Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 3

"Kehilangan adalah alasan terbesar perubahan seseorang."

***

1 Tahun kemudian

"GUE BILANG, TUNDUK!" Teriak gadis dengan rambut yang dikuncir kuda itu. Satu tangannya mengacak pinggang, sedangkan tangan yang lain sedang menunjuk lelaki yang tengah bersimpuh di hadapannya.

"Gue kan nggak sengaja." Lelaki itu mendongak, membuat Candy semakin sebal.

"Lo ngerti bahasa manusia, nggak? Gue suruh tunduk ya tunduk!" Teriak gadis itu sekali lagi. Bahkan seluruh murid yang menonton drama pagi hari di koridor sekolah itu, tidak ada yang bersuara. Asik menonton.

Lelaki dengan name tag Bandi Atair itu akhirnya menunduk. Meski bingung salahnya apa. Ia membenarkan letak kacamatanya yang mulai turun. Tidak mungkin ia dipermalukan seperti ini, hanya karena tidak sengaja menyenggol Candy, kan?

Byur!!!

Air berwarna agak kehitaman yang berasal dari ember bekas pel-pelan berhasil membasahi seluruh tubuh Bandi. Tidak usah tanya siapa pelakunya, sudah pasti Aluna Candy.

Gadis dengan slayer hitam corak putih yang melingkar di tangannya itu memasang tampang tidak bersalah. "Karena lo nyenggol gue, gue hampir nabrak ember ini."

"Gila, makin parah itu cewek."

"Cantiknya luar biasa sih, tapi barbarnya luar biasa juga."

"Kayak yang selalu Almarhum Athar bilang, Candy itu malaikat. Malaikat kematian menurut gue."

"Waduh, gawat. Bos ngamuk!" Dari jauh, tujuh orang lelaki yang merupakan anak buah Candy menepuk jidat.

"Pisahin-pisahin! Mampus dah." Sergio segera menghampiri Candy, disusul dengan enam temannya yang lain.

"Bos, udah, masih pagi!" Lerai Alvin, berusaha menarik gadis itu dari tempatnya.

"Salahin cowok ini udah buat gue emosi pagi-pagi!"

"Bos mending ke kantin, biar cunguk ini kita yang urus," ujar Sergio.

Candy melemparkan asal ember yang ia genggam, membuat hampir terkena beberapa murid yang menonton. "Urus tuh!" Kesalnya sebelum melangkah pergi, diikuti beberapa lelaki di belakang yang memanggilnya 'Bos'.

Dari kejauhan, ada dua orang lelaki yang sejak tadi hanya sibuk memperhatikan.

"Itu Ratunya SMA Matahari. Aluna Candy," ujar cowok dengan name tag Junio Saleem di seragamnya.

***

[Aluna Candy]

Candy melepaskan ikatan rambutnya, membiarkan rambut dengan warna cokelat brunette itu tergerai. Menambah kecantikan Candy menjadi dua kali lipat, karena cewek itu sangat jarang mengurai rambutnya.

"Bos, panas? Kipas woy, kipas!" ujar Sergio, sigap kedua temannya mengambil piring plastik di depan mereka yang disajikan untuk memakan gorengan. Menjadikannya kipas untuk sang Bos.

Candy hanya diam, kepalanya fokus tertunduk menatap kedua tangannya yang sedang bertautan. Emosi gadis itu semakin hari semakin tidak bisa dikendalikan. Ia juga tidak mengerti, mengapa semakin hari rasanya semakin membenci laki-laki. Terkecuali mereka yang ada di hadapannya ini.

Perlu diketahui, empat cowok yang ada di depannya ini adalah salah empat dari tujuh inti EAGLE generasi kedua.

Yang pertama Sergio Abraham, cowok dengan wajah ke arab-araban itu bisa dikatakan yang paling dekat dengan Candy. Karena, Sergio adalah sepupu dari Athar.

Lalu ada Alvin, Leo, Putra, Ari dan King. Lima orang cowok ini, satu spesies. Pelawak, penguasa fyp di tiktok dan jahil. Kalau mereka lagi bersatu, rasanya mulut ngga bisa diam karena ketawa mulu.

Baru enam? Iya, yang terakhir emasnya. Namanya Athariq Haris Sanjaya. Ketua EAGLE generasi kedua. Keberadaannya? Di sisi Tuhan.

Athar meninggal satu tahun yang lalu, akibat kecelakaan mobil yang menimpanya. Penyebabnya sampai saat ini tidak diketahui, atau mungkin ditutupi.

Kejadian itu juga yang membuat sosok gadis di sebelah mereka berubah. Candy, yang tadinya gadis lembut dan manja, hingga menyandang gelar 'malaikat'. Berubah 180 derajat.

Penampilan, hingga tingkat kekasaran. Gadis itu tidak pernah lagi menampilkan sisi lembut, malah sebaliknya. Yang mereka tahu, seorang Aluna Candy itu adalah perempuan kuat yang membenci lelaki.

Memang, terkadang, kehilangan adalah penyebab paling besar terhadap berubahnya seseorang.

"Udah kita beresin cunguk yang tadi, Bos! Selow, aman terkendali. Selama ada Ari, semuanya rebes!" Tiga cowok yang tadi absen menemani Candy ke kantin, kini sudah kembali.

"Gaya anjir, yang ngurus gue sama Leo doang. Lo bagian ngurus cewek-cewek sekalian modus!" Selak Putra.

"Yang penting kan, gue bantu 'ngurus'." Ari nyengir, menampilkan gigi gingsulnya yang membuat cowok itu terlihat manis.

"Gue mau pulang." Putus Candy. Kesalnya sudah tidak terkontrol, ia butuh duduk di balkon rumahnya sambil memandang ke arah taman sekarang.

"Ayok, siap. Kita mah ngikut Bos." Ari paling duluan berdiri. Kalau masalah cabut dari sekolah, Ari suka.

"Izin ke bebeb dulu, yak," ujar King. Meraih ponselnya, kemudian mengirimi pesan kepada kekasihnya, Queen. Murid kelas sebelas. Satu tahun di bawah mereka.

"Gue juga ah," ujar Putra. Menghubungi kekasihnya, Putri.

Sergio berdecak, "lo bertiga nggak sekalian izin juga?"

"Gue lagi berantem sama Libra," ujar Leo.

"Gue habis kuota, ngga bisa hubungin Salsa," sahut Alvin.

"Gue jomblo, jadi ngga perlu ngehubungin siapa-siapa." Ari tertawa mengejek.

"Stefani mau lu kemanain, Ri?" celetuk King.

"Gue simpan di lubuk hati yang paling dalam. Dia bakal langsung gue halalin nanti." Lagi, Ari berbangga diri.

Jengah, Candy bangkit dari posisinya. Menarik perhatian keenam cowok ganteng itu. Sergio terlebih dahulu bersuara. "Ke mana, Ndy?"

"Toilet, lo semua tunggu di parkiran." Gadis itu kemudian melangkah tanpa menoleh lagi. Sesuai ucapannya, ia berjalan menuju toilet.

Setelah masuk di salah satu bilik toilet itu, Candy mendudukan dirinya. Menutup wajah dengan kedua tangannya. Ia benar-benar bingung. Dirinya seperti dikendalikan, emosinya semakin tidak stabil. Apa Candy sudah gila?

Segala pikiran Candy buyar, saat ia mendengar derap langkah sepatu. Dibarengi dengan mati lampu yang membuat toilet itu gelap, gadis itu mendongak.

"Woi!" Teriaknya, namun tidak ada jawaban.

Brak!

Pintu bilik Candy ditendang dengan keras. Membuat gadis yang berada di dalamnya memacu jantung tiga kali lipat, terkejut.

"Jangan main-main sama gue!" Candy sudah beranjak dari posisinya, bersiap membuka pintu saat lampu tiba-tiba kembali menyala.

Gadis itu keluar dari sana, menatap sekelilingnya. Kosong, tidak ada siapapun selain dirinya.

Candy terdiam, namun kemudian menggelengkan kepalanya. Gadis itu berjalan menuju kaca, namun apa yang ia lihat justru membuatnya mematung.

LO HARUSNYA MATI!

Tiga kata, yang ditulis di kaca toilet dengan tinta merah menyerupai darah.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel