya. Bagaimana pun pasti akan ada rezeki untuk anaknya.

Nadia meyakini jika Tuhan melihat mereka, dan akan membantu niat mereka. Selama ia percaya, semua akan baik-baik saja. Nadia juga memiliki Adik yang mendukungnya karena hanya mereka berdua saling memiliki dan Hana adalah satu-satunya pegangan di perantauan dengan bayi mungil ini.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel