Bab 12 Kenapa Gita?
Bab 12 Kenapa Gita?
Mereka berlima makan bersama di ruang makan Abian. Mereka menikmati makan malam bersama dan saling bercanda tawa. Abian yang selalu merasa kesepian di rumah, kali ini ia tidak merasa itu. Dirinya merasa sedikit bergembira dan bahagia rumahnya yang sepi menjadi ramai.
"Berbeda sekali suasana di rumah seperti biasanya," ucap Abian dalam hati dan tersenyum di depan teman-temannya.
Bahagianya dia malam itu membuat makan malamnya terasa lahap. Calya yang duduk bersebelahan dengannya melihat Abian makan berbeda seperti biasanya mereka makan siang. Ia tidak mengerti tentang perasaan Abian.
Kali ini Abian menghabiskan makanannya lebih dulu dari pada teman-temannya. "Cepat sekali kamu makan, Bian," ucap Calya terheran-heran.
Abian yang telah selesai menuju dapurnya meletakkan piring yang kotor dan mengambil gelas kosong dan kembali ke meja makan berkumpul bersama teman-temannya. Ia pun menuang air yang berada diteko dan mengisikan ke gelas yang ia bawa.
Ia memperlakukan teman-temannya dengan baik. Sehingga teman-temannya semakin suka berteman dengan Abian. Terutama Gita, yang melihat Abian langsung berbuat baik kepadanya di rumah Abian. Calya yang sudah biasa bersama Abian menganggap hal yang Abian lakukan seperti biasa pada umumnya tuan rumah. Namun berbeda pada Gita.
Selanjutnya Faki dan Wiko menghabiskan makanannya mengikuti jejak Abian. Calya dan Gita sangat menikmati makanannya. Sesekali Abian mengganggu Calya yang sedang makan hingga Calya malas melayani tingkah laku Abian. Gita yang melihat Calya diganggu oleh Abian hanya terdiam apakah tidak ingin melayan Abian.
Gita pun menyelesaikan makannya dengan pandangan Abian bersama dengan Calya. Gita hanya memandangi seperti Abian tidak menganggap kami semua ada. Gita pun berberes-beres dan menuju ruang tamu meninggalkan Abian, Calya, Wiko dan Faki.
Uang menghidupkan televisi dan menontonnya seorang diri tanpa ditemani siapapun. Padahal Faki dan Wiko sedang tidak sibuk jika ingin diganggu. Setelah Abian puas mengganggu Calya yang menikmati makanannya, ia pun beranjak dari kursinya dan meletakkan piring kotor di tempat cuci piring.
Calya pun memncuci piring bekas teman-temannya termasuk Abian. Abian pun menghampirinya dan berkata, "Tidak usah kamu cuci, nanti aku saja yang cuci."
Calya tidak mendengarkan perkataan Abian. Ia tetap mencuci piring yang sudah berserakan. Abian pun memegang piringnya dan menatap Calya seakan-akan mengatakan jangan. Abian cukup lama menatap Calya hingga Calya menyudahi cuci piringnya.
"Supaya orang tuamu pulang tidak melihat piring kotor. Pasti kamu nyucinya besok," ucap Calya sambil membilas tangannya yang bersabun.
"Tidak. Pulang ini aku mencuci piringnya," ucap Abian.
Wiko dan Faki melihat Gita menonton sendiri di ruang tamu, mereka menghampiri Gita yang sedang fokus menonton televisi. Mereka pun duduk di lantai beralaskan karpet berbulu halus. Gita tidak menggubris mereka berdua yang ikut gabung bersama.
Sedikit rasa iri Gita terhadap Calya, ia pun memanggil Calya.
"Calya!!" teriak Gita.
Calya mendengar Gita memanggil ia segera mendekati Gita, "Kenapa Git?" tanya Calya.
"Duduk sini. Jangan di dapur saja berdua, masih ada kami disini," ucap Gita dengan nada yang sedikit berbeda.
Abian yang mengikuti Calya menuju Gita mendengar perkataan Gita yang sangat ia tidak sangka. Abian sangat terkejut mendengarnya dengan nada Gita berbicara pada Calya tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Abian langsung teringat kejadian tadi siang di kantin sekolah bersama Calya. Ia sempat terpikirkan, "Mengapa Gita jadi berubah seketika."
Abian pun sedikit berjarak ketika Gita berkata yang tidak mengenakkan dihati. Ia pun duduk bersama dengan Faki dan Wiko. Sedangkan Calya duduk bersama dengan Gita diatas sofa. Walaupun Abian tidak tau perasaan Calya, namun ia sedikit menjauh.
Calya hanya terdiam dan duduk di sebelah Gita sambil menonton televisi. Calya pun tidak banyak berbicara kepada Gita. Calya sudah merasa pasti ada yang tidak beres dengan Gita. Namun Calya hanya diam dan tidak ingin memberitahu kepada Abian. Calya tahu, jika tidak kejadian di depan mata Abian, Abian tidak akan mengerti apa yang ia katakan.
Waktu pun semakin malam, Gita, Faki dan Wiko membereskan buku-buku mereka dan menyegerakan diri untuk pulang.
"Terima kasih ya Abian sudah menyambut kami," ucap Gita dengan penuh semangat berbicara kepada Abian.
Namun Abian hanya membalasnya dengan cuek, "sama-sama."
Gita pun sedikit murung sebelum pulang karena Gita merasa Abian ada yang salah.
"Terima kasih ya makannya, aku senang perutku juga ikut senang," ucap Faki.
"Perut terus yang kamu pikirkan," ucap Calya memotong.
"Kalau begitu, kami pamit pulang ya. Terima kasih banyak Abian," ucap Wiko.
"Sudah semua barang kalian? Yakin tidak ada yang ketinggalan?" ucap Calya.
Dengan suara cemprengnya Gita menjawab, "tidak."
"Baiklah kalau begitu. Hati-hati dijalan ya," ucap Calya.
Abian mengantar mereka hingga pintu gerbang, sedangkan Calya hanya menunggu di depan pintu melihat teman-temannya pulang dan melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Sebelum pulang Gita banyak tersenyum kepada Abian. Namun Calya tidak memperdulikannya.
Setelah mereka jauh dan tidak terlihat lagi dari pagar rumah Abian, Abian pun segera masuk dan mengunci pagar rumahnya. Hanya tersisa Abian dan Calya berdua di rumah Abian.
"Aku pulang ya?" ucap Calya.
"Aku antar kamu," balas Abian.
"Tidak usah. Aku pulang sendiri saja," ucap Calya. Ia pun segera.mengemasi barang-barangnya dan memastikan tidak ada yang tertinggal.
"Kamu tidak mengerti aku khawatir?" ucap Abian dengan menatap Calya sangat dekat.
Calya yang merasa kaget Abian menatapnya dengan dekat, ia mendorong Abian sangat kuat. "Apaan sih kamu?" ucap Calya.
"Kamu tunggu disini. Aku ke kamar dulu ambil jaket dan kunci motor," ucap Abian dan berlari menaiki tangga.
Calya pun menungguinya di dan ia melihat seperti ada benda kecil di karpet ruang tamu Abian. "Apa itu?" ucap Calya. Ia pun mendekatkan diri ke benda yang berada di karpet tersebut dan mengambilnya.
"Ini kan milik Gita," ucap Calya. Ia pun mengetahui maksud Gita meninggalkan peniti karakter yang ia seing gunakan. Sebelumnya Calya menyakan kembali apakah masih ada barang yang tertinggal atau tidak
"Licik kamu Gita," ucap Calya.
Terdengar suara langkahan kaki dari lantai atas menuruni tangga. Abian dan jauh melihat Calya seperti sedang melihat sesuatu. Ia pun menghampiri Calya.
"Apa itu Cal?" tanya Abian
"Eh, ini peniti karakter Gita ketinggalan," ucap Calya kaget.
"Ya, sudah jangan diurus itu. Kami bawa dan kembalikan pada dua besok," ucap Abian.
Calya pun menyimpannya dalam tas agar tidak ketinggalan saat dibawa ke sekolah. "Ayo, cepat antar aku pulang," ucap Calya.
"Kamu pakai jaket ini dulu," Abian memberikan jaket berwarna cokelat muda.
"Sudah, tak apa. Ayo," ucap Calya memaksa.
"Pakai dulu, baru kita pergi. Nanti kamu kedinginan naik motor di malam hari," ucap Abian memaksa.
Calya pun menuruti perintah Abian. Ia pun memakainya sambil berjalan menuju teras ruamh Abian. Abian pun mengunci pintu rumahnya dan bergegas pergi mengantarkan Calya pulang.
Di perjalanan, Abian bertanya pada Calya, "Cal, kamu tidak sakit hati ya dengan perkataan Gita tadi?"
"Yang mana?" ucap Calya lupa.
"Yang tadi kita di dapur itu loh," lanjut Abian.
"Oh yang itu, sedikit saja. Tapi, ya sudahlah lupakan saja," ucap Calya.
"Kamu merasa tidak Gita berbeda ketika denganmu dibandingkan dengan aku, Wiko dan Faki?" tanya Calya.
"Memangnya kenapa?" tanya Abian.
"Ya, dia seperti salah satu perempuan di sekolah yang suka denganmu. Apa kamu tidak lihat tingkah lakunya hingga meninggalkan peniti karakternya?" ucap Calya.
Abian hanya terdiam mendengarkan Calya berbicara, ia merasa seperti Calya juga satu perasaan dengannya. Abian merasa Calya seperti sedikit cemburu pada Gita.
"Denger tidak aku bicara?" tanya Calya sedikit teriak.
"Apa? Coba ulang, aku tidak mendengarnya," ucap Abian berbohong.
"Sudahlah, aku malas mengulang. Capek. Angin di jalan juga sangat kencang. Sakit tenggorokan aku," ucap Calya bete.
Abian pun hanya tersenyum dibalik pelindung kepalanya. Abian pun fokus mengendarai motornya menuju rumah Calya dengan sangat hati-hati. Sedangkan Calya, dibelakang Abian ia menikmati indahnya langit malam dihiasi oleh bintang dan bulan.