Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Chapter 08 : Provoking Desire

Sarah menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, berdecak kagum melihat betapa luasnya tempat dimana Helios tinggal. Sarah menyadari jika Helios adalah orang kaya dari gayanya namun ia tak menyangka jika laki-laki itu sekaya ini. Hunian seluas 6,000 meter dengan halaman yang luas dimana kini keduanya berada.

"Ayo," ajak Helios membuat Sarah menatapnya, buru-buru menyusul laki-laki itu yang sudah terlebih dahulu berjalan ke arah pintu besar rumahnya.

Pintu besar itu terbuka menampilkan sebuah aula megah dengan lantai marmer yang indah. Berhasil membuat Sarah menutup mulutnya tak percaya.

"Tuan Muda Kedua." Korvin menyambut kedatangan mereka, menghampiri Helios dan tanpa sengaja melihat Sarah. Laki-laki itu pun tampak mengerutkan keningnya, merasa tak asing dengan perempuan itu.

Sarah menatap laki-laki itu, tersenyum ramah membuat Helios mendecih pelan. Helios kemudian menarik tangan Sarah, mengajaknya melewati Korvin tanpa suara.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Sarah melepaskan tangannya dari cengkeraman Helios. Menatap laki-laki itu yang berjalan di depannya dengan tatapan penuh tanya.

"Jangan tersenyum sembarangan," ucap Helios.

"Memangnya kenapa? Ada peraturan di sini tidak boleh tersenyum?" Pertanyaan perempuan itu membuat Helios menghembuskan nafasnya kasar, ia pun hanya terdiam, mengabaikan Sarah yang kini menggerutu di belakangnya.

Keduanya pun tiba di sebuah kamar yang begitu luas. Kamar dengan lantai marmer putih dengan sedikit detail kuning keemasan dan dinding hitam. Benar-benar kamar yang terkesan mewah sekaligus suram.

Sarah menolehkan kepalanya, menatap Helios yang tengah menutup pintu. Laki-laki itu pun hanya menatapnya dan melewatinya hingga ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran king size di sana.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Sarah.

Helios mendudukkan dirinya, menyandarkan punggungnya ke kepala ranjang lalu menatap Sarah. Laki-laki itu lantas menaikkan satu alisnya. "Apa maksudmu?"

"Aku tidur di mana jika kamu tidur di sana?" tanya Sarah, melipat kedua tangannya di depan dada membuat dadanya terlihat lebih besar.

"Ah itu." Helios menepuk pelan sisi ranjang di sampingnya membuat Sarah memelototinya.

"Tidak-tidak, perjanjiannya tidak seperti itu. Berikan aku kamar yang lain," ucap Sarah namun Helios malah mengabaikannya.

"Hei Tuan." Sarah memanggilnya dengan kesal, menghampiri laki-laki itu yang tampak begitu cuek.

"Ada banyak kamar di tempat ini, setidaknya berikan aku satu," pinta Sarah membuat Helios kembali menatapnya.

"Tidak ada kamar lain," sahut Helios.

"Omong-omong apakah kamu takut tidur di sampingku?" tanya Helios menaikkan satu alisnya membuat Sarah terdiam selama beberapa saat, memperhatikan laki-laki itu lalu memalingkan wajahnya.

"Itu tidak benar," sahut Sarah.

"Kalau begitu tidurlah," ucap Helios sambil melepaskan sepatunya dengan cara melemparnya. Laki-laki itu lantas berbaring dengan nyaman.

Sarah menatapnya ragu-ragu, mempertimbangkan baik-baik situasinya. Sudah terlambat jika ia ingin pergi sekarang lagipula hunian itu terlalu besar, bahkan Sarah tak hapal jalannya. Namun laki-laki itu terlalu seksi bagaimana jika terjadi sesuatu yang panas seperti malam itu? Memikirkannya saja sudah membuat Sarah gila.

"Kamu tidak tidur?" tanya Helios membuat Sarah menatapnya, menatap laki-laki yang kini melepaskan satu kancing kemejanya.

Sarah memalingkan wajahnya. "Apa yang kamu lakukan? Dasar m-mesum."

"Aku tak bisa tidur jika panas. Lagipula kenapa? Apakah kamu takut? Kamu pernah mengatakan bahwa tubuh ini begitu bagus," ucap Helios dengan suara beratnya, mengusap perutnya yang masih dibalut kemeja hitamnya.

"Kamu pasti berhalusinasi. Bagus? Bagus apanya," ucap Sarah gelagapan membuat Helios tersenyum miring.

"Baiklah kalau begitu," ucap Helios membuka semua kancing kemejanya, memperlihatkan tubuh atletisnya membuat Sarah mau tak mau meliriknya sesekali.

Helios melemparkan kemeja, berbaring dengan posisi miring sambil menopang kepalanya, menatap Sarah lalu merapihkan sisi kasur di sampingnya. Sarah menatapnya hingga laki-laki itu menepuk pelan kasur itu. "Silahkan."

"A-aku mau mandi, aku tak bisa tidur tanpa mandi. D-dimana kamar mandinya?" tanya Sarah gugup membuat Helios tertawa dalam hati.

Helios mengangkat tangannya menunjuk ke arah di mana sebuah shower berada di ruangan itu tanpa pembatas apapun. Sarah melongo melihatnya. Jika ia mandi di sana maka ia akan menjadi tontonan yang begitu indah bagi Helios.

"Itu bukan kamar mandi," ucap Sarah.

"Itu terlihat seperti tempat untuk mandi. Kenapa? Ada masalah? Lagipula aku sudah melihat semuanya, haruskah aku merincikan tubuhmu? Harus mulai dari mana?" Sarah memelototi Helios yang dengan kurang ajar mengatakan hal itu.

"Dasar mesum!!" Sarah memukul Helios menggunakan bantal sementara Helios hanya pasrah dipukuli meksipun hanya satu kali.

"Mau mandi tidak?" tanya Helios kembali duduk, mencari posisi paling tepat untuk melihat Sarah mandi secara langsung di depan matanya.

"L-LUPAKAN?!" teriak Sarah yang kemudian masuk ke dalam selimut itu. Helios pun mendengus geli melihat tingkahnya.

Sarah berbaring dengan kaku, menatap langit-langit kamar megah itu hingga tiba-tiba Helios malah berada di atas tubuhnya.

"A-apa yang kamu l-lakukan?" tanya Sarah takut-takut meskipun harus ia akui, ia mengagumi keindahan laki-laki yang berada di atasnya itu.

Helios mendekatkan wajahnya membuat Sarah memejamkan matanya. Namun sekian detik kemudian tak terjadi apa-apa hingga ia membuka matanya, menyadari Helios mengambil sesuatu dari bawah bantalnya. Laki-laki itu kemudian tampak memegang sebuah pistol yang berasal dari bawah bantalnya.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Sarah membuat Helios yang masih berada di atas tubuhnya menatapnya. Laki-laki itu lantas memperlihatkan pistolnya tanpa suara lalu menyingkir dari atas tubuhnya.

Wajah Sarah memerah bersama detak jantungnya yang tak berhenti berdetak. Hingga ia melihat Helios bangkit dari kasur, menatap Sarah yang menyembunyikan wajah dari balik selimut.

"Ayo ikut aku," ajak Helios.

"Kemana?" tanya Sarah berpikir jika Helios akan membawanya ke sebuah tempat menarik untuk bermain.

"Kamar mandi," ucap Helios membuat Sarah mengerutkan keningnya.

Sarah pun bangkit dari tidurnya tanpa bertanya, mengikuti Helios menuju sebuah pintu yang berada di dalam kamar itu. Helios kemudian membuka pintu itu membuat Sarah melihat kamar mandi yang ia cari.

"Katanya tidak ada," ucap Sarah menatap tajam Helios yang hanya menatapnya sejenak.

"Itu, kamu mengingatnya?" tanya Helios menunjuk sebuah bathub di dalam sana. Seketika ingatan Sarah tentang seberapa gilanya ia malam itu kembali terlintas di otaknya.

"Aku mengatakan bahwa kamu tahu caranya bersenang-senang," bisik Helios tepat di leher Sarah hingga hembusan nafas laki-laki itu terasa di leher Sarah, membangkitkan gairahnya.

Sarah menolehkan kepalanya, menatap wajah Helios yang kini begitu dekat dengan wajahnya. Helios tersenyum miring, mengusap bibirnya yang sedikit kering. "Mandilah."

Usai kalimat itu Helios meninggalkannya, kembali ke atas kasurnya. Sementara Sarah berdiri mematung di tempatnya, bersama hasrat seksualnya yang kini menggebu-gebu bahkan berpikir jika ia ingin menyerang laki-laki itu. Sialan, apakah laki-laki itu sengaja memprovokasinya?

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel