Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 13

Aku terjatuh ke tubuh Ibu, susu ibu mengganjal tubuhku. Kupeluk Ibu erat Ibuku selama spermaku keluar. Setelah semua keluar aku nikmati sisa-sisa kenikmatan. Terasa cairan kenikmatan kami bersatu. Kuangkat kepalaku dan kucium Ibuku. Kulumat bibirnya penuh dengan sisa-sisa nafsu dan tenagaku. Kurebahkan tubuhku disamping kanan Ibuku, Ibuku langsun ikut mengganti posisinya dan sekarang diatasku dan masih dalam posisi berciuman. Setelah puas berciuman.

"Ooh...Nak.... Ibu ingin dinikmati sama kamu terus, apapun yang kamu minta Ibu turuti nak, sama Ibu terus ya...." ucap Ibuku lirih.

"Iya bu hah hah hah... ibu nikmat sekali..... yang penting Ibu keluarkan semua Emosi Ibu ya..." jawabku.

Ibu masih dalam posisi tubuh di atas tubuhku, kulingkarkan kedua tanganku dan kupeluk ibu. Susu Ibu yang besar entah berapa ukurannya itu mengganjal di dadaku. Ibu mengecupi wajahku dan aku pun membalasnya. Sisa tenaga ini hanya bisa untuk bercumbu ala kadarnya saja. Sekalipun nafsu kami masih tersisa.

"Bu pokoknya kalau Romo datang, Ibu tidak boleh kenthu sama romo" kata-kata it tiba-tiba terlontar dari mulutku.

"Ya tidak bisa begitu nak, nanti kita bisa ketahuan, kita mau tinggal dimana?" jawab ibuku.

"Ya pokoknya bagaimana caranya" lanjutku cemburu.

"Cemburu ya......sudah kamu tenag saja nak, paling Romo kamu itu pakai tangan juga sudah keluar, pokoknya kamu tenang saja tempik Ibumu khusus buat kamu" jawab Ibuku menenangkan aku

"Janji lho bu....." kataku meminta kepastian

"Iya.... tapi kalau kepepet tidak apa-apa ya?" jawab ibu manja dengan senyumannya. Diwajahnya tampak kenikmatan yang tiada tara. Aku hanya mengangguk mendengar jawaban Ibu. Ngos-ngosan itulah kata yang tepat untuk situasi malam ini.

"Bu...." kataku.

"Hem....." jawab ibuku.

"Kalau Ibu hamil bagaimana?" tanyaku.

"Sudah kamu tenag saja, Ibu rajin minum pil KB, karena Romomu itu belum ingin punya momongan lagi" jelas Ibuku.

"Tapi kalau semisal Arya pengen Ibu hamil?" tanyaku kembali.

"Kalau kamu pengin ya Ibu ndak nolak, tapi nanti setelah kamu punya istri ya, biar Ibu ada kesibukanl jelas Ibuku, aku hanya tersenyum. Ibu kemudian merebahkan tubuhnya disamping kananku. Diposisikannya tubuh Ibuku, sehingga sekarang kepala Ibu sejajar denganku.Dan terlepaslah dedek Arya yang mulai mengkerut.

"Akhirnya Kontol Arya sudah tidur ya.. Hi hi hi " ucap ibuku

"Besok kalau bangun lagi harus, langsung ditidurkan lho bu”"jawabku sekenanya sembari memiringkan tubuh ku menghadap Ibuku.

"Ya istirahat, dulu masa kok ya setiap hari to nak" jawab Ibuku.

"Seorang kekasih harus menuruti lelakinya, tidak boleh bantah" kataku mencoba mencari kebenaran.

"Aduh duh duh.... kalah lagi sama sayangku...." jawab ibuku sambil mengecup bibirku, aku tidak membalasnya karena rasa kantuk mulai menggerogoti mataku.

"Iya.... pasti ditidurkan, mau gaya baru lagi Ibu juga sudah siap"

"Tidur nak, peluk Ibumu" lanjut Ibuku.

Kulirik jam dinding di mantan kamarku, terlihat pukul 21.55. Kupeluk Ibuku, dan kudekap Ibuku, Akhirnya ibu tertidur pulas. Rahman... Rahman kalau saja tadi siang kamu tidak mentransfer film-film kamu mungkin aku tidak akan bisa memuaskan Ibuku. Terima kasih Bro... Terima kasih..... kesadaranku mulai hilang, entah apa yang akan terjadi esok hari.

"Esok hari apa ya yang akan aku lakukan lagi?" bathinku.

Aku pun tertidur, mendekap tubuh wanita yang putih kulitnya dan halus ketika disentuh. Wanita yang kesehariannya anggun dan penuh tata krama tapi malam ini takluk di dalam pelukanku. Aku sayang kamu bu. Dan kukecup kening Ibuku. dan zzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzz...

Bumi berputar pada porosnya, membuat belahan bumi yang sebelumnya tanpa cahaya matahari kini mulai tersentuh oleh sinarnya. Seharusnya cahhaya itu masuk melalui lubang-lubang ventilasi kamar ini, apa daya cahaya matahari. Rumah ini menghadap ke arah utara, sedangkan kamar dimana aku terlelap berada di bagian yang jauh dari terbitnya sang raja siang.

Rumah yang aku tinggali bernuansakan rumah moderen tapi tak meninggalkan suasana adat daerahku, menghadap ke arah utara karena memang sesuai dengan kebiasaan leluhur kami rumah di usahakan untuk tidak menghadap ke arah barat ataupun timur. Supaya tidak kepanasan kata orang tua jaman dahulu.

Rumah ini terdiri dari garasi yang sangat luas, jika membuka pintu gerbang rumah langsung berhadapan dengan halaman garasi dan kemudian garasi rumah. Bagian kanan halaman garasi ada sebuah taman yang lumayan luas dengan jalan setapak menuju pintu masuk rumah. Ketika masuk kerumah akan didapatkan sebuah ang tamu berbentuk persegi panjang yang luas membujur dari timur ke barat (kiri ke kanan) dengan meja kursi di bagian kanan kirinya beserta hiasan dinding khas peninggalan leluhur kami dan juga pernak-pernniknya. Ditengah-tengahnya agak ke selatan sedikit ada sebuah jalan yang lumayan panjang berbentuk lorong. Dikiri lorong ada kamar Romo dan Ibuku yang tergolong luas dan memanjang dari utara ke selatan. Setelah kamar Romo dan Ibu adan sebuah pintu yang menghubungkan rumah ini dengan garasi disampin. Tepat disebelah pintu ada ruang keluarga untuk menonton TV dibelakang ruang ini ada tangga menuju kamarku yang kemudian disamping tangga ada kamar mandi. Di kanan lorong ada dua bawah kamar tamu, setelahnya dapur moderen yang digabung dengan ruang makan. Disamping ruang makan tepatnya di depan kamar mandi adalah tempat penyimpanan barang-barang berharga, sebuah ruang dengan banyak almari penyimpanan. Diantara ruang penyimpanan dan kamar mandi terdapat sebuah pintu keluar menuju pekarangan rumah dengan tembok setinggi 5 meter berhiaskan kolam ikan dan taman dengan pohon. Jemuran? Hanya akan dilihat ketika Ibu mulai menjemur saja, jika tidak maka akan dilipat dan disandarkan di dekat kolam ikan. Kembali pada diriku yang terlelap tidur semalam karena penyatuan tubuh dengan Ibuku.

"Hmmmm...... hoaaaam...... uftttt......" aku mulai membuka mataku, aku merasa kelopak mata ini memiliki berat 1 ton. kubuka mata perlahan. Kulihat seoranng wanita cantik, berkulit putih dengan jarit yang dibalutkan ditubuhnya

"Pagi nak......" sapa ibuku

Aku bangkit dan duduk kemudian aku peluk wanita ini. Kudaratkan ciumanku ke arah ke pipi kirinya dan....

"Eits.... Bau.... Mandi dulu gih..." Ibuku menghindar bibirnya dari bibirku. Aku yang gagal menciumnya, meletakkan kepalaku dipundak kirinya sambil tangan kiriku mengelus-elus bagian atas susu Ibuku yang ingin melompat.

"Tidak apa-apa...paling nanti juga mau" jawabku dengan santai..

"Pokoknya mandi dulu" hardik Ibuku, sambil membetet hidungku.

"Tapi aku masih pengen pelukan bu...." jawabku manja dengan suara cempreng akibat hidungku dibetet Ibu.

"Apa kamu ndak kuliah nak?" tanya Ibu mengingatkan aku.

"Pengantin baru kok kuliah to bu bu.... besok saja bu, pengen sama Ibu dulu hari ini" jawabku melas agar tetap bisa bersama Ibu.

"yo wes rak popo, kanggo dino iki wae lho (ya sudah tidak apa-apa buat hari ini saja lho)" perintah ibuku. Ku jawab dengan senyum cengengesan. Aku kemudian bangkit, kulepaskan pelukanku dan kuminta Ibu duduk di ujung tempat tidur. Kini Ibu duduk bersimpuh dan bersandar di ujung ranjang. Aku kemudian merebahkan tubuhku.

Buat pembaca yang mengikuti cerita Arya,

mohon maaf kalau belum masuk ke cerita, masih SS-nya dulu,dan masih panjang,

baru nanti masuk ke dalam cerita kesehariaanya untu kmengungkap berbagai macam fakta.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel