11
"Oy, cicak! Bagus juga tadi lo presentasinya. Good! Salut, deh!" Kata Rissa pada Bayu sambil mengacungkan jempolnya.
"Emang! Lo aja yang baru nyadar kalau gue ini cowok yang baik hati, arif, nan bijaksana. Memiliki kepandaian luar biasa serta pengetahuan yang tiada tara. Dengan anugerah ketampanan yang tidak tertandingi oleh makhluk seisi bumi." Cerocos Bayu narsis sambil menunjukan ekspresi yang sangat dibuat-buat.
"Ya ampuuuuunnnn, panjang amat, dah. Terserah lo deh, Bayu. Cowok yang baik hati, arif, nan bijaksana. Memiliki kepandaian luar biasa serta pengetahuan yang tiada tara. Dengan anugerah ketampanan yang tidak tertandingi oleh makhluk seisi bumi. Terserah, lo! Iya-in aja deh, biar cepet!" Kata Rissa, mengutip kembali kalimat super-dramatis yang diucapkan Bayu sebelumnya.
"Woaah! Lo ngutip semua perkataan gue, Riss? Tepat, benar, tanpa celah. Gue salut ama daya ingat, lo! Hahaha." Sahut Bayu.
"Ya iyalah, gue itu emang cewek cantik sebenua antartik yang membuat para cowok tak mampu berkutik sehingga selalu melirik. Dengan kecerdasan dan kepandaian yang tak mampu ditandingi oleh seisi bumi. Jelas aja gue, inget! Wleee!" Jawab Rissa tak kalah narsis. Ia bahkan ikut-ikutan memuji diri sendiri dengan kalimat yang dramatis dan lebay.
"Hahaha, ecieeeeee... Kompak banget, sih. Cocok, deh! Jangan-jangan jodoh. Hahaha." Ejek Bimo pada Rissa dan Bayu yang kompak memuji diri sendiri dengan narsis.
"Aaaamiiiiinnn..." Sahut teman-temannya yang lain. Radith yang paling semangat.
"Hah? Apaan, sih?" Sahut Rissa dan Bayu bersamaan.
"Ecieeee, kompak bener, dah. Hahaha." Ejek Bimo, sekali lagi.
"Beneran, deh. Beneran jodoh kayaknya. Ck ck ck. Kiamat udah dekat." Cerocos Daffa tiba-tiba.
"Maksudnya!?" Tanya Rissa dan Bayu bersamaan, lagi.
"Tuh, kan. Bener-bener. Kiamat udah dekat. Mohon ampuni dosaku, Tuhan." Kata Daffa dramatis.
"Apaan sih, Daffa!?" Teriak Bayu dan Rissa, bersamaan.
"Lo ngapain dah ngikutin perkataan gue mulu!? Gak kreatif! Dasar cewek tomat! Huh!" Kata Bayu pada Rissa, lalu memalingkan wajahnya.
"Apaan!? Yang ada juga elo yang ngikutin perkataan gue melulu! Dasar cicak! Huh!" Rissa membalas perkataan Bayu, lalu ikut-ikutan memalingkan wajahnya sambil menyilangkan tangannya di dada dengan bibir yang mengerucut.
"Alhamdulillahirabbil 'alamin. Kiamat gak jadi, udah ditunda. Alhamdulillah, lega, lega. Berantem terus deh kalian. Jangan akur, jangan baikan, musuhan aja terus. Kalo kalian sampe beneran pacaran, dunia kiamat. Tomat dan Cicak bersatu. It's not good." Celoteh Daffa kemudian.
"Gaje! Huh!" Kata Bayu dan Rissa bersamaan. Keduanya lalu pergi ke luar kelas.
Teman-temannya hanya tertawa geli melihat tingkah Bayu dan Rissa.
"Kemana?" Tanya Alexa kemudian, pada Rissa tentunya.
"Mau ke mana, Bay?" Tanya Andra pada Bayu setelahnya.
"Kantin." Jawab Rissa dan Bayu, bersamaan.
"Iiiiihhh, lagi-lagi samaan. Huh!" Rissa lalu berjalan dengan cepat menuju kantin, meninggalkan Bayu di belakangnya.
"Resek! Emang gue yang mau? Dasar tomat! Huh!" Bayu lalu melangkah juga, menuju kantin.
~ ~ ~
"Dasar Bayu cicak! Nyebelin banget!" Omel Rissa sambil meminum teh botol yang baru saja ia beli.
"Woy cewek bar-bar! Sendirian aja, lo? Temen bar-bar lo yang satunya mana? Gak ada perlindungan, dong! Hahaha." Ejek Nana and the genk pada Rissa.
"Apaan? Dasar cabe!" Balas Rissa enteng.
"Sialan! Sini lo! Kalo berani, sini ikut!" Tantang Mary.
"Boleh! Siapa takut!?" Jawab Rissa tak mau kalah. Ia lalu mengikuti Nana and the genk dari belakang. Mereka berjalan menuju pekarangan belakang sekolah. Sangat sepi di sana, sangat jarang ada siswa ataupun guru yang ke sana. Di sana terdapat sebuah gudang lama yang tak terpakai.
"Sekarang lo mau apa!?" Tanya Rissa sesampainya di tempat tersebut.
"Mau... mau apa, ya? Hahaha." Tawa ejekan dari Jessy dan Mary yang membuat Rissa menjadi geram.
"Ucucucucucu ... ada yang kesel, nih kayaknya? Kesel, ya? Iya? Hm?" Tanya Nana dengan nada sarkatis pada Rissa.
"Eh, cabe! Ngapain lo nyuruh gue ke sini!? Lo mau apa, hah!?" Tanya Rissa.
"Kita mau ... ngasih lo pelajaran!" Kata Nana.
"Hah? Pelajaran? Pelajaran apa? Matematika? IPA? Ekonomi? Apa?" Tanya Rissa dengan nada sarkatis dan terkesan menantang.
"Pelajaran, karena lo udah berani berurusan sama Queen Nana. Girls, show her!" Titah Nana pada teman-temannya sembari menyeringai puas.
"Mau apa lo!?" Bentak Rissa.
Jessy dan Mary berusaha memukuli Rissa. Rissa tak terima dan menangkisnya. Perkelahian tak terelakan. Mereka saling memukul, mencubit, menampar, bahkan berjambak-jambakan. Sedangkan Nana hanya menonton sambil membersihkan kukunya.
~ ~ ~
"Al, lagi ngapain?" Sapa Andra pada Alexa. Ia lalu menghampiri Alexa dan duduk di sampingnya.
"Nafas." Jawab Alexa, singkat dan padat seperti biasanya.
"Selain itu?"
"Duduk."
"Selain itu?"
"Baca buku."
"Selain itu?"
"Ngejawab pertanyaan bodoh dari kamu." Jawab Alexa kemudian sambil menatap ke Andra sambil menutup buku yang sedang dibacanya.
"Hahaha." Andra malah tertawa.
"O iya, Bayu sama Rissa belum balik ya, Al?"
"Keliatannya?" Alexa malah bertanya balik dengan malas dan tanpa menolwh kepada Andra. Ia fokus membaca bukunya.
"Hmmm ... mereka gak keliatan di kelas, sih. Jadi kayaknya belum. Menurut, lo?" Tanya Andra yang sengaja memamcing Alexa.
Namun Alexa tak terpengaruh dan hanya berdehem singkat sebagai respon. Andra malah merasa aneh sendiri dan berakhir dengan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
~ ~ ~
"Woyy!!! Berhenti!!!" Bayu yang sebelumnya juga melihat Rissa yang berjalan menuju ke arah lain, bukannya ke kelas memutuskan untuk mengikutinya. Alhasil, kini ia ada di sini, di dekat gudang lama. Bersama dengan Rissa beserta Nana CS.
Teriakan Bayu tersebut membuat Jessy dan Mary serta Rissa sendiri berhenti dari aktivitasnya yang adu jambak-jambakan.
Nana yang sedari tadi hanya duduk berpangku tangan akhirnya berdiri. Menatap tajam pada Bayu yang kini sudah berada di samping Rissa.
"Mau jadi pahlawan kesiangan, lo?" Tanya Nana sarkatis kepada Bayu sambil melipat tangannya di dada.
Bayu menggenggam pergelangan tangan kiri Rissa, "Kalau iya, kenapa? Dan kalaupun enggak, kenapa?"
Rissa yang mendengar ucapan Bayu itu terkejut. Ia menatap Bayu dengan tatapan bingung. Yang berdiri di sampingnya kini memang Bayu? Benar Bayu, kan?
"Biasa aja natapnya." Kata Bayu sambil menoleh ke arah Rissa. Rissa tersentak dan langsung mengalihkan pandangannya.
"Waw! Saalut! Tapi ya, bodo amat. EGP!" Kata Nana dengan menaikan satu oktaf suaranya dan mendorong bahu kanan Bayu.
Bayu memutar bola matanya jengah. Ia tak mau dan tak sudi berlama-lama berhadapan dengan manusia macam Nana ini, hanya buang-buang waktu.
Bayu lalu menatap Rissa sebentar dan segera menarik tangan Rissa agar kembali ke kelas.
Hal itu tentu saja membuat Nana geram. Ia mencekal tangan Rissa yang satunya yang membuat Rissa sesikit meringis karena kesakitan. Pergelangan tangannya tergores akibat kuku Nana yang panjang.
"Gue gak ada urusan sama lo ya, mata empat! Sekarang memdingan lo pergi dan gak usah ikut campur!" Bentak Nana galak.
"Gue juga gak ada urusannya sama lo. Gue ada urusannya sama Rissa, karena dia anggota kelompok gue, dan kita harus persiapin materi kelompok presentasi kita. Jadi mending lo yang minggir, atau mau gue laporin langsung ke bu Dian??" Ancam Bayu dengan nada yang lebih santai sambil memperbaiki posisi kacamatanya yang melorot ke hidung.
Nana terbungkam. Ia tak mau berurusan dengan guru, terlebih dengan bu Dian yang merupakan kenalan ayahnya.
Bayu tersenyum mengejek, menghempaskan tangan Nana dari tangan Rissa dan berjalan kembali menuju kelasnya, sedangkan Rissa hanya mengikkuti dengan diam.
Katanya mau balik ke kelas, kenapa malah ke sini?, batin Rissa sambil menatap Bayu bingung.
"Bay, kok kita malah ke sini? Bukannya ke-"
"Gak usah banyak tanya. Lo ngaca sono, penampilan lo udah kayak korban tanah longsor tahu, gak?" Ujar Bayu yang langsung memotong perkataan Rissa.
Rissa berjalan ke arah cermin, daaaann ..., "What!? Ini beneran gue!? Sumpah, gak banget!" Pekik Rissa melihat pantulan dirinya di cermin. Benar kata Bayu, ia tampak seperti korban bencana alam yang membutuhkan bantuan.
"Nih." Kata Bayu yang sudah berdiri di belakang Rissa sambil memberikan kotak P3K.
Ya, kini mereka berada di ruang UKS. Namun kini keadaan ruang UKS sedang kosong, mungkin petugas PMR sedang istirahat.
Rissa menoleh dan menatap Bayu bingung. Bayu memutar bola matanya jengah, "Noh, lutut lo luka, pipi lo juga merah. Bakalan bengkak tuh kayaknya."
Mendengar hal itu, Rissa kembali mengecek keadaan dirinya sendiri. Sulit diakui, namun penampilan Rissa kini memang terlihat ... menyedihkan.
Rissa lalu segera duduk di ranjang ruang UKS dan segera mengobati luka-lukanya sendiri. Sementara Bayu langsung melangkah ke luar, katanya ia akan segera kembali.
Tak lama, Rissa selesai mengobati lukanya. Bayu lalu datang dan menyodorkan sebuah plastik putih.
"Apaan, nih?" Tanya Rissa yang tidak langsung menerima pemberian Bayu tersebut.
"Bacot! Lu kagak bisa diem, ya? Banyak nanya!" Kata Bayu galak. "Ini seragam. Sekarang lo ganti, sono! Penampilan lo sekarang ancur banget, udah kayak gelandangan!"
"Oy! Lo ngebantuinnya niat ato gak, sih!? Bantuin ya bantuin aja, gak usah pake acara ngatain, dong!" Sahut Rissa sewot. Ia lalu merampas plastik dari tangan Bayu dan segera menuju toilet untuk mengganti seragam dan merapikan penampilannya.
Melihat punggung Rissa yang berjalan menjauh, Bayu tersenyum simpul. Ia lalu segera menggeleng, gue kenapa senyum?, tanyanya dalam hati.
~~~
Rissa telah merapikan penampilannya. Kini ia sudah terlihat lebih baik dari keadaan sebelumnya.
Ia kini tengah berjalan melewati koridor lantai satu, hendak menuju kelasnya. Bayu yang juga berjalan di sampingnya hanya diam saja. Entah mengapa, suasana di antara keduanya terasa canggung.
Duuuh, kok jadi canggung gini, sih?, Rissa membatin. Ia sungguh merasa tak nyaman dengan keadaan ini.
Bayu kemudian berdehem beberapa kali, namun pandangannya ia arahkan ke arah lain. Rissa sedikit terkejut, karena ia barusan melamun.
"Ummm, Bay?" Panggil Rissa kemudian.
"Hm? Kenapa?" Bayu langsung menoleh kepada Rissa.
"Itu ... thanks, buat yang tadi."
"Ohh. Iya. Sans ajalah!"
"Hm, yaudah."
Keduanya kembali bungkam. Suasana canggung itu kembali menyelimuti keduanya.
Tunggu! Tunggu sebentar. Sejak kapan Bayu dan Rissa menjadi canggung satu sama lain? Maksudnya, ayolaahh. Selama ini mereka bahkan tidak segan untuk saling mengejek atau memukul satu sama lain. -Ya, Rissa yang lebih sering memukul Bayu, tentu saja.
"Lo ... " kata keduanya bersamaan dan membuat mereka tidak melanjutkan apa yang ingin disampaikan.
"Apa? Lo mau bilang apa?" Tanya Rissa kemudian.
"Bukan apa-apa. Lo aja duluan. Tadi mau bilang apa?"
"Gak apa-apa. Lo aja yang duluan."
"Gak. Lo aja, cewek duluan."
Rissa berpikir sejenak, "Haha. Bukan apa-apa, kok. Bukan hal yang penting." Rissa tersenyum kikuk.
"Oh. Sama, siih. Yang gue mau bilang juga bukan hal yang serius. Santai aja. Hehe." Bayu tertawa garing.
Tadi kan dia nolongin gue, tapi dia gak diapa-apain, kan? Pasti dia gak apa-apa, dong? Iya, pasti! Kata Rissa dalam hati, berusaha meyakinkan dirinya sendiri.
Dia sakit gak, ya? Pipinya ampe merah gitu, ditampar kayaknya. Umm, tadi keliatannya dia udah gak papa. Semoga. Batin Bayu. Sedikit-banyak ia menghawatirkan Rissa. Maksudnya, ayolaah. Rissa sendirian menghadapi dua orang yang terkenal dengan tindakan bully yang mereka lakukan. Dan yang terpenting, postur tubuh kedua orang itu lebih besar dibanding Rissa.
Hening. Keduanya kembali bungkam.
Oh, Tuhaaaan. Ada apa ini sebenarnya?
~ ~ ~
"Udah balik, Bay?" Tanya Andra begitu menyadari kedatangan Bayu yang kini sudah berada di dekat pintu.
"Menurut, lo?" Sahut Bayu sewot.
"Santai, dong! Gue cuma nanya kali. Mau nyaingin dinginnya Alexa, lo?" Cerocos Andra yang sukses membuatnya mendapat tatapan tajam dari Alexa. Menyadari hal itu Andra hanya bisa nyengir sambil mengangkat telunjuk dan jari tengah tangan kanannya bersamaan.
Bayu lalu langaung duduk di bangkunya dan menunduk sambil menghela nafas panjang.
Kenapa tuh bocah?, batin Dwi yang juga memerhatikan tingkah laku Bayu yang terasa aneh, tidak seperti biasanya.
"Andra, awas! Gue mau duduk! Lo balik ke tempat duduk lo sendiri, sekarang!" Titah Rissa galak sambil menunjuk Andra lalu tempat duduknya, di samping Bayu.
"Yaudah. Gak usah galak-galak dong, Riss. Kasih tahu baik-baik juga bisa, kok. Ok?" Sahut Andra ramah disertai dengan senyum manisnya.
"Buruan! Awas!" Rissa langsung menarik paksa tangan Andra hingga Andra berdiri dan ia langsung duduk di kurainya yang sebelumnya diduduki Andra.
Ada yang salah, nih. Batin Bimo sambil mengusap-usap dagunya sendiri.
Andra yang merasa bingung, lalu memutuskan untuk kembali duduk di tempatnya sendiri, di samping Bayu.
Sementara itu, Dwi dan Bimo saling memberikan kode dengan tatapannya. Entah apa maksudnya, tapi yang jelas mereka tengah membahas Rissa dan Bayu.
"Bay, si Rissa aneh, deh. Jadi galak banget." Bisik Andra kepada Bayu yang masih menunduk di sampingnya.
Bayu menghela nafas, "Riss! Andra bilang lo aneh, jadi galak kayak ibunya macan!" teriaknya mengadu pada Rissa.
What!? Andra melotot. Tamat sudah riwayatnya.
Teriakan Bayu tersebut membuat dirinya dan Andra menjadi pusat perhatian. Bahkan Alexa saja kini menoleh kepada Andra dan menatapnya horor.
Menangkap tatapan horor Alexa, Andra hanya bisa nyengir kuda.
"Serah, lo! Kalau emang gue emaknya macan, kenapa!? Masalah buat, lo!?" Bentak Rissa seketika yang membuat seisi kelas terkejut, terlebih Andra.
"Gak gitu, Riss. Gue cuma becanda, kok. Maaf." Andra yang tak tahu ada apa dengan kedua temannya itu langsung saja meminta maaf untuk menghindari ketegangan lebih lanjut.
"Oy! Jangan teriak-teriak." Tegur Frisqy kepada Rissa dan juga Bayu.
"APA!?" bentak keduanya bersamaan.
Frisqy terkejut. Andra terkejut. Bukan, bahkan seisi kelas terkejut. Termasuk Alexa, ia juga ikut terkejut. Ada apa gerangan dengan kedua makhluk ini?
Mereka berdua biasanya paling segan dan takut kepada kedua makhluk yang memiliki sisi gelap -eh? Sisi dingin maksudnya, yaitu Frisqy dan Alexa tentu saja. Dan kini, mereka baru saja membentak Frisqy. Tolong digaris bawahi, membentak.
"Kalian kenapa?" tanya Alexa kemudian yang mewakili seluruh teman sekelasnya. Ia menyadari keanehan yang terjadi.
Bayu dan Rissa menoleh, menatap ke arah Alexa. Alexa masih setia dengan wajah datar tanpa emosinya. Alexa tenang dan masih menanti jawaban.
Rissa dan Bayu menghela nafas, bergeleng beberapa kali dan menelungkupkan kepalanya ke dalam lipatan taangan masing-masing.
Suasana kelas menjadi hening. Aura dingin terasa mencekam. Bahkan suhu dinginnya mampu menusuk hingga ke tulang-tulang.
Radith menelan salivanya berat. Mengapa Bayu dan Rissa berbuat nekad?
Mengapa mereka harus membangunkan beruang kutub yang sedang tidur?
Aaahh, sungguh gila.
Menyadari keadaan kelas yang tiba-tiba berubah hening, Rissa dan Bayu mengangkat kepalanya dan melihat sekitar. Tak ada yang bersuara, tak ada yang bergerak. Bahkan sepertinya teman-temannya sedang menahan nafas.
Menyadari hal itu, Bayu dan Rissa saling berpandangan. Keduanya meneguk salivanya berat, perlahan menolehkan kepalanya menuju sumber hawa dingin ini.
Pelan-pelan, pelan-pelan, pelan-pelan.
"Huwaaaaaaa!!!" Teriak Rissa yang terkejut bukan main saat melihat Alexa yang tengah menatapnya tajam. Rissa bahkan sampai terjatuh dari kursinya ke lantai. Sedangkan Bayu hanya mematung di tempat.
Hm? Apa yang terjadi? Alexa merasa bingung. Kenapa Russa terkejut dan bahkan sampai terjatuh saat melihatnya? Apakah Alexa semenyeramkan itu?
Rissa menghirup dan menghembuskan udara berkali-kali sambil mengusap dadanya. Rasanya seperti seorang atlet marathon yang telah berlari puluhan kilometer.
"Kenapa?" Tanya Alexa datar.
"Al, lo bisa gak jangan horor-horor amat kalo natap orang? Jantungan nih, woy!" Omel Rissa kemudian.
Alexa menjadi bingung. Memangnya apa yang telah dia lakukan? Alexa hanya menatap Rissa seperti biasanya. Apa yang salah dengan hal itu?
"Gue bukannya mau ngacangin elo. Cuma lagi males ngomong. Lo natapnya jangan kayak psikopat yang mau ngebunuh orang, dong! Lagian gue gak apa-apa, kok. Gak kenapa-kenapa. Sumpah! Gak pake bo'ong." Cerocos Rissa panjang-lebar, masih dalam posisinya yang terduduk di lantai.
"Gue cuma nanya. Lo mau jawab atau gak, terserah. Gue gak sekepo itu." Sahut Alexa dengan enteng dan wajah datarnya yang jujur saja ... menyebalkan. Ia lalu kembali fokus pada bukunya.
"Kampret!" Komentar Rissa sebelum kemudian bangkit dan kembali duduk di kursinya yang tidak ditanggapi oleh Alexa.