8. Hurting You (I)
Kimberly menatap Lestat dengan pandangan miris, beberapa helaian rambut gadis itu menutupi sebagian wajahnya. Ketika pandangan mereka bertemu, ketika deru nafas mereka menjadi satu, Kim dapat melihat dengan jelas wajah tampan itu. Rahang yang tegas, alis mata tebal dan tajam, dan netra kehijauan yang memabukan itu hampir saja membuat Kim lupa bahwa pria yang ada dihadapannya itu adalah seorang penculik.
Meski gadis itu belum mengetahui semua perbuatan keji Lestat selama beberapa tahun ini.
"Cepatlah bersihkan dirimu, dan berhentilah menatapku seperti itu" ujar Lestat dan beranjak pergi. Wajah Kim sempat merona malu, ia buru-buru mengunci pintu kamar mandi, takut jika pria itu menerobos masuk saat dirinya tak berbusana.
Kim menghela nafas kasar seraya bersandar dipintu kamar mandi, berpikir keras mengapa ia bisa terjebak disituasi seperti ini. Mencari celah untuk kaburpun tidak bisa, seluruh rumah itu begitu tertutup. Meskipun terlihat mewah dari dalam sini, Kim masih tak dapat melihat cela diruangan tidur dan kamar mandi ini.
Kim menuju tempat mandi yang seluruhnya ditutupi oleh kaca, membuka gaun tidurnya yang selama beberapa hari ini ia pakai terus menerus. Kim menyalakan shower, seketika tubuhnya begitu rileks karena rintikan air hangat yang membasahi kulitnya. Dengan semangat ia membersihkan seluruh tubuhnya, meski perih diwajahnya belum menghilang Kim tak menghiraukannya dan fokus membersihkan seluruh tubuhnya.
Tanpa sadar ada yang mengawasi dirinya dari cermin dua arah seraya mengelus dagu memerhatikan Kimberly.
...
Tubuh kurus itu hanya berbalut handuk berwarna putih, dengan rambut yang masih basah ia megeratkan pegangannya pada lilitan handuk. Kim melirik kekanan kiri keluar dari kamar mandi, takut jika si penebar teror itu muncul secara tiba-tiba ketika ia dalam keadaan seperti ini.
Kim mengendap mencari pakaian, kedua kakinya berjinjit agar tak menimbulkan efek suara. Ia membuka lemari kayu besar yang berukiran indah diruangan tersebut, mencari pakaian yang bisa menutupi tubuhnya saat ini juga.
Tangan Kim meraba dalam lemari besar tersebut, sedikit berjinjit karena cukup tinggi. Hingga ia menemukan sebuah kain, Kim buru-buru mengambilnya dan menutup pintu lemari tersebut.
Brak!
Seketika Kim terkejut setengah mati, nafasnya tak beraturan dan jantungnya berdegub kencang. Dari pantulan cermin lemari, pria itu berdiri tepat dibelakangnya hingga Kim dapat berasakan deru nafas pria itu dilekuk lehernya.
Suara Kim seperti tercekat, ia hanya bisa terdiam tanpa berani menatap kedua mata setajam elang yang tengah memerhatikannya saat ini.
"A..aku hanya mengambil pakaian" cicit Kim, Lestat berdeham. Seolah meng-iyakan ia kemudian menjauh sedikit dari Kim dan berbalik badan.
Seperti memberikan Kim sebuah privasi untuk mengenakan pakaian, Kim buru-buru memakai pakaian tersebut.
Dress longgar dengan panjang selutut, sepertinya seorang wanita pernah tinggal disini, batin Kim.
Lestat sempat menoleh sedikit saat melihat handuk gadis itu terjatuh dilantai, Lestat menaikan sebelah alisnya.
"Aku sudah selesai..." Lestat menyunggingkan senyum berbalik arah menuju Kim.
"Kau beruntung aku masih memberimu makan agar kau tetap hidup..." ujar Lestat menunduk menatap Kim.
"Tapi..." bibir Kim terbuka.
"Itu semua tidaklah gratis sayang..." jemari besar itu memegang dagu Kim, mengangkatnya sedikit dan menarik dagu Kim agar mendekat kepadanya.
Cup...
Kedua mata Kim terbelalak tidak percaya, pria gila itu mengecup bibirnya....