Bab 6
"Patah hati bukan alasanmu untuk terpuruk."
***
Kalau ada part yang ga bisa kalian buka, dah aku bilang kan harus follow duyuuuu
1000 vote 1000 komen untuk next
Ya guys, mikir alur cerita ini capek???
***
Anak-anak Eagle masih setia menunggu Candy sejak tiga jam lalu. Gadis itu berkata ingin ke makam Athar, namun sampai sekarang ia tak kunjung kembali. Meskipun mereka tahu, Candy tidak pernah sebentar jika berada di sana.
"Samperin nggak, nih?" tanya Alvin.
"Jangan, ah. Bos lagi PMS kayaknya, serem kayak singa." Sahut King.
"Bos Candy tiap hari emang kayak singa," ujar Putra.
"By the way, lo pada udah liat tv belum?" tanya Ari.
"Apa? Virus yang di China?" sahut King.
"Bukan, iklan Marjan udah keluar. Berarti bentar lagi ramadhan," ujar Ari. Membuat teman-temannya mendengus kesal.
"Gue kira penting banget," ucap Leo.
"Penting anjir, dulu kan tiap ramadhan kita puasa juga berantemnya kata Athar!" ujar Ari mengingatkan.
"Gue jadi kangen Athar," ucap King.
"Sama, gue masih nggak percaya dia udah nggak ada." Tambah Putra.
"Udah." Kedatangan Sergio menginterupsi obrolan mereka, "Gimana, Candy udah ada kabar?"
"Belom," sahut Alvin.
Sergio segera mengambil ponselnya, kemudian mendial nomor Candy. Tidak menunggu lama gadis itu langsung mengangkat.
"Lo di mana?" tanya Sergio.
"Gue di rumah."
"Kenapa nggak ngabarin sih kalau lo balik?" Sergio menghela napas, "gue kepikiran lo kenapa-kenapa."
"Gue baik-baik aja."
"Lo nggak ke basecamp?"
"Gue lagi pengen sendiri."
"Kalau butuh apa-apa, kabarin gue segera. Jangan menghilang atau ngelakuin hal aneh," peringat Sergio.
"Makasih, Gi."
"Yaudah, bye." Sergio kemudian mematikan sambungan teleponnya.
"Candy di rumah, dia nggak ke sini." Terang Sergio pada teman-temannya.
"Bos kebiasaan, kalau dari kuburan Athar pasti down," ujar Alvin.
"Biarin dia nenangin diri," Sergio menatap ke arah lain, "kehilangan orang yang lo sayang secara tiba-tiba, emang nggak pernah gampang untuk ikhlasinnya.
***
Candy terbangun dengan mata sembab dan tangannya yang membengkak akibat hampir semalaman ia menangis sambil meninju samsak. Gadis itu benar-benar akan menyiksa dirinya sendiri jika ia teringat kejadian pilu satu tahun yang lalu.
Ia segera bangkit dan berjalan gontai menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, Candy sempat melirik dirinya di kaca. Benar-benar berantakan.
Hampir setengah jam ia berada di dalam kamar mandi, kemudian ia keluar dengan mengenakan handuk kimono. Gadis itu segera bersiap untuk berangkat ke sekolah, meski ia yakin sekarang sudah terlambat.
Setelah siap, Candy beranjak dari kamarnya. Turun di bawah dan hendak melangkahkan kakinya menuju garasi, namun panggilan dari Starla membuatnya berhenti.
"Aluna Candy, mau ke mana kamu?" tanyas Starla. Wanita itu menghampiri Candy yang ingin keluar melalui pintu menuju garasi.
"Sekolah, Mi." sahut Candy dengan nada malas.
"Sekolah apa? Udah telat," ujar Starla seraya menatap anak gadisnya itu dengan tatapan datar. "Nggak usah sekolah."
Candy mengernyitkan dahinya. "Mami apaan, sih?" tanyanya bingung. Tiba-tiba Ibunya menyuruh tidak usah sekolah, padahal setiap hari juga ibunya marah jika Candy tidak sekolah.
"Mami bilang nggak usah sekolah, berarti nggak usah. Sini kamu!" Starla kemudian menarik Candy menuju meja makan.
"Apa sih, Mi? Aku mau sekolah," ujar Candy. Gadis itu mengikuti kemana Starla menariknya.
Setelah sampai di meja makan, Candy terkejut melihat Ayah dan Saudara kembarnya juga ada di sana. Padahal sekarang sudah pukul 9 pagi, sudah sangat terlambat untuk Ayah Candy pergi ke Kantor, begitupun dengan Kembarannya untuk pergi ke sekolah.
"Duduk," perintah Starla.
"Tapi, Mi-"
"Duduk, Candy." Starla melotot, "bisa nggak, nurutin Mami dalam sekali perintah?"
Candy mendengus, kemudian gadis itu duduk. "Ngapain, sih?" tanyanya.
"Tunggu di sini, ya." Starla pergi entah ke mana, meninggalkan Candy dengan dua lelaki tampan di hadapannya.
Candy menoleh ke arahnya, "Papi nggak kerja?"
"Libur," sahut Dewa, "kata Mami kamu, libur sehari nggak akan bikin kita bangkrut."
Candy memutar bola matanya malas, memang ibunya kadang seenaknya. Tatapan Candy beralih pada kembarannya, "lo kenapa nggak sekolah, Co?"
"Di-Skors," sahut Marco acuh. Seakan hal itu bukan hal penting.
"Berantem kamu?" tanya Dewa-Ayah mereka kepada Marco.
Marco mengangguk sebagai jawaban.
"Lawanmu gimana? Biasa aja? Masuk rumah sakit? Atau meninggal?" tanya Dewa lagi.
"Kalau meninggal, Papi pasti udah dihubungin polisi." Marco menghendikkan bahu, "kayaknya nggak sampe rumah sakit, keburu kabur sebelum Marco abisin."
"Kamu nggak ada berantem, Ndy?" Dewa beralih pada Candy.
"Belum," sahut gadis itu.
"Pesan Papi cuman satu," Dewa menatap serius ke arah Candy dan Marco.
"Apa?" sahut keduanya berbarengan.
"Kalau kalian berantem, jangan sampai kalah."
"Papi suka ngajarin yang nggak bener." Starla kembali dengan membawa sebuah kue yang cukup besar.
"Kue buat apa, Mi?" tanya Marco.
"Ya ampun, ini ulang tahun kalian berdua. Jagoan neon yang hobynya berantem, masa lupa?" Starla meletakan kue yang bertuliskan Happy birthday Candy & Marco itu ke atas meja.
"Kenapa nama Marco di bawah? Kan Marco lahir duluan?" Protes Marco saat melihat namanya di bawah, bukan di atas.
"Kenapa ada nama aku di situ? Kan udah aku bilang kalau aku nggak mau dirayain." Sama dengan Marco, Candy juga protes perihal nama. Namun bedanya, gadis itu tidak ingin ada namanya di kue ulang tahun itu.
"Nah kalau banyak protes gini udah ketahuan keturunan gen siapa." Ceplos Dewa seraya menatap Starla.
"Nggak usah banyak protes, Mami nggak suka." Starla menatap horror kedua anaknya, "make a wish, terus tiup lilin."
"Nggak mau." Kompak keduanya menggelengkan kepala.
"Pi," Starla menatap Dewa seraya memasang wajah cemberut, "kita cari anak baru aja, yang nurut."
"Belom telat kan, buat join pestanya?"
Mereka semua refleks menoleh ke arah sumber suara. Menatap seorang lelaki berjaz putih berjalan mendekat seraya membawa sebuah kotak besar yang dibungkus kertas kado.
"Hai, Om," sapa Candy datar.
"Nggak bakal Om anggep keponakan kalau lemes gitu nyapanya," ujar Arjuna seraya terkekeh.
"Kenapa cuman bawa satu kotak?" Komentar Marco melihat kotak besar yang dibawa Arjuna.
"Oh, ini tadi titipan satpam. Katanya untuk Candy." Arjuna memberikan kotak itu pada Candy.
"Hadiah dari Om terlalu besar untuk dibawa ke dalam, keluar sana. Lihat sendiri." Arjuna mengedipkan sebelah matanya pada Marco. Marco langsung tersenyum lebar dan segera mengecek hadiahnya di halaman.
"Ini dari siapa?" tanya Candy, menatap kotak yang diberikan Arjuna.
"Buka lah kalau kamu mau tahu," sahut Arjuna.
"Bini lo mana?" tanya Dewa, sadar kalau sahabat yang sekarang sudah menjadi saudaranya itu datang sendiri.
"Ke salon sama Barbie." Ah iya, Barbie adalah nama dari anak tunggal Arjuna dan istrinya, Mikaila.
"Gila, Kawas*ki H2!" ucap Marco heboh setelah kembali melihat hadiahnya, "Gila Om, the best emang! Papi aja nggak mau beliin!"
"Selama ada Om yang bisa kamu habiskan uangnya, untuk apa Papi berboros ria?" sahut Dewa.
Arjuna menarik senyum. "Tenang, Wa. Gue tahu lo sangat pelit, makanya itu hadiah Marco gue beli dari hasil investasi lo di kantor gue."
"An-" ucapan Dewa terpotong saat Starla menutup mulutnya. "Kita nggak akan bangkrut, Sayang. Tenang aja."
Arjuna terkekeh saat melihat Dewa yang tidak berdaya. Lagi pula, tujuh ratus juta tidak akan membuat Dewa bangkrut, iyakan?
"Untuk Candy, kado kamu kayaknya besok baru sampai," ujar Arjuna, membuat Dewa menoleh ke arahnya.
"Duit gue lagi tuh?"
"Iyalah, lo kan bapak mereka."
"Candy nggak butuh kado." Gadis itu menatap semua keluarganya, "ini aku bawa karena nggak tahu siapa pengirimnya." Kemudian Candy kembali ke kamarnya, membawa kotak besar itu.
Di dalam kamarnya, Candy meletakan kotak itu asal. Ia tatap benda berbentuk kotak yang cukup besar itu. Jika saja tadi mata Candy tidak menangkap sebuah note kecil, ia mungkin tidak akan membawa benda itu ke kamarnya.
Note itu bertuliskan :
20 agustus, is your spesial day?
Sebuah note yang sama dengan yang kemarin ia dapatkan.
Candy segera membuka kotak itu, ia yakin, pengirimnya adalah orang yang sama.
Tangan Candy bergetar saat melihat isi kotak itu. Banyak sekali foto dirinya dengan Athar, semua foto itu hanya ia dan Athar yang memilikinya.
Kotak besar itu hanya dipenuhi foto Candy dan Athar.
Dan sebuah kertas yang bertuliskan Happy Birthday.
Tulisan yang sama.
•CLADE•
JANGAN LUPA SHARE CERITA INI KE TEMAN-TEMAN KALIAN
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN DI SETIAP BAB
TAG IG AKU KALAU KALIAN POSTING QUOTES DARI CERITA INI
FOLLOW INSTAGRAM AKU : cantikazhr
1000 vote 1000 komen untuk next✨