Bab 13 Taman Cinta Buat Moza
Bab 13 Taman Cinta Buat Moza
Sebenarnya Moza masih sedikit agak sungkan dan malu kepada Andrew, terlebih lagi mereka baru beberapa kali bertemu dan mengobrol langsung. Bagaimanapun Moza terlihat salah tingkah di hadapan Andrew. Bahkan Moza terlihat lebih banyak diam dan menjadi pendengar yang baik.
"Jadi artinya kamu belum bisa menjawabnya sekarang? Atau mungkin ingin berpikir terlebih dahulu? Aku serahkan semuanya padamu, Za. Yang sekiranya menurutmu baik," ucap Andrew membuyarkan lamunan Moza.
"Za?" ulang Andrew meminta Moza menjawabnya.
"Aku bingung. Kamu tiba-tiba menyukaiku? Bukannya kita baru beberapa kali pergi bersama? Apa yang membuatmu cepat sekali merasa kita akan cocok? Aku tidak ingin bermain-main dengan perasaan, Ndrew,” kata Moza serius.
"Aku tidak main-main, aku serius ingin kita bisa lebih dekat lagi. Sekali lagi kukatakan aku ingin kita menjalin hubungan yang lebih serius lagi."
Moza terdiam. Dia sebenarnya juga merasakan hal yang sama dengan Andrew. Bahkan sudah sejak lama diam-diam Moza menyukai Andrew walaupun dia hanya menyimpannya sendiri, tanpa diketahui oleh siapapun.
"Aku mau pulang Ndrew," kata Moza pelan.
"Tapi kamu belum jawab pertanyaanku."
"Kamu serius?"
"Sesulit itu untuk percaya padaku, apa aku harus mengulanginya lagi?"
"Emmm, maafkan aku," jawab Moza seraya mengalihkan pandangannya dari tatapan Andrew.
"Ya sudah kalau begitu. Aku tidak akan memaksamu untuk menjawabnya segera. Aku akan menunggumu, jika saat ini kamu belum yakin, aku tidak akan memaksa," jawab Andrew.
"Terima kasih ya, Andrew. Sebenarnya bukan hanya aku, tapi aku juga ingin kamu lebih yakin lagi dengan perasaanmu. Jika nanti kamu sudah yakin, aku ingin kamu benar-benar mengatakannya dengan tulus bahwa kamu mencintaiku. Karena untuk saat ini aku belum melihat keyakinan itu dari dirimu."
"Oke, baikkah jika itu yang menurutmu baik. Dan mulai sekarang kamu harus berubah. Semangat Za, hidup jangan dibuat menyedihkan tapi menyenangkan. Walau masalah selalu datang di hidup kita jangan sampai orang di luar sana tahu bahwa kita sedang galau. Tunjukkan pada mereka kita baik-baik saja, tunjukkan pada mereka setiap hari kita selalu bahagia," Andrew mangangkat dagu Moza untuk menatapnya.
Moza menatap mata Andrew yang tersenyum padanya. "Mulai hari ini anggap hidupmu selalu bahagia, oke?" pinta Andrew.
"Baik, akan aku mencoba. Terima kasih sudah membuatku sedikit semangat."
"Sama,-sama, Moza" ujar Andrew seraya mengacak rambut Moza gemas.
"Ya sudah sekarang kita pulang, tapi sebelumnya kita mampir ke taman ya."
Moza mengangguk setuju. Mereka akhirnya meninggalkan rumah besar Andrew lalu menuju ke taman. Di taman Andrew menarik Moza dan membawanya bermain di berbagai wahana. Jujur saja, Moza belum pernah merasakan permainan berbagai wahana yang ada di taman itu. Awalnya dia takut, namun Andrew membujuk dan meyakinkannya.
"Naik itu ya," ajak Andrew menunjuk wahana Kora-kora yang memacu adrenalin. Awalnya Moza bimbang, namun lagi-lagi Andrew meyakinkan dirinya.
"Jika kamu takut, kamu bisa berteriak kuat-kuat. Aku akan menggenggam tanganmu erat-erat."
"Ya sudah, ayo," jawab Moza akhirnya.
Mereka menaiki wahana Kora-kora. Awalnya Moza sedikit gugup karena belum pernah naik di ketinggian. Namun lama kelamaan ia bisa menikmati permainan itu. Dia berteriak histeris saat mereka di ketinggian maksimal lalu mengayunkan mereka dengan kecepatan tinggi.
Andrew menggenggam tangan kanan Moza untuk memberinya kekuatan. Mereka berteriak bersama melepaskan ketegangan. "Katakan sesuatu Zaaa," teriak Andrew saat Kora-kora mulai mengayun dengan kencang dan tinggi.
"Aku benci!" teriak Moza.
"Siapaaaaaaa?" balas Andrew berteriak.
"Kamuuuuuuu!" teriak Moza lagi.
"Kenapaaaaaa?" teriakan Andrew sekaligus bertanya.
"Kamu Iblis Syair Berdarah !" teriak Moza dengan suara lantang.
"Dasar Setan Cantiiiiikk!" balas Andrew berteriak lalu terkekeh.
"Aaaaaaaaaaaaaa!" teriak mereka bersamaan kemudian mereka tertawa bersama sampai ketika kecepatannya semakin lama semakin berkurang dan kemudian berakhir.
Andrew menggenggam tangan Moza saat turun dari Kora-kora. Mereka saling pandang lalu tertawa bersama. "Bagaimana, suka?” tanya Andrew.
"Sukaaa, sangat-sangat suka,” jawab Moza nyaris berteriak. Bibirnya yang merah jambu menguar senyum riang.
"Masih mau main yang lain?" tanya Andrew.
"Tidak sekarang, lain kali kita ke sini lagi ya," pinta Moza, ia harus segera pulang dan menemui Bapak di rumah sakit.
"Tentu saja. Kita akan sering-sering ke sini sampai kamu bisa mencoba semua wahana di sini," kekeh Andrew. Moza memukul lengan Andrew pelan.
"Kamu benar-benar membenciku, Za?"
"Kata siapa?" tanya Moza seraya memalingkan wajahnya.
"Kata kamu tadi di atas Kora-kora."
"A ... Aku hanya bercanda saja untuk menghilangkan ketegangan."
"Apa kamu sudah bisa menerima pernyataanku tadi? Apa boleh aku masuk di kehidupanmu mulai saat ini?"
"Andrew, kamu serius? Atau kamu hanya main-main saja dengan apa yang kamu katakan tadi? Sungguh aku sendiri belum yakin dengan perasaanmu itu."
"Tidak Za, aku serius. Aku tidak main-main. Percayalah padaku." Moza tidak menjawab dia hanya menatap Andrew seraya tersenyum.
"Kita makan ya?" Andrew akhirnya menarik tangan Moza kembali ke motornya, lalu membawanya ke suatu tempat.
"Andrew, kita mau kemana?"
"Makan Za, aku sudah lapar," ucap Andrew. Tidak lama kemudian, mereka sampai di tempat yang dituju. Andrew memarkir motornya. "Suka makan Soto Betawi?" tanya Andrew.
"Suka," jawab Moza singkat.
"Ayolah kita makan di sini dulu Za, setelah itu kita pulang."
Keduanya masuk ke kedai makanan, ternyata kedai Soto Betawi ini sangat ramai pengunjung. Setidaknya itu menandakan menu yang disajikan dari segi rasanya pasti memuaskan. Andrew membiarkan Moza memesan makanan yang paling ia suka sepuasnya.
Selesai makan mereka kemudian beranjak dari meja untuk pulang. Andrew kembali menggandeng tangan Moza saat akan keluar kedai, pada saat mereka keluar mereka berpapasan dengan Bella dan kekasih barunya.
"Hai Bella," sapa Andrew seraya tetap menggandeng tangan Moza lebih erat.
"Hai juga," jawab Bella seraya menatap ke arah Moza yang hanya tersenyum tipis.
"Oh ini pacar barumu Andrew?" gadis itu menatap Moza dengan merendahkan. “Hem, ternyata seleramu jadi menurun ya, kupikir kau akan mendapatkan yang jauh lebih baik dariku, tapi ternyata hanya gadis introvert ini?" ledek Bella.
Genggaman di tangan Moza terasa lebih erat. "Pada siapa aku akan menjatuhkan pilihan sebagai pengganti kamu, itu urusanku. Mau suka sama siapa pun, kamu tidak berhak berpendapat. Sama sepertiku yang tidak pernah mengurusi hidupmu sekarang! Mau jungkir balik, koprol, dan gonta-ganti pacar juga aku tidak akan peduli. Urus urusanmu sendiri saja! Siapa pun yang saat ini bersamaku artinya dialah yang membuatku nyaman," lanjut Andrew, sedikit berbohong.
Tetapi sesungguhnya Andrew masih sangat cemburu melihat Bella bersama lelaki lain. Apalagi, jika pria yang ada di samping mantan kekasihnya itu terlihat lebih bergaya dibanding dirinya. Tetapi, Andrew menyembunyikan kecemburuannya lalu merangkul Moza dan meninggalkan Bella yang terpaku menatap keduanya dengan perasaan kesal.
"Maaf ya Za, kalau kamu merasa tidak nyaman dengan kejadian tadi," ucap Andrew setelah mereka cukup jauh dari Bella dan kekasihnya.
"Bella maksudmu?" tanya Moza.
"Iya, aku tahu dia sengaja menyakiti hatimu dengan kata-kata yang dia lontarkan tadi."
"Aku itu sudah biasa dengan hal-hal seperti itu, jadi kamu tidak perlu khawatir. Aku baik-baik saja. Sungguh."
"Benarkah kamu baik-baik saja?"
"Iya, aku tidak apa-apa. Jadi jangan merasa tidak enak padaku. Santai saja Ndrew, ayolah jangan dibawa serius," Moza mencoba meyakinkan Andrew jika dia baik-baik saja. Pria itu mengusap lembut kepala Moza.
“Ayo pulang.”
Mereka menempuh perjalanan pulang ke rumah Moza dalam diam. Andrew kehilangan selera untuk bicara sementara Moza tidak ingin mengusik kediamannya. Mereka turun di halaman rumah Moza dan gadis itu mengajak Andrew untuk singgah sebentar.
"Kamu masuk dulu, aku mau mandi sebentar. Sedikit gerah habis dari taman tadi."
Mengangguk, Andrew mengikuti langkah gadis itu masuk ke dalam. "Oke Za, aku tunggu ya."
Moza meninggalkan Andrew setelah dia membuatkan minuman hangat dan menyalakan televisi untuk menemani Andrew sampai dia selesai mandi. Beberapa saat kemudian Moza terlihat kembali dengan penampilan yang jauh lebih segar.
"Lama ya?" tanya Moza kepada Andrew.
"Tidak juga. Tidak terasa karena ada hiburan," jawab Andrew yang asyik menonton siaran olahraga.
"Syukurlah."
*Bersambung*