Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 05

Setelah digempur habis-habisan oleh om Ares, Masella tidak senantiasa dilepaskan. Yang ada dia malah dipaksa untuk berdiri.

Mas Ibra mengangkat kedua kaki Masella hingga berbentuk huruf M, kedua lututnya diangkat dan ditekuk.

Mirip seperti ayam panggang yang dibelah tengah. Mas Ibra meminta pada Jeremy untuk mengambil pelumas di kamarnya, pria itu segera memberikan pelumas pada dubur milik Masella.

Samuel sudah siap berada didepan, sedang Mas Ibra sudah memasukkan miliknya dari belakang.

Tubuh Masella tidak kuat untuk menahan gejolak rasa penuh pada kedua lubang pada miliknya.

"Akhh... Sakit mashh...shhh...ahhh..enghh..."

Bertahun-tahun kedua lubang itu hanya digunakan seperlunya, namun sekarang malah digenjot oleh mas Ibra dan Samuel.

Samuel akan maju maka mas Ibra mudur, mas Ibra maju dan Samuel mundur. Begitu secara terus menerus hingga satu jam pergerakan mereka membuat tubuh Masella sudah pasrah menerima.

Sekarang hanya tercipta rasa nikmat pada kedua inti tubuhnya. Tapi disaat dia menutup matanya, rasa sesak yang tadi menghilang kembali datang.

Ini semua salah, mengapa dia malah mau menerima perlakuan mereka? Hanya karna sebuah ancaman video?

Masella sudah tidak kuat, air matanya kembali menetes. Membuat Samuel langsung mengusap air matanya, tidak lembut dan tidak juga kasar.

Namun dapat disimpulkan jika pergerakan pria itu sedikit lebih lembut dari yang tadi.

Berbeda dengan mas Ibra yang sekarang sudah tidak kuat menahan tembakannya dan cairan itupun dia biarkan terlepas didalam tubuh Masella.

Menetes dan merembes kebawah karna penis mas Ibra sudah terlepas dari duburnya.

Sedangkan Samuel masih senantiasa menggenjot dengan khidmat. Dan pelepasan Masella berbarengan dengan Samuel.

Tubuh Masella sudah diserahkan sepenuhnya pada Samuel, dan pria itu langsung menggenjot dengan begitu keras dan brutal, tidak begitu peduli sekarang ia harus lembut atau bagaimana.

Yang dia perlukan sekarang adalah pelepasan yang keras dan nikmat.

Saat cairan itu sudah masuk sepenuhnya, akhirnya Samuel menggerakkan penisnya dengan pelan, dan menghentakkan pinggulnya dengan keras saat turun. Terus berulang hingga lebih dari 5 kali.

Samuel langsung melepaskan miliknya, menyerahkan tubuh lemas Masella pada Gerry dan Jeremy.

Masella dinaikkan keatas tubuh Gerry, sedangkan Jeremy berada diatasnya. Seperti sebuah sandwich. Gerry lebih dulu memasukkannya kedalam dubur Masella, sedangkan Jeremy langsung memasukkannya dilubang satunya.

Mereka bergerak dengan keras, saling tumbuk dan memperhatikan siapa yang lebih cepat dan kerasa membuat inti Masella berkedut tidak karuan.

Hingga matanya terasa menggelap, tubuhnya sudah melemas dan sudah tidak kuat untuk bertahan.

Masella pingsan, tapi tidak bisa menyurutkan gairah Gerry dan Jeremy.

Jeremy menggenjot dari atas sambil meremas payudara Masella, dan sesekali menamparnya hingga membuat payudara itu berbekas warna merah dari tangan Jeremy.

Saat sudah pelepasan, mereka akhirnya membopong tubuh telanjang Masella kedalam bathub. Membersihkan tubuh Masella yang sudah dipenuhi oleh bercak merah dan cairan.

Mereka langsung memakai pakaian sebelumnya, dan pergi ke kamar masing-masing. Sedangkan mas Ibra, karna kamarnya digunakan sebagai tempat untuk melakukan aksi itu masih duduk di sofa kamarnya.

Mamandang lamat-lamat Masella yang sudah pingsan tidak berdaya. Masella masih telanjang, tapi karna sudah terbalut oleh selimut maka tubuhnya tidak begitu terkena udara dingin dari AC.

Masella akhirnya terbangun setelah malam panjang yang dilewatinya.

Tubuhnya terasa remuk dan sakit, reflek ia melihat kearah sekeliling yang ternyata bukan kamarnya.

Saat melihat kearah sofa, dia melihat tubuh mas Ibra terduduk di sana. Pria itu sudah bangun, sejak kapan pria itu terbangun?

Rasa pening pada kepalanya membuat Masella sedikit menggeram, dan ingatan tadi malam membuat dia kembali mengeluarkan air mata.

Dia merasa hina sekali menjadi manusia, dia sudah diperkosa dan digilir. Namun dia malah menikmati semua itu setelah pasrah akan keadaan.

Dia sudah mirip seperti seorang jalang, digilir oleh kelima pria yang dia kenal sebagai keluarganya.

Mas Ibra langsung bangun dari tempat duduknya. Dia mendekat pada Masella.

Sedangkan masella sendiri merasa takut, genggamannya pada selimut dan tubuhnya yang bergeser kebelakang mampu mas Ibra tebak sebagai bentuk rasa takut Masella.

"Tenang saja, saya sekarang belum berminat untuk melakukan itu padamu. Saya hanya ingin menawarkan diri untuk membantu kamu bangun dari atas kasur. Ingin saya bantu ke kamar kamu atau ke kamar mandi dulu?"

Masella menggeleng, dia tau mas Ibra berniat baik ingin membantu, tapi dia juga tidak lupa siapa pelaku utama dari aksi bejat yang dilakukan oleh saudara dan papanya itu.

"Tidak perlu! Karna kalian saya seperti ini! Apa salah saya pada kalian hingga kalian berbuat sekeji itu pada saya?!" suara keras dan sarkas Masella mengundang datangnya anggota keluarga yang lain.

Pintu kamar Mas Ibra memang terbuka, karna seperti tidak sempat untuk ditutup mungkin.

Masuklah mereka dan berdiri disamping mas Ibra. Terutama om Ares, pria yang Masella pikir bisa membantunya untuk terbebas dari perbuatan tidak senonoh anak-anaknya malahan ikut serta sebagai pelakunya.

Apa yang terjadi pada otak mereka? Tidakkah mereka berfikir jika ingin melakukan itu semua bahwa orang yang mereka jadikan korban itu adalah keluarga mereka?

Seharusnya keluarga saling mengasihi, bukan malah melakukan hal sekeji itu.

Sepertinya keputusan untuk ikut tante Mila ke kota adalah pilihan yang buruk,jika tau akan terjadi hal buruk seperti ini. Maka Masella lebih memilih untuk tinggal di desa saja sebatang kara.

Tidak masalah jika dia harus tinggal di desa, dia bisa bekerja di kebun orang agar bisa memenuhi kebutuhannya.

"Kesalahmu adalah ikut kesini bersama mama. Tapi sekarang sih bukan terlalu masalah, justru sekarang bagus karna kami mendapatkan mainan baru," ujar Gerry yang sudah duduk ditepi kasur.

Menarik kaki Masella yang tadi berusaha dia jauhkan. Dan jeritan takut menyeru keluar dari mulut Masella.

"Tidak perlu dipikirkan! Kau disini akan aman dan akan dimanjakan, kami akan memberikan apapun yang kamu mau asalkan mau menjadi budak sex kami!"

kata-kata menghina itu keluar dari mulut Jeremy, dia malahan ikut menjejalkan tangannya menyentuh kulit wajahnya.

"Benar sekali, apa yang dikatakan oleh Gerry dan Jeremy adalah kebenaran. Kami akan memberikan apapun kepadamu, dan kamu harus mau menjadi budak kami. Tidak peduli di manapun, kapanpun dan di kondisi apapun. Dan jangan berani-berani untuk melaporkan hal itu kepada tantemu, karna kami tidak akan bersikap baik lagi padamu."

Masella ingin menyerang, tapi dia tidak memiliki power untuk bisa terbebas dari jeratan mereka. Masella sudah kadung terlibat, dan ia sudah berada dilingkarkan mereka.

"Mau tidak mau, ikhlas tidak ikhlas kau harus mau menjadi pemuas kami." mas Ibra ikut bersuara.

Samuel merogoh kantong celananya dan mengambil ponselnya.

"video ini akan menyebar luas jika kau berani menolaknya! Dan peraturan kami harus kau turuti!"

Dengan penuh kepasrahan Masella hanya mengangguk, lidahnya kelu hanya untuk sekedar mengatakan tidak. Dia hanya bisa mengangguk pasrah.

"Kami perlu tanda tangan dan cap jarimu. Tanda tangan secepatnya dan berikan cap jarimu."

Masella dipaksa untuk memberikan tanda tangan dan cap ibu jarinya. Dia belum sempat membaca poin-poin apa saja yang ada di sana, materai yang terpasang sudah di bubuhi oleh tanda tangan dan cap ibu jarinya.

Setelah memberikan tanda tangan itu, Masella kemudian melihat poin-poin yang berada di kertas itu.

Tertera nama-nama dari pihak satu dan pihak dua adalah dirinya.

Jelas sekali poin-poin yang ada disana begitu menyudutkannya. Hanya ada lima poin,tapi semua itu begitu tidak adil untuknya.

Poin pertama; pihak kedua harus menuruti perintah pihak kesatu,jika pihak dua tidak menuruti maka pihak kedua harus dijatuhi hukuman.

Poin kedua; pihak kedua tidak boleh memakai dalaman apapun jika sedang berada dirumah.

Poin ketiga; pihak kedua harus bersedia untuk melakukan hal yang diperintahkan oleh pihak kesatu, tidak peduli dimanapun, kapanpun dan di kondisi apapun.

Poin keempat; pihak kesatu akan memberikan apapun yang pihak kedua inginkan, terkecuali kebebasan atau hal-hal yang tidak di perkenankan oleh pihak kesatu.

Poin kelima; pihak kedua tidak boleh pergi dari rumah tanpa seizin pihak kesatu, walaupun itu hanya untuk keluar membeli barang yang kecil sekalipun.

Setelah membaca poin-poin itu Masella memandang tidak terima. Dia ingin menyobek kertas itu, tapi suara menggelegar dari Samuel membuat aksi itu tidak terlaksana.

"Jika berani menyobek kertas itu, maka semua ancaman tadi akan terjadi!"

Masella pasrah, dia sudah diperdaya... Hidupnya sekarang sudah ditakdirkan menjadi seorang budak sex... Pemuas nafsu sepupunya dan pamannya.

*****

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel