Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 3

“Enggak apa-apa bu, sudah biasa seperti ini. Biasa saya juga nungguin tamu bapak dari luar daerah, malah lebih lama lagi,” ucapnya sambil terkekeh.

Pak Heri mengulurkan tangan ke arah Zee, “Perkenalkan saya Heri, supirnya pak Erik,”

Zee membalas uluran tangan laki-laki itu, “Saya Zeze Mahendra, biasa di panggil Zee,”

“Katanya Ibu dari Pontianak ya,”

“Iya, pak,”

“Jauh juga ya bu, sampai dimutasi ke Jakarta. Bapak harap ibu betah kerja di sini,”

“Semoga saja pak,” ucap Zee.

"Maaf, bu sini kopernya saya bawain,"

“Iya pak,” ucap Zee menyerahkan kopernya kepada pak Heri.

Zee mengikuti langkah pak Heri menuju ke area parkiran. Ia melihat laki-laki itu memasukan koper di bagasi, dan lalu membuka pintu mobil untuk Zee. Pak Heri mempersilahkan Zee masuk. Semenit kemudian mobil dan meninggalkan area bandara.

“Masih pagi tapi panas banget ya pak,” ucap Zee membuka topic pembicaraan.

“Maklum bu, namanya juga Jakarta,”

“Tapi lebih panas di Pontianak loh pak,”

“Masa’ sih bu,”

“Serius, kalau enggak percaya coba bapak ke Pontianak,” ucap Zee sambil terkekeh.

***

Satu jam kemudian, Zee menatap bangunan kost bertingkat tiga, tepatnya di belakang gedung Swiss Hotel. Ia pikir kost yang akan di tempatinya mirip kost-kostan biasa dan sederhana. Ternyata cukup mewah untuk ukuran kost-kostan yang ia bayangkan sebelumnya.

"Saya disuruh pak Erik ngantar ibu kesini, disini tempat tinggal ibu selama kerja di Jakarta. Memang di carikan letaknya dekat dari kantor, hanya perlu jalan kaki ke depan. Ini kuncinya untuk ibu, kata bapak, jika ibu sudah siap, langsung menghadap bapak hari ini juga," ucap Pak Heri, lalu menyerahkan kunci kepada Zee.

Zee menerima kunci kost itu dari tangan pak Heri, "Saya menghadap pak Erik jam berapa pak?," Tanya Zee bingung.

"Kapan saja bu, ibu siapnya jam brapa? Nanti saya konfirmasi ke bapak".

Zee melirik jam ditangannya, Zee masih berpikir, lalu menimbang-nimbang waktu, "Sekitar jam 2 siang ya pak saya kesana, soalnya ingin bebenah dulu,"

"Iya bu, nanti saya sampaikan. Kalau ada apa-apa hubungin saya saja," pak Heri melangkah meninggalkan Zee, menuruni tangga.

"Iya pak" ucap Zee menatap pak Heri menjauh darinya.

Zee membuka hendel pintu, lalu mengedarkan pandangan kesegala penjuru ruangan. Ruangan kamar ini tidak terlalu besar dan tertata rapi. Sepertinya memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Ini hanya sebuah kamar, tempat tidur berukuran sedang, dengan saprai berwarna putih, serta di sana dan Tv flat berukuran 42 inchi. Ia melangkah mendekati kamar mandi, kamar mandi ini yang di buat seminimalis mungkin. Kamar ini lebih mirip kamar hotel menurutnya. Jujur kost ini jauh lebih baik dari pada kamarnya di rumah.

Zee menggulung rambutnya ke belakang. Agar lebih leluasa untuk beraktifitas, ia akan menyusun bajunya di lemari. Pakaian yang ia bawa tidak banyak, hanya yang penting-penting saja. Selebihnya ia akan membeli di sini saja, toh harga pakaian di sini jauh lebih murah. Jika sempat ia akan ke Tanah Abang, mencari pakaian. Setalah menyusun pakaian Zee lalu segera melaksanakan ritual mandi dan beristrahat sejenak.

***

Zee memfokuskan penglihatannya, sambil menahan kantuk. Zee mencari ponsel yang ia letakkan tempat tidur. Ponsel itu terselip di bawah bantal, dilirknya jam digital pada layar menunjukkan pukul 01.15. Ternyata sudah dua jam ia terlelap. Zee menegakkan punggng sambil merenggangkan otot-otot tubuh. Ia lalu berdiri mengambi handuk kecil miliknya di lemari. Ia akan mencuci wajahnya di kamar mandi.

Setelah itu Zee melangkahkan kaki menuju lemari. Pilihannya kali tertuju pada kemeja berwarna coklat pastel dan dipadu dengan rok hitam selutut. Tidak lupa blezer hitam ia kenakan. Zee mencoba memblow rambutnya sebentar, ia tidak ingin berpenampilan acak-acakan di hadapan seorang direktur. Terlebih ini merupakan pertama kalinya ia bekerja.

Baginya wanita itu harus menjaga penampilan, ia bahkan terkadang berdandan berjam-jam lamanya agar terlihat menarik. Mungkin di luar sana banyak yang bilang bahwa laki-laki suka melihat wanita yang alami tanpa dandan. But you know ladies? Itu hanya mitos belaka. Masalahnya laki-laki sama sekali tidak tahu bagaimana cara membedakan make up natural dan tidak.

Setidaknya wanita itu harus memakai bedak atau lipblam. Apalagi ia sebagai wanita pekerja, di tuntut selalu tampil segar. Bertemu rekan kerja, dan klien, setidaknya ini mebuktikan bahwa kita menghargai diri sendiri dan orang lain. Point penting berdandan akan membuat semua orang bersemangat, dan dinilai memiliki kepribadian yang rapi.

Zee menatap penampilannya sekali lagi, tidak ada satupun yang kurang pada dirinya. Zee mengambil tas berwarna coklat miliknya. Zee lalu melangkah meninggalkan kamar kost, menuju Swiss Hotel.

Zee menghela nafas, ditatapnya bangunan berlantai delapan dihadapannya. Zee memasuki loby hotel dan disambut ramah oleh security.

"Ada yang bisa saya bantu bu?" Tanya security itu.

"Saya ingin bertemu dengan pak Erik, sudah janji bertemu beliau" ucap Zee.

"Owh pak Erik, ibu sudah buat janji sebelumnya?" Tanyanya lagi.

"Sudah pak".

"Mari bu, saya antar ke ruangan pak Erik" ucap security meninggalkan area lobby.

Zee mengikuti langkah security, masuk ke lift dan menuju kelantai lima. Zee melihat laki-laki itu membuka pintu untuknya.

"Bapak ada didalam, silahkan masuk,"

Zee mengangguk "Terima kasih, pak" ucapnya, pelan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel