Bab 6
Playlist : love scenario -iKon
.
Selamat membaca!
**
Bel tanda pelajaran telah berakhir berbunyi. Seluruh murid segera mempersiapkan barang bawaannya untuk dibawa kembali pulang. Ada juga beberapa murid yang sengaja meninggalkan buku di laci, agar praktis.
Berbeda dengan Renaldo Adijaya. Lelaki itu tidak perlu menyiapkan apa-apa selain memasang hoodie kesayangnnya, karena ia tidak membawa apa-apa ke sekolah. Bukunya sudah tersusun rapi di laci, semuanya, alasannya karena ia malas mempersiapkan buku, maka jadilah ia meninggalkan semua bukunya di dalam laci.
Itu juga cukup membantu karena pada akhirnya Renaldo tidak pernah meninggalkan satu buku pun, jelas karena semua bukunya ada di dalam laci.
Lelaki itu beranjak dari posisinya seraya menyampirkan tas di bahu sebelah kiri. Ia berjalan menghampiri Bella yang tengah memasukan buku ke dalam tas, lalu duduk di kursi kosong tepat di hadapan gadis itu.
"Jadi, ngerjainnya di sini?" tanya Renaldo.
Bella melirik lelaki itu sekilas, kemudian mengangguk. Ia mengeluarkan laptop yang tadi diantarkan supirnya, kemudian menyalakan benda itu.
"Gue duluan ya, Bel." Pamit Deva, kemudian beralih menatap Renaldo. "Jangan macem-macem ya, Renal."
"Iyeiye, berisik deh lu, Dev. Sono pulang." Renaldo mengibas-ngibaskan tangannya membuat gesture mengusir.
"Modusan baru lagi, Nal?" Celetuk Rafi yang lewat bersama kekasihnya.
Renaldo menoleh, "halah, belom aja lo ketahuan Ajeng selingkuh."
Ajeng-kekasih Rafi menoleh, "kamu selingkuh, Fi?!"
"Eh, enggak, Yang! Renal fitnah, tuh!" Rafi menatap Renaldo kesal, "wah parah lu, Nal."
Renaldo terkekeh geli. "Makanya jangan gangguin gue."
"Udah ayo, Renal suka fitnah sekarang." sewot Rafi sebelum merangkul Ajeng untuk pergi keluar kelas hingga tersisa Bella dan Renaldo.
Renaldo menggelengkan kepalanya kemudian menoleh pada Bella yang tengah fokus menatap layar laptopnya. Seakan tidak terpengaruh dengan godaan teman-teman sekelas mereka daritadi.
"Eum, Bel. Emang kenapa kalau ngerjainnya di rumah gue atau di rumah lo? Bukannya enak, ya. Pikiran lebih fresh gitu."
"Aku nggak suka ke rumah orang, atau orang ke rumah aku," jawab Bella singkat membuat Renaldo mengangguk paham.
"Tapi, kenapa nggak di cafe? Kan nggak ke rumah siapa-siapa, tuh. E-"
"Kita di sini buat ngerjain tugas, jangan bahas hal di luar itu," ujar Bella memotong ucapan Renaldo.
Lelaki itu meneguk salivanya. Menaklukan Rabella tidak semudah yang ia kira, kalau begini, bisa-bisa untuk pertama kalinya seorang Renaldo Adijaya gagal.
"O-oke," Renaldo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Eum, sebelumnya apa yang harus gue bantu."
"Nggak ada," sahut Bella.
"Eh, tapi ini kan tugas kita berdua?"
"Aku bisa ngerjain sendiri, dan nama kamu bakal tetep aku tulis. Tenang aja."
"Nggak bisa gitu, dong. Gue nggak mau, masa gue nggak ngerjain apa-apa tapi nama gue ditulis," ujar lelaki itu.
"Sama halnya kayak kamu lagi nyontek, kamu cuman nyalin tapi dapet nilai," sahut Bella yang membuat Renaldo benar-benar bungkam.
Tahu dari mana dia Renaldo suka menyontek?
"Ngapain kalian berdua masih di sini? Semua murid lain sudah pulang," suara gahar itu membuat Renaldo dan Bella serempak menoleh ke depan pintu.
"Kita lagi ngerjain tugas nih, Pak. Besok dikumpul," sahut Renaldo.
"Kerjakan di rumah atau di luar sekolah, nggak boleh di sini. Mana cuman berduaan, siapa tahu nanti ada setan," ujar Pak Mahdi.
"Tapi, Pak. Cuman sebentar, kok," ucap Bella.
"Tetep nggak boleh, itu udah peraturan di sini. Kalau nggak mau menaati ya, berurusan sama kepala sekolah."
"Yaudah, Bel. Kita ke cafe aja, gimana?" ajak Renaldo.
Bella menghela napasnya dengan berat, kemudian mematikan laptopnya. Gadis itu bersiap, kemudian ia keluar dari kelas dengan Renaldo yang berjalan di belakangnya.
Saat melewati Pak Mahdi, mata Renaldo berkedip satu, tidak lupa jempolnya terangkat.
"Sukses!" ucapnya pelan.
*Cinderbella*