Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3 : Bertemu Lagi

Olivia duduk dengan anggun di sebuah restoran dalam acara makan siang. Dia tidak sendirian, karena ada Satria juga di sana. Dan tentu mereka juga tidak berdua, karena ada orang tua mereka yang mendampingi. Acara makan siang bersama ini dilakukan untuk membahas kelanjutan tentang perjodohan Satria dan Olivia.

"Jadi bagaimana? Kalian sudah setuju kan?" Andre Pratama, ayah Satria bertanya pada anaknya juga pada Olivia.

"Kami setuju untuk menikah, Om." Olivia menjawab langsung dengan senyuman simpul. Orang tua Satria dan juga ibunya langsung tersenyum lega mendengar itu.

"Baguslah. Kami senang kalian setuju," ujar Anin, ibu Olivia. Satria dan Olivia sama-sama tersenyum, berusaha meyakinkan para orang tua kalau mereka siap dan baik-baik saja.

"Kalau begitu, kita harus segera membuat acara lamaran. Kalian maunya bagaimana? Mau bertunangan dulu atau langsung menikah saja?" Andre kembali bertanya. Satria dan Olivia saling bertatapan, bingung menjawab apa karena mereka belum berdiskusi tentang hal itu.

"Menurutku, mungkin lebih baik bertunangan dulu. Aku dan Olivia belum saling mengenal. Jadi kami ada waktu untuk berkenalan dulu sebelum menikah," ujar Satria mengungkapkan sarannya. Para orang tua mengangguk, setuju dengan perkataan Satria. Namun tak lama, Olivia langsung menyela.

"Langsung menikah pun tak buruk menurutku. Kita bisa berkenalan lebih lanjut setelah menikah," ucap Olivia. Satria terlihat kaget mendengar penuturan Olivia barusan. Olivia pun mengerjap pelan, baru sadar dengan apa yang dia ucapkan. Duh, harusnya dia berpikir dulu sebelum berbicara. Pasti Satria jadi berpikir aneh-aneh tentangnya.

"Olivia benar. Kalian bisa berkenalan lebih lanjut setelah menikah. Tak usah khawatir. Pacaran setelah menikah malah lebih seru loh," ujar Savitri, ibu Satria dengan tawa kecil. Olivia tersenyum canggung mendengar itu. Oke, sekarang dia cukup malu. Terlihat sekali kalau dia yang ingin buru-buru menikah di sini.

"Kami senang kalian menemukan kecocokan. Kami senang juga kalian mau menerima perjodohan ini. Kami yakin kalian berdua akan selalu bahagia dan baik-baik saja," ujar Anin. Matanya menatap Olivia yang diam dengan tatapan terarah ke lantai.

Satria yang duduk di depan Olivia tak henti menatap Olivia yang melihat ke bawah. Jujur saja dia penasaran apa alasan Olivia mengatakan itu. Dan tentu saja Satria keberatan untuk langsung melakukan pernikahan. Padahal idenya untuk bertunangan lebih dulu juga tidak ada salahnya.

"Kalau begitu, kita langsung saja atur tanggal pernikahannya. Bagaimana?" Savitri bertanya. Satria menghela nafas pelan mendengar itu. Tentu saja ibunya setuju dengan saran Olivia untuk langsung menikah saja.

"Bagaimana menurut kalian? Kalian bisa memilih tanggal yang baik menurut kalian," ujar Anin.

"Kalian saja yang mengaturnya. Aku akan menerima setiap keputusan," jawab Olivia. Savitri dan Anin tersenyum mendengar itu. Sedangkan Satria sudah bete karena saran dia tak didengarkan.

"Mungkin sebaiknya kita melakukan pertemuan lagi ya nanti untuk membahas tanggal pernikahan. Aku ingin mengajak anak sulungku untuk ikut membahas ini." Anin bersuara. Savitri dan Andre tersenyum dan mengangguk, setuju dengan perkataan Anin.

Setelah pelayan datang membawakan pesanan, akhirnya mereka pun mulai menyantap makanan. Terselip obrolan ringan di sela-sela kegiatan makan mereka. Namun Satria dan Olivia hanya diam saja mendengarkan para orang tua.

***

Anin, Savitri, dan Andre pergi lebih dulu dari restoran, membiarkan anak mereka berbicara berdua. Mereka mengharapkan sesuatu yang positif dan baik dari Satria dan Olivia.

"Kenapa kamu mengatakan hal tersebut?" Satria langsung bertanya tanpa basa-basi. Raut tak sukanya terlihat jelas, kala mengingat perkataan Olivia yang langsung ingin menikah.

"Bukannya lebih cepat lebih baik? Setidaknya setelah menikah kita tak akan lagi ditanya banyak hal tentang perjodohan ini. Kita bisa menjalani hidup masing-masing tanpa mereka ketahui," jawab Olivia. Padahal, itu bukan alasannya. Saat berkata lebih baik langsung menikah tadi, dia mengatakannya dengan spontan. Saat itu yang terlintas dalam benak Olivia hanya ketakutan saja. Dia trauma dengan pertunangannya yang batal dua tahun lalu.

"Begitu kah?" tanya Satria. Kemudian dia terdiam, memikirkan ucapan Olivia barusan. Ada benarnya juga. Jika mereka bertunangan lebih dulu, malah akan lebih banyak acara pertemuan yang pasti membosankan. Jika langsung menikah, mereka akan tinggal terpisah dari para orang tua dan menjalani hidup masing-masing dengan tenang. Benar juga yang dikatakan Olivia. Kenapa dia tak berpikir sampai ke sana?

"Baiklah. Aku mengerti sekarang," ujar Satria. Olivia menatapnya sekilas lalu mengecek ponselnya. Harusnya sih sekarang dia sudah berada di meja kerja lagi. Namun kakaknya memberikan waktu istirahat lebih banyak karena tahu Olivia akan bertemu dengan Satria.

"Boleh aku bertanya sesuatu?" Satria bertanya. Olivia mengangkat wajah dan menatap Satria dengan sebelah alis terangkat heran.

"Tanyakan saja."

"Ayahmu kemana?" Satria bertanya. Hari ini adalah pertemuan pertama Satria dengan ibu kandung Olivia. Dan dia cukup penasaran karena sosok laki-laki yang seharusnya menjadi ayah Olivia tak ikut hadir.

"Dia sudah mati." Satria terdiam, menelisik ekspresi wajah Olivia yang langsung berubah. Kata 'mati' yang diucapkannya barusan seperti mengandung dendam. Bisa diambil kata yang lebih halus kan? Seperti meninggal atau wafat.

"Ah, begitu rupanya." Satria bergumam. Oke, dia sadar ada yang aneh dengan sikap Olivia saat dia menanyakan tentang ayah kandung wanita itu. Walau begitu, Satria tak akan bertanya lebih banyak lagi. Setidaknya dia tahu satu hal, calon ayah mertuanya sudah meninggal.

"Ada yang ingin ditanyakan lagi? Aku harus segera pergi," ucap Olivia.

"Tak ada. Itu sudah cukup bagiku," jawab Satria. Olivia mengangguk kecil lalu merapikan tas selempangnya. Dia berdiri lalu berpamitan pada Satria. Setelah itu dia melenggang pergi dari sana. Meninggalkan Satria yang sedang memperhatikan punggungnya yang semakin menjauh dari pandangan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel