Bab 2
"Kita harus selalu siap, kerena kehilangan menghampiri tak mengenal waktu."
***
"Aku suka body goyang mamah muda, da da da." Candy hanya bisa meringis melihat kelakuan teman-teman Athar yang sedang mabuk tiktok. Dibalik seramnya anak-anak geng EAGLE, ada sisi lain yang tidak diketahui banyak orang.
"Kamu nggak ikutan main tiktok?" ujar Candy seraya menunjuk teman-teman Athar dengan dagunya.
"Malu lah, ntar ada yang nemuin. Yakali seorang Athar yang dikenal beringas tiba-tiba joget-joget," sahut Athar seraya menggelengkan kepalanya.
"Halah, padahal kemaren lo yang ngajak kita goyang lemes," celetuk Alvin yang mendengar percakapan Candy dan Athar.
Athar langsung melotot menatap sahabatnya itu. "Ngomong sekali lagi gue gampar."
"Athar!" Peringat Candy, "jangan kasar-kasar, bisa?"
"Bisa." Athar mengangguk, "sama kamu doang tapi."
Candy hanya menggelengkan kepalanya. Athar memang suka bersikap manis dan tidak pernah serius menanggapi kemarahan Candy. Anehnya, Candy juga tidak bisa marah serius dengan Athar. Mereka berdua sama, bucin.
"Aku minta, untuk hari ini dan besok. Jangan berantem." Gadis itu menatap Athar penuh harap. "Aku nggak mau, besok di acara aku, muka kamu lebam-lebam."
"Kalau nggak ada yang ganggu aku, ya." Sahut Athar, lagi-lagi tidak serius.
"Athar aku serius! Besok ulang tahun aku, masa kamu mau dateng dalam kondisi muka lebam?" Kesal Candy, "tuh lebam yang kemaren aja masih belum hilang."
"Kalau aku nggak berantem hari ini dan besok, aku dapet apa?"
"Dapet pahala."
"Ah nggak seru."
Candy menggelengkan kepalanya. "Kamu mau apa?"
"Mau kamu."
"Tuh kan!" Candy memukul keras dada Athar, "kamu nggak pernah serius!"
Athar terkekeh. "Permen gemoi." Cowok itu mencubit pipi Candy dengan gemas.
"Plis lah, masa gue hidup cuman buat ngeliat ke-uwu-an orang lain." Celetuk Sergio, membuat perhatian anak Eagle yang sedang bermain tiktok teralihkan.
Keduanya menoleh. Athar membuka suara. "Kalau gue nggak ada, jagain nih. Ratunya gue."
"Emang lo mau ke mana, Bos? Kalau lo pergi kan kita juga pergi," sahut Alvin.
"Emang kamu mau ke mana?" Candy menoleh.
Lagi, Athar tertawa. "Serius amat lo pada. Gue nggak kemana-mana."
"Ta-" ucapan Candy terpotong karena Athar menginterupsinya. Ponsel cowok itu berdering dan ia menjauh untuk mengangkat telepon.
Sekitar lima menit kemudian, Athar kembali dengan wajah mengeras. Dari ekspresinya, teman-teman Athar sudah tahu apa yang selanjutnya akan terjadi.
"Cabut?" tanya Sergio. Athar mengangguk.
Setelah teman-temannya pergi terlebih dahulu, Athar menatap Candy. Gadis itu sudah tahu kalau Athar akan pergi. Ia membuang wajah, tidak ingin menatap Athar.
"Permen," panggil Athar dengan nada lembut. "Izin sebentar, ya? Tugas negara."
"Aku bilang hari ini sampai besok nggak boleh berantem!" sahut Candy tanpa menoleh.
"Nggak berantem, sumpah." Athar memegang kedua pipi Candy, "nanti malam, kamu tunggu di taman komplek. Ada kejutan."
"Aku nggak mau kejutan, Athar." Candy menatap Athar serius, "aku mau kamu di sini, nggak berantem!"
Athar memijit pelipisnya. "Aku nggak berantem, sumpah. Tapi aku memang harus pergi. Kamu tahu kan, aku selalu tepat janji?"
Athar menatap Candy dalam, gadis itu masih diam. Tidak ingin membiarkan Athar pergi.
"Ya, sayang?" tanya Athar meyakinkan.
Candy menghela napasnya. "Jam 7 malam, aku tunggu kamu di taman. Jangan telat!"
"Pasti!" Athar tersenyum, "aku pergi, ya." Pamitnya. Candy mengangguk, cowok itu kemudian melangkah pergi.
Baru beberapa langkah, Athar berbalik. Cowok itu kembali mendekati Candy.
"Kenapa lagi?" tanya Candy seraya menaikkan sebelah alisnya.
"Ada yang kelupaan," ucapnya.
"Apa?"
Athar mencium pipi Candy dengan cepat, cowok itu kemudian tersenyum. "Aku sayang kamu, dah Permen!" Kemudian ia segera berlari menyusul teman-temannya.
Candy hanya diam, ia menatap kepergian kekasihnya itu dengan berat hati.
**
Candy duduk di bangku taman kompleknya ditemani oleh cahaya bulan dan bintang. Langit sangat cerah, secerah hatinya saat ini. Gadis itu tersenyum melihat taman yang sudah dihiasi lilin dan balon, tidak lupa tulisan ucapan selamat ulang tahun yang sangat besar.
Semua ini, tentu saja perbuatan Athariq Sanjaya. Cowok itu memang super romantis, Candy beruntung bisa merasakan hal manis dalam hubungan karena Athar.
Gadis itu melirik arlojinya, lima menit lagi pukul tujuh, namun batang hidung Athar belum terlihat. Mungkin cowok itu pulang setelah ia menyelesaikan 'kejutan' yang ia buat saat ini.
Athar pasti datang.
Candy bersandar pada bangku tamat itu. Masih menunggu.
"Eh?" Candy merasakan ia menduduki sesuatu, buru-buru gadis itu berdiri.
Candy tersenyum, setangkai mawar merah yang hampir gepeng karena tidak sengaja ia duduki. Ia mengambil bunga itu, dan mendapati secarik kertas.
"Find me, follow the red rose." Candy mengernyitkan dahi. Astaga, Athar memang suka bermain teka-teki.
Gadis itu beranjak, mencari jejak mawar merah yang dimaksud. Benar saja, ada kelopak mawar merah yang disusun membentuk sebuah jalan di depannya.
Jalan itu berhenti, dan terdapat sebuah surat lagi.
"Count down from 5, i'll give you surprise." Candy kembali menarik senyum, "oke." Gadis itu mulai memejamkan mata dan menghitung mundur. Suara kenalpot motor sudah mulai terdengar, pasti motor Athar.
"... dua ... satu!" Candy membuka mata, gadis itu membalikan tubuh. Tepat saat seorang lelaki mengenakan hoodie abu-abu berdiri tepat di belakangnya.
"At-Marco?" Candy mengernyit saat yang berdiri di belakangnya bukanlah Athar, melainkan Marco-saudara kembar Candy.
"Dia nggak akan datang." Marco menatap mata adiknya itu dalam.
Candy mengernyit, kemudian gadis itu tertawa. "Apaan, sih? Gausah bercanda."
"Candy." Marco memegang kedua pipi Candy, "Athar, dia nggak akan datang. Dia udah pergi, Candy."
"Marco gue nggak suka becanda lo kali ini!" Candy menghempaskan kedua tangan saudara kembarnya itu, "gue aduin ke Mama kalau lo masih gangguin gue! Pergi sana!"
Bukannya pergi, Marco malah menarik Candy ke dalam pelukannya. "Mobil Athar meledak, Ndy. Athar nggak selamat."
Dunia Candy berhenti seketika.