Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 14 Menolak Tawaran Silih Berganti

Bab 14 Menolak Tawaran Silih Berganti

Lama berselang, kabar tentang Gala dan istri sudah jarang diceritakan pada room chat ponsel Nasywa. Semuanya menjadi bisu dan kosong. Benar bahwa pernikahan Gala membawa kehebohan diantara mereka. Kehebohan itu terjadi sebab yang menjadi mempelai wanita Gala bukan Nasywa.

Benar. Bahwa berharap pada manusia sungguh menyakitkan. Nasywa menyerah atas apa yang Ia rasakan. Ia juga mulai menjaga jarak dengan Alan. Tidak ingin membuat laki-laki itu salah paham dan menderita karena menyukai Nasywa terus menerus. Mereka harus berjalan pada takdir masing-masing. Jikapun itu luka, maka mereka yang harus meramunya menjadi luka yang bisa dinikmati.

Nasywa kembali pada studinya, juga masih bekerja di rumah sakit meski tak sepadat dulu. Sementara komunitas yang sedang mereka rintis tetap berjalan. Gala dan Nasywa tetap berhubungan dengan baik. Mendiskusikan banyak hal tentang isu-isu kemanusiaan yang melanda. Terakhir mereka mendiskusikan bencana alam yang terus menimpa tanah air.

Rasa prihatin dan empati terus memacu mereka memberikan pelayanan terbaik. Mereka harus memiliki stok dana yang cukup untuk berjaga-jaga. Juga dengan turun ke lapangan, keberadaan mereka semakin diperhitungkan. Terutama yang sedang mempersiapkan diri untuk menerebos perbatasan.

Pertemuan intens tetap dilakukan setiap sekali seminggu. Meski dengan waktu yang amat terbatas mereka tetap menyempatkan diri untuk tatap muka. Kunci kekompakan di lapangan, mereka harus membangun kerukunan dan kekeluargaan. Menciptakan rasa nyaman dan aman pada rumah yang sedang mereka isi sebelum terjun ke lapangan.

Tidak ada yang perlu diubah. Entah itu hati Nasywa ataupun pernikahan Gala, semuanya berjalan dengan semestinya. Memiliki bahagia dengan porsinya masing-masing. pun untuk Nasywa yang mati-matian mengubur rasanya pada Gala, tidak semudah berpindah dari satu daerah ke daerah lain.

Komunikasi yang mereka jalani menghambat semuanya. Termasuk soal keikhlasan. Jujur Nasywa belum bisa merasakan kata ikhlas itu sendiri. ia masih sering mencuri-curi tatap ke arah Gala setiap kali mereka mengadakan pertemuan rutin.

Kadang kala, Gala membawa Dila bersamanya. Mereka adalah pasangan Layla Majunun dalam versi berbeda. Jika pasangan itu muncul di tengah mereka, maka Nasywa akan lebih memilih banyak diam dan menunduk. Berat melihat Gala berlaku dan melempar senyum manisnya pada wanita yang sudah menjadi istrinya itu.

"Gala belum ada kabar bahagia untuk kita nih?" tanya Hayyan. Mereka sedang mendiskusikan bencana banjir bandang yang melanda banyak daerah.

"Kabar gembiranya kita mendapat donatur dan media parner untuk turun ke lapangan," jawab Gala asal.

"Bukan itu maksudku."

"Maksud Hayyan kabar gembira seperti kami akan mendapat keponakan mungkin," Aydin memperjelas pertanyaan Hayyan. Gala hanya tertawa mendengar pertanyaan teman-temannya.

"Tunggu saja kabar baiknya," pungkas Gala. Laki-laki sedang sibuk dengan proyek besar yang sedang ia tangani di kantor. Meski demikian, Gala tetap menyempatkan diri untuk menyapa teman-teman relawannya.

Ada Nasywa yang sedari tadi pura-pura tuli dengan percakapan para calon bapak yang duduk di depannya. Ia memilih berdiskusi dengan anggota lain, membuat list perlengkapan apa saja yang harus mereka bawa dan butuhkan di lapangan.

"Sudah tiga bulan loh Gala, ya masa belum isi juga," timpal yang lain. Gala semakin melebarkan senyumnya. Pertanda jika laki-laki itu sedang sangat berbahagia.

"Tuh. Tuh. Senyumnya aneh banget. Bau-baunya nih, ada rasa bahagia yang tidak rela dibagi-bagi," tuduh Hayyan. Gala mengangguk kepalanya. Membenarkan tuduhan tersebut.

"Apa kataku, pasti Mbak Dilanya sudah isi dong," Aydin menyombongkan diri. Menepuk dadanya dengan kepalan tangan.

"Lah, memangnya kamu ngomong apa Din?" heran Hayyan. Bukankah tadi laki-laki itu hanya memperjelas pertanyaan Hayyan.

"Jadi kita butuh selimut, terpal dan obat-obatan." Nasywa memotong diskusi para calon bapak. Sudah tidak tahan mendengar pecakapan mereka. bukan apa-apa, Nasywa takut keluar air matanya jika terus menerus melihat pancaran bahagia dari wajah Gala.

"Bagian obat-obatan biar aku yang urus," lanjut Nasywa. Mereka mulai fokus pada pembahasan mereka kembali.

"Bagaimana jika yang lain saja, Nasywa, kan lagi kuliah, kerja di rumah sakit juga. Nanti repotnya keteran kalau yang mengurus Nasywa." Usul Hayyan. Meski Ia tidak memiliki studi yang sama dengan Nasywa tetapi Hayyan yakin jika Nasywa memiliki kendala yang disembunyikan. Teramat kentara dari mata wanita itu. kurang tidur.

"Biarkan Nasywa saja," putus Gala. Yang lain mengangguk.

Nasywa tidak sengaja mendengar percakapan antara Aydin, Hayyan dan Gala ketika Ia hendak meninggalkan sekretariat mereka. Rupanya benar, pancaran bahagia di wajah Gala bukan tanpa alasan. Dila sudah hamil buah cintanya bersama Gala.

Meski sudah merasakan jatuh berkali-kali karena cinta bertepuk sebelah tangan yang dialami Nasywa. Tetap saja rasanya masih sesakit ini. Nasywa masih merasa sedih dan menahan air matanya mati-matian. Tidak ada lagi celah untuk Nasywa. Pernikahan Gala dan Dila sudah sempurna.

*

Dulu Nasywa bercita-cita untuk menikah muda. Namun, ketika orang tuanya menawarkan perjodohan padanya. Nasywa menolak dengan tegas. Tidak peduli seberapa tampan Dokter yang akan dijodohkan padanya, hati Nasywa tetap mendamba Gala.

Seperti orang yang mengalami mati rasa pada orang selain Gala. Nasywa mengubur cita-cita menikah muda yang pernah Ia susun ketika masih remaja. Ketika Ia belum dipertemukan dengan pemuda bernama Muhammad Manggala. Ketika hatinya belum patah dan remuk seperti sekarang.

Sama dengan orang tua Nasywa yang ingin menjodohkannya dengan seorang Dokter muda yang tampan, Raynand juga gencar mengenalkan Nasywa dengan teman-teman dokternya. Nasywa selalu menerima dengan baik niat perkenalan mereka. tetapi hanya sebatas saling mengenal saja. Jika itu menyangkut urusan hati Nasywa belum bisa memberi.

Nasywa selalu bersikap sewajarnya pada teman-teman Raynand yang berusaha memikat hatinya. Percakapan mereka hanya seputar dunia medis dan sekolah yang sedang Nasywa tekuni. Itupun Nasywa akan meladeni basa basi mereka ketika ada Raynand ditengah-tengah mereka.

Fokusnya sekarang hanya sekolah dan sekolah. Nasywa merasa waktunya tidak cukup digunakan untuk membahas hal-hal yang berbau taaruf dan penikahan. Nasywa benar-benar menutup diri dari hal tersebut.

Nasywa akan menikah, tetapi tidak dengan sekarang. Masih banyak yang perlu Ia siapkan dengan baik. Terutama hatinya. Toh percuma juga jika Nasywa menikah tanpa rasa cinta. Nasywa tidak ingin menyakiti dirinya dan juga orang lain. Biarkan Nasywa menikmati sekolahnya dengan baik. Menikmati hatinya yang memendam rasa sakit.

*

Bukan hanya ketika Gala akan menikah room chat Nasywa menjadi heboh. Ketika Dila hamil pun mereka kembali menjadi topik hangat pembicaraan. Meski hanya teman-teman KKN satu posko mereka yang heboh, tetap saja hal tersebut sangat mengganggu bagi Nasywa.

Belajarnya sedikit terganggu karena Nasywa lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bengong dan melamun. Pelajarannya terbengkalai. Nasywa akan kembali berkonsentrasi jika mendapat teguran dari Raynand kakaknya.

Meski hal tersebut tidak begitu kentara ketika Nasywa berada di kampus, tetapi kebiasaan baru dan buruk Nasywa itu amat sangat kentara ketika Ia sedang di rumah.

Bahkan ketika Nasywa diajak untuk makan malah oleh salah satu teman Raynand, perilaku Nasywa tetap sama. Ia hampir menghabiskan malamnya di restoran dengan melamun dan menatap kosong. Makanan yang tersaji tidak mampu menarik perhatian Nasywa.

Ketika diajak berbicarapun, kadang Nasywa tidak menanggapin, ataupun hanya menjawab seadannya. Sesingkat yang Ia bisa. Nasywa sudah tidak tertarik lagi pada proposal-proposal taaruf yang diajukan oleh teman Raynand. Sampai kakak laki-laki Nasywa itupun merasa heran dengan adiknya sendiri.

"Bentar lagi kita akan punya ponakan," Deya membuka topik pembicaraan dengan semangat. Mereka bertiga sedang berkumpul. Rindu katanya.

"Ia, gak sabar pengen nimang anak Gala dan Dila. Pastilah cantik dan cakep seperti emak bapaknya," timpal Ana. Nasywa hanya tersenyum-senyum sendiri. tepatnya senyum palsu yang dipaksakan.

"Menurut kalian, anak Gala nanti cowok apa cewek?" tanya Deya lagi. wanita itu seperti tidak memiliki beban sedikitpun. Ia selalu bersemangat pada setiap topik yang mereka bicarakan.

"Emm..., Akusih berharap cewek yah, biar cantiknya seperti Dila. Manis gimana gitu," Ana tidak kalah semangat.

"Kalau kamu gimana Na?" Deya beralih pada Nasywa. Wanita itu hanya diam sejak tadi. biasanya Nasywa juga ikut heboh setiap kali mereka sedang berkumpul seperti ini.

"Kalau akusih, intinya anak dan ibu keduanya sehat dan selamat," ujar Nasywa.

"Benersih kata Nasywa. Yaudah deh, yang penting anak dan Ibunya seheat dan selamat kita akan ikut senang." Putus Deya. Setiap kali Nasywa mendengar topik pembahasan tentang Gala dan Dila, Nasywa selalu merasa ingin melarikan diri dari tempat tersebut.

Berat menjadi manusia yang pura-pura kuat dengan rasa sakit yang terus disembunyikan.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel