Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 1 Pertemuan Enam Sahabat

Bab 1 Pertemuan Enam Sahabat

Setelah mengikuti pembekalan Kuliah Kerja Nyata atau KKN selama sebulan penuh. Akhirnya, jadwal keberangkatan yang telah lama dinanti muncul di portal mahasiswa. KKN merupakan saat yang ditunggu seluruh masyarakat kampus, tak terkecuali Fakultas Teknik (FT). Sebagian besar jomblowan sangat menantikan momen sekali seumur kuliah ini.

Sudah ditetapkan dalam kitab panduan KKN mahasiswa FT, bahwa KKN adalah masa yang tepat untuk mencari calon ibu anak-anak. Setidaknya bobot calon ibu terlihat nyata di lokasi KKN. Bibit dan bebet jelas menyusul, apabila bobot sudah di atas nilai 80. Nyatanya bibit dan bebet adalah cikal bakal attitude alias bobot.

Fakultas Teknik yang terletak berbeda dengan Fakultas-Fakultas lain, membuat mahasiswa Teknik sulit melakukan ritual cuci mata. Terlebih lagi di Fakultas yang didominasi kaum Adam itu sulit sekali melakukan pendekatan pada cewek-cewek Fakultas mereka.

Seperti anak tiri, Fakultas Teknik terletak jauh dari kampus utama. Alasannya, mahasiswa dari Fakultas Teknik selalu menjadi biang kerusuhan di kampus. Hampir setiap tahun terjadi masalah, seperti tawuran antara FT dan Fakultas Sosial, Fakultas Saintek, dan beberapa fakultas lain.

Satu-satunya cara untuk melakukan pendekatan dengan Fakultas lain pada momen KKN. Setiap kali pemberangkatan KKN, selalu didominasi oleh mahasiswa dari Fakultas Teknik. Posko-posko Desa pasti akan diisi oleh satu atau dua mahasiswa dari Fakultas Teknik.

Momen yang paling di nanti adalah pembagian kelompok di setiap posko. Benar mereka berangkat bersama-sama menuju lokasi KKN, diterima di Ibukota Kabupaten. Setelah penyambutan dan arahan-arahan dilakukan, maka akan dilakukan pembagian kelompok untuk ditetapkan di posko-posko Desa.

Tidak seperti pada KKN tahun-tahun sebelumnya. Kali ini, ada yang spesial. Satu mahasiswa yang berasal dari Fakultas Kedokteran (FK) berada di tengah-tengah mereka. Momen langkah.

Bukan main langkahnya, KKN tahun-tahun sebelumnya antara Fakultas Kedokteran Umum dan Fakultas lain berbeda. FKU memiliki wilayah KKN nya sendiri semuanya diisi oleh mahasiswa-mahasiswa kedokteran saja. Sepertinya Rektor sedang berbaik hati menurunkan para mahasiswa kesayangannya bergabung dengan mahasiswa dari Fakultas lain.

Ketika pembagian kelompok tiba, kaum Adam sibuk berdoa, semoga saja menjadi salah satu mahasiswa beruntung yang bisa satu posko dengan calon Dokter. Kata Supervisor, calon Dokter akan dilempar ke Desa yang memerlukan perhatian khusus pada bagian kesehatan.

Doa-doa terus dirapalkan, nama-nama semakin berkurang. Posko Kecamatan sudah terisi penuh, ada tujuh mahasiswa beruntung yang di tempatkan di posko utama atau posko Kecamatan. Tidak, mahasiswa yang masuk kategori beruntung adalah mereka yang satu posko dengan sang calon Dokter.

"Muhammad Manggala Prasetya (Fakultas Teknik Sipil), Nasywa Humaira Yasmin (Fakultas Kedokteran Umum), Alan Adhinugraha (Fakultas Ekonomi Bisnis), Anastasya Priscillia (Fakultas Ekonomi Bisnis), Radeya Adhyasta (Fakultas Peternakan) dan Hayyan Rafif (Fakultas Teknik Sipil)." Supervisor membacakan nama-nama terakhir yang tersisa di antara mahasiswa yang belum mendapat pembagian posko.

"Silahkan mahasiswa berkumpul sesuai dengan kelompok, selanjutnya Kepala Desa dipersilakan menjemput kelompok dari desa masing-masing." Supervisor memberi instruksi.

Ada yang terlihat malu-malu bertemu dengan orang-orang yang akan menjadi teman satu atap mereka selama sebulan lebih, ada pula yang langsung mengakrabkan diri, saling menyapa dan bersorak gembira.

Menyatukan banyak karakter dalam satu ruang cukup sulit, mereka harus saling memahami satu sama lain. Terlebih kaum Hawa yang dikenal mempunyai tingkat kebaperan sangat tinggi.

Mengesampingkan ego dan rasa baper adalah kunci membangun keharmonisan dalam rumah tangga, ah salah maksudnya keharmonisan dalam setiap posko. Hidup rukun di kampung orang lain, menjadi contoh yang baik dengan tetap menjaga nama baik almamater dan kampus.

"Hey Aku Ana, Anastasya dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis." Ana yang paling semangat menyapa teman-teman satu poskonya.

"Nasywa, FKU." Nasywa tersenyum menyambut uluran tangan Ana. Sepertinya mereka akan cepat akrab.

Nasywa sedikit parno dengan teman-teman satu poskonya sebelum berangkat ke lokasi KKN, cerita-cerita tidak enak yang merasuk dalam kepalanya terus berputar ketika Nasywa meninggalkan halaman kampus. Ia bahkan mengalami kegalauan berat sebelum menentukan jenis KKN yang akan ia ambil.

Nasywa ingin merasakan suasana baru, bertemu dengan mereka-mereka dari Fakultas yang sama, terasa sedikit membosankan. Nasya akhirnya memilih KKN reguler, di mana, mereka akan mendapat surprise pada lokasi tempat mereka akan mengabdi.

"Wah kalian kenalan gak ngajak-ngajak. Aku Radeya, panggil Deya saja. Dari Fakultas Peternakan, Aku takut sapi dan ayam." Nasywa dan Ana menatap Deya takjub. Bagaimana bisa gadis satu ini masuk ke Fakultas Peternakan sedangkan sendirinya takut sapi dan ayam.

"Kamu Nasywa kan, aku tahu! Aku sering mendengar namamu di sebut cowok-cowok di Fakultas kami." Nasywa tersenyum kikuk, tidak menyangka ia akan seterkenal itu di Fakultas lain.

"Aku Ana, dari FEB." Ana senang, sepertinya teman-teman satu poskonya akan menyenangkan. Terlebih Nasywa, rumor mengenai anak FKU yang sombong dan tidak bisa bekerjasama dalam tim tertepis sudah. Semoga saja, mereka bisa hidup rukun dan damai selama sebulan di posko KKN.

"Eh Ana, Kamu satu Fakultas dengan Alan dong, bolelah." Deya mencolek Ana dengan kode-kode rahasia ala cewek.

Ketiganya kompak melirik ke arah cowok-cowok yang akan satu posko dengan mereka. Sepertinya sedang melakukan perkenalan dan telepati memahami rasa masing-masing. Seperti Nasywa, Ana dan Deya. Gala, Alan dan Hayyan terlihat sudah sama-sama akrab.

Ada dua mahasiswa dari Fakultas Teknik di posko mereka. Semoga saja rumor tentang kenakalan-kenalan anak teknik tidak benar.

"Dari pada menunggu cowok-cowok menyapa, mending kita sapa duluan saja. Ayuk." Deya menarik Nasywa dan Ana, di samping kiri dan kanannya, menyeret mereka seperti anak TK. Deya terlalu bersemangat untuk memulai perkenalan.

"Hey, hey, kalian! Kenalan gak ngajak-ngajak. Ingat kita ini satu posko, harus kompak dan solid." Sepertinya Deya adalah tipe manusia yang memiliki tingkat malu-malu mendekati zero, alias hampir tidak ada. Dengan semangat Deya memperkenalkan diri, tak lupa memperkenalkan Nasywa dan Ana.

Sebetulnya, tak memperkenalkan Nasywa juga tak mengapa. Mereka pasti tahu Nasywa yang hanya satu-satunya berasal dari Fakultas Kedokteran. Mereka pasti memiliki pemikiran yang sama dengan cowok-cowok lain, berdoa dan berharap bisa satu posko dengan Nasywa.

"Kenakan. Aku Deya, Ini Nasywa primadona posko dan ini Ana dari FEB." Deya menyalami satu per satu dari ketiga cowok yang berada di sana. Terlihat wajah kaget Hayyan dan juga Gala yang tidak terbiasa bersalaman dengan kaum hawa.

Nasywa yang melihat kekagetan dari dua mahasiswa itu memilih bermain aman. Ia melakukan perkenalan yang lebih sopan pada ketiganya, begitupun dengan Ana yang mengikuti Nasywa.

"Eh maaf yah Aku gak tahu." Deya merasa bersalah. Sikapnya yang bar-bar, rupanya salah. Hayyan dan Gala bukan tipe manusia yang bisa diajak bersentuhan seenak dengkul. Mereka menjaga batasan antara laki-laki dan perempuan.

"Tidak apa-apa. Aku Gala, Ini Hayyan dan Alan." Gala memperkenalkan diri dan teman-temannya.

"Hey Ana, Kamu tidak kenal dengan Alan? Kalian bukannya satu Fakultas yah," Bisik Deya.

"Kami tidak satu jurusan," balas Ana, ikut berbisik.

"Begitu rupanya. Senang bisa satu posko dengan mereka." Deya kembali bersemangat, melupakan kesalahannya yang baru saja ia lakukan.

"Ayo kita menyapa Kepala Desa." Ajak Gala, sepertinya laki-laki ini memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.

"Cuss." Deya segera berjalan beriringan dengan Gala.

Setelah berbincang sebentar bersama Kepala Desa Timpuseng dan juga supervisor, keenam mahasiswa itu bertolak menuju posko mereka. Tidak butuh waktu lama untuk tiba di lokasi posko, posisinya berada tepat di sisi jalan poros, memudahkan mereka untuk ke mana-mana.

*

"Selamat datang." Bapak Kepala Desa kembali menyambut mereka begitu tiba di posko.

"Nah, kalian bisa menempati rumah bapak sebagai posko Desa Timpuseng. Semoga kalian betah yah." Sambutnya ramah.

"Assalamu’alaikum,"

"Waalaikumsalam." balas orang-orang yang ada di dalam rumah Kepala Desa. Rupanya mereka sudah menunggu kedatangan mahasiswa KKN yang akan berposko di desa mereka.

"Ayo masuk nak. Mari, mari, anggap rumah sendiri yah." Sambutan dari istri Kepala Desa tak kalah ramah. Beberapa orang membantu mengangkat koper kaum cewek-cewek, sedangkan kaum cowok memilih mengangkat koper sendiri-sendiri.

Keenam mahasiswa itu menatap spanduk besar yang dipasang di depan rumah Kepala Desa. Penanda untuk posko mereka. Tidak menyangka takdir membawa mereka di daerah ini dan mempertemukan mereka dengan orang-orang baik.

Semoga perjalanan KKN yang diharapkan, berjalan dengan lancar, bebas hambatan, dan satu lagi, semoga di antara mereka ada yang berjodoh.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel