Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7. Milikku

"Aahh... there you go. Kamu pintar sekali, Moora."

Raven memejamkan kedua matanya rapat-rapat, seraya mendesahkan pujian untuk Maura yang sedang duduk berlutut di bawahnya.

Tak sulit mengajarkan gadis itu bagaimana cara untuk memuaskannya, karena Maura tipe yang cepat belajar dan mudah mengerti.

Gadis itu juga pintar berimprovisasi, jika Raven boleh menambahkan.

Ah, damned! Mulut Maura yang mungil itu ternyata terasa sungguh nikmat sekali ketika sedang memanjakan miliknya seperti ini.

"Fuck. This is so good..." Kembali Raven meracau dengan suara berat yang telah sesak dan membara oleh gelora.

Pria itu pun merenggut rambut panjang Maura yang dicepol hingga helai-helainya berantakan mencuat kesana kemari, lalu menyentak kepala gadis itu lebih kuat hingga miliknya pun semakin terbenam sempurna ke dalam mulutnya yang lembut dan manis.

Meskipun merasakan sulit bernapas serta tenggorokannya seperti disumbat oleh benda yang sangat besar, namun Maura tetap berusaha untuk tetap tenang dan relaks.

Ia tidak pernah melakukan blow job sebelumnya, ini adalah pengalaman pertamanya. Dan mudah-mudahan saja akan menjadi pengalaman yang terakhir, karena sesungguhnya ini benar-benar menyiksa.

Manik gelapnya pun bergerak untuk melirik ke atas, memandangi wajah Raven yang tampak sangat menikmati pelayanannya.

Baguslah. Usahanya pun jadi tidak sia-sia sejak tadi untuk menyenangkan pria yang telah membelinya ini.

Namun karena belum berpengalaman dan fokusnya yang terganggu, tiba-tiba saja Maura tersedak dan batuk-batuk.

"Maaf," ucap gadis itu seraya mendongakkan kepalanya menatap Raven yang diam berdiri menjulang di atasnya. "Umm... aku akan melakukannya lagi."

Raven menggeleng. "Tidak usah."

Maura merasakan tangannya tiba-tiba disentak ke atas, membuat tubuhnya pun seketika ikut berdiri berhadapan dengan Raven.

"Kissing : 87%. Blow job : 93%. Itu nilaimu, Moora. Good job," ucap Raven sambil tersenyum dengan sorot menggoda. Jemarinya terulur untuk mengusap saliva yang sedikit menetes di sudut bibir Maura.

Maura tak bisa menghalau perasaan merindingnya mendengar penilaian itu, namun lagi-lagi ia berusaha tepis jauh-jauh dari benaknya.

Itulah dirinya sekarang, seorang jalang yang menjual kesucian diri. Jadi alih-alih risih, seharusnya ia senang karena bisa memuaskan kliennya kan?

***

Maura mengira jika Raven akan langsung menidurinya setelah itu, namun ternyata perkiraannya salah. Pria itu hanya memintanya untuk melanjutkan kegiatan memandikannya sampai selesai.

Lalu setelahnya, Raven malah menghilang entah kemana setelah ia menyuruh Maura untuk mandi juga.

Maka Maura pun memutuskan untuk berjalan keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah. Semula ia bermaksud untuk mengintip ke ruang kerja Raven lagi, siapa tahu ia bisa membaca-baca manuskrip naskah baru gratis pria itu yang belum terbit.

Hm... pasti sangat menyenangkan jika bisa membacanya lebih dulu dari orang lain!

Tapi kemudian Maura pun mengurungkan niatnya itu. Selain tidak sopan, hal itu juga bisa saja berujung pada kemarahan Raven jika ketahuan.

Jadi Maura pun memilih untuk turun ke lantai satu, dan berjalan-jalan di taman sekitar Mansion. Lagipula, ini adalah pulau pribadi kan? Pasti ada banyak hal-hal yang menyenangkan untuk dilihat.

"Miss Maura?"

"Oh. Halo, Alberto," sahut Maura pada pria paruh baya yang menyapanya saat gadis itu baru saja sampai di anak tangga terbawah.

"Tuan Raven meminta Anda untuk menemuinya di kolam renang," ucap Alberto memberitahu. "Mari ikuti saya."

Kolam renang?

Manik legam Maura pun sontak melirik ke arah garis pantai yang luas sepanjang mata memandang. Untuk apa ada kolam renang jika ada pantai yang indah begitu? Bukankah itu namanya pemborosan?

Ah, tapi dia tahu apa? Orang kaya kan bebas. Raven bahkan bisa membangun selusin kolam renang jika ia mau. Lagipula ini juga adalah pulau pribadinya.

Ternyata Alberto mengajak Maura ke bagian samping Mansion, dimana area kolam renang berada. Bahkan dari kejauhan sebelum Maura benar-benar sampai, ia sudah melihat sosok Raven yang asyik berenang dengan lincah dan gesit di dalam air.

"Duduklah di salah satu kursi itu, Miss Maura." Alberto menunjuk kursi malas berwarna hitam yang tak jauh dari kolam, yang dijawab dengan anggukan dari Maura.

Ah, tampaknya ia harus menunggui Raven selesai berenang, dan rencananya untuk jalan-jalan di sekitar Pulau pun harus dibatalkan.

"Halo, Miss Maura. Kenalkan nama saya Emily. Saya yang akan memijat Anda hari ini."

Seorang gadis muda tiba-tiba saja berdiri di dekatnya sambil tersenyum menyapa. Ia membawa botol berisi cairan entah apa di satu tangannya, yang Maura tebak adalah sejenis losion atau mungkin oil untuk pijat.

"Eh? Pijat?" Maura yang merasa tidak pernah meminta untuk dipijat, seketika melirik ke arah Raven yang tampak tak peduli dan masih asyik berenang.

"Tuan Raven yang memesan untuk Anda, Miss Maura." Emily menyahut setelah melihat ekspresi bingung Maura.

"Tuan Raven juga berpesan agar membuat Anda rileks dan tidak tegang," tambahnya lagi sambil tersenyum dan meletakkan botol kaca di meja bulat di samping kursi malas.

Maura kembali mengalihkan tatapannya kepada Raven yang masih berenang.

'Oh... jadi ternyata dia sadar juga kalau aku benar-benar merasa tegang.'

Ah, padahal Maura sudah berusaha sekeras mungkin untuk tetap terlihat tenang!

Gadis bersurai hitam panjang itu pun akhirnya mengangguk. Yah, tak ada salahnya juga menerima pelayanan ini, apalagi Raven yang telah khusus memesan untuknya.

Emily meminta Maura untuk membuka gaun santainya, menyisakan hanya pakaian dalam, lalu meminta gadis itu merebahkan diri dengan posisi telungkup di atas kursi malas panjang.

Maura mulai memejamkan kedua matanya saat tangan Emily mulai menekan otot-ototnya dengan ahli. Haah, rasanya nyaman sekali. Dengan sebelah pipi yang bertumpu di atas tangannya yang terlipat, Maura mulai merasa mengantuk.

Mungkin karena Emily yang memang mahir memijat atau mungkin juga karena Maura yang memang terlalu tegang sejak ia tiba di Pulau ini, gadis itu pun akhirnya tak sadar jika telah tertidur.

Bahkan Maura juga tidak mendengar suara kecipak air, yang berasal dari tubuh Raven yang baru saja keluar dari kolam.

Tubuh ramping namun penuh otot pria itu tampak basah dan berkilau oleh titik-titik air. Manik kelabunya menatap Maura yang tak bergerak dan memejamkan kedua mata.

Senyum seringai setengah yang tampak samar terpulas di wajahnya, kala melihat bahu telanjang gadis itu yang kini tampak relax tak lagi tegang.

Raven sudah berasumsi bahwa Maura pasti telah tertidur, karena sejak tadi gadis ini selalu tampak duduk dengan kaku dan berkali-kali melempar lirikan kepadanya.

Seolah-olah takut jika ia melakulan kesalahan, dan Raven akan memarahinya. Lucu juga.

Pria bersurai coklat gelap itu bergerak meraih ponsel dari atas meja. Setelah jemarinya dengan lincah mengutak-atik layarnya, beberapa saat kemudian ia pun menelepon seseorang.

"Halo, Madamme Jane," ucap Raven, selepas nada sambung itu hanya sempat berdering satu kali.

"Halo juga, Tuan Raven King," sahut suara wanita di seberang sana, yang terdengar berat karena terlalu sering merokok.

"Bagaimana dengan gadis itu? Apa Anda tidak puas dan mau menukarnya dengan gadis lain?" sergah Madamme Jane.

Karena gadis yang dipesan oleh Raven sangat berbeda dari yang sebelum-sebelumnya, itu sebabnya Madamme Jane terdengar yakin jika pelanggannya itu akan menukar Maura untuk gadis berambut pirang dan bermata biru seperti tipe yang disukai Raven selama ini.

Lagipula, sebenarnya Maura telah ia peruntukkan untuk pembeli yang lain. Tapi tanpa sengaja, waktu itu foto Maura terselip di antara foto-foto wanita berambut pirang yang ia berikan kepada Raven untuk dipilih.

Dan siapa yang menyangka, jika pria itu malah memilih Maura!

Tapi Madamme Jane merasa skeptis jika Raven benar-benar menginginkan gadis seperti Maura, yang memang sangat jauh dari tipenya. Dan ia juga yakin jika Raven pasti akan mengembalikan gadis itu.

Manik kelabu bagai awan badai itu pun kembali menatap Maura yang tampak masih tampak pulas terlelap, seolah sama sekali tidak terganggu dengan suaranya.

Menatap mahkota surai sehitam malam di kepala Maura dan kulit eksotis kuning langsat yang tampak semakin bersinar diterpa matahari.

"Tidak. Aku hanya ingin mengatakan kalau sisa uangnya telah kutransfer, Madamme. Jadi mulai sekarang, dia adalah milikku."

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel