Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

7

Hari sudah menjelang sore, Caera sudah terlalu lama berada di panti asuhan, ia harus segera pulang ke apartemennya. Untung saja apartemennya tidak terlalu jauh dari playgroup tersebut, hanya 20 menit dengan berjalan kaki ia bisa sampai kesana.

"Ada apa itu, Bu Katya?" Caera bertanya pada Katya saat anak-anak panti asuhan keluar dari panti asuhan.

"Ah, itu. Yang datang pasti Shawn."

"Shawn?" Caera mengerutkan keningnya, nama Shawn bukan cuma satu lagipula Shawn iblis itu tidak mungkin mengunjungi tempat seperti ini.

"Dia adalah seorang anak yang berasal dari panti asuhan ini juga, dialah yang membiayai semua yang ada di tempati ini."

"Ah, begitu." Caera menganggukan kepalanya paham.

"Ayo, Ibu kenalkan padanya. Dia mungkin akan sangat dingin padamu tapi jangan takut dia adalah pria yang baik." Katya mengajak Caera untuk menemui Shawn.

"Sebentar, Bu. Aku cuci tangan dulu." Caera mengangkat tangannya yang kotor, ia tadi membantu Katya mengupas kentang jadi tangannya masih kotor.

"Baiklah, Ibu tunggu di depan ya."

Caera menganggukan kepalanya. Ia segera ke kamar mandi sedangkan Katya ia segera ke halaman depan panti asuhan.

"Nak." Katya menyapa pria berfostur tegap di depannya, baru saja pria itu membagikan makanan dan mainan pada anak-anak panti asuhan.

"Bu." Pria itu tersenyum pada Katya, ia segera mendekati Katya dan meninggalkan anak-anak yang mengerubuninya tadi.

"Apa kabarmu, hm?" Katya memperhatikan dengan baik wajah pria yang sudah ia anggap anaknya sendiri.

"Aku baik-baik saja." Jawabnya. "Ah, ya, kata adik-adik tadi ada seorang wanita yang sangat cantik yang menemani mereka bermain tadi."

"Ah, itu. Dia guru di playgroup yang menawarkan diri untuk membantu di panti setelah selesai mengajar, namanya Caera."

Caera keluar dari pintu panti asuhan, "Nah, itu dia." Katya menunjuk ke Caera.

"Oh, hy, Tuan. Kita bertemu lagi." Caera melambaikan tangannya pada pria yang ternyata memang satu-satunya Shawn yang Caera tahu.

"Kalian saling kenal?" Tanya Katya.

"Ah, tidak, Bu. Aku hanya pernah melihatnya 2 kali di kampus yang aku ceritakan tadi, dan aku tidak menyangka kalau aku akan bertemu lagi dengan dia disini." Caera memperhatikan wajah Shawn yang selalu dingin.

"Ah, begitu. Oh, ya, benar. Shawn memang dosen pengganti disana." Katya melupakan tentang itu saat berbincang dengan Caera tentang masalah kampus yang kata Caera ia ingin berkuliah disana.

"Ayo masuk, Shawn. Ibu akan membuatkan makanan untukmu, kita lanjutkan bicaranya didalam." Katya mengajak Shawn masuk. "Caera, temani Shawn dulu." Pinta Katya.

"Baik, Bu." Caera tersenyum lembut pada Katya.

"Jadi apa maksud semua ini?"

"Apanya apa?" Caera tidak mengerti, dia memang tidak tahu kalau Shawn adalah penyumbang dana tempat ini. "Ah, kita bertemu untuk yang ketiga kalinya, apakah kau akan membunuhku?" Caera menatap Shawn menantang. Ia ingat betul ucapan Shawn.

"Jangan pernah menggunakan anak-anak panti dan juga Ibu Katya untuk mendekatiku, kau akan menderita jika kau berani melakukan itu!"

Caera tersenyum tipis. "Aku menunggu kau melakukan itu."

Mata Shawn menatap Caera tajam.

Caera langsung tertawa geli. "Aku tidak akan berani, Tuan. Aku kesini untuk bekerja dan membantu bukan untuk menjadikan mereka batu loncatan atau apapun. Jangan terus berpikiran buruk tentangku karena kau akan selalu memikirkan aku nantinya." Caera menanggapi santai.

Shawn benar-benar tidak menyukai Caera, ada sesuatu dalam diri Caera yang mengingatkannya pada kekasih tercintanya, Ryszarda.

Suasana jadi hening, Shawn dan Caera tidak saling bicara sampai pada akhirnya datang Katya dengan minuman dan cemilan.

"Bu, aku tidak bisa berlama-lama lagi. Aku harus segera pulang karena hari sudah sore." Caera bicara pada Katya.

"Ah benar, kau sudah terlalu lama disini. Baiklah, minumlah ini dan pulanglah." Katya memberikan segelas minuman pada Caera.

Caera meraih itu dan segera menghabiskannya. "Sampai jumpa besok, Bu." Pamitnya.

"Sampai jumpa dan hati-hati, Nak."

Caera tidak pamit pada Shawn, ia juga malas berbasa-basi pada Shawn. Ia sebenarnya ingin lebih lama tapi insting membunuhnya tidak bisa ia abaikan, bukan tidak mungkin ia memecahkan kepala Shawn dengan gelas ataupun barang lain disana.

"Dia wanita yang baik." Katya menatap punggung Caera yang saat ini sedang pamit pada anak-anak yang bermain di taman.'

"Ibu tidak bisa menilai orang yang baru ibu kenal."

"Ibu tidak pernah salah menilai orang, Shawn. Dia wanita yang baik, lembut dan juga penyayang. Kau tahu sendiri kalau adik-adikmu tidak mudah dekat dengan pengasuh mereka tapi dengan Caera mereka bisa sangat dekat."

Shawn tidak bisa percaya kalau Caera adalah orang baik, ia yakin kalau Caera memiliki maksud terselubung dari semua ini namun Shawn tidak ingin ambil pusing, dengan menjetikan jarinya saja ia bisa melenyapkan Caera jika wanita itu macam-macam. Karena adik-adiknya dipanti sudah menyukainya maka ia akan membiarkan saja.

♥♥

Caera membuka pintu apartemennya, "Waw, kerja bagus, Marsh." Caera memuji Marsh yang saat ini duduk disofa. Apartemennya jadi sangat rapi dan bersih, well, Marsh memang pria yang sangat 'sesuatu'.

"Apakah aku menyenangkan hatimu, Sugar?" Marsh bangkit dari duduknya ia meraih tas yang Caera bawa.

"Ya, kau berhasil menyenangkan hatiku, Marsh." Caera melumat lembut bibir Marsh yang rasanya seperti madu, manis dan lembab. Astaga, Caera sangat menyukai bibir Marsh.

"Darimana saja, hm? Aku menunggumu sejak 2 jam lalu." Marsh membawa Caera duduk disofa.

"Oh, Marsh. Kau seperti suamiku sekarang," Caera mencubiti pipi Marsh. "Aku habis mencari kerja," Katanya kembali menyandarkan punggunya ke dada bidang Marsh.

"Benarkah? Sudah mendapatkannya?"

"Sudah."

"Pekerjaan apa itu?"

"Menjadi pengajar untuk playgroup yang berada tidak jauh dari sini."

"Ah, aku tahu. Aku pernah melihatnya." Kata Marsh.

"Geli, Marsh." Caera menggerakan kepalanya saat Marsh menggigiti telinganya.

Marsh tertawa kecil, betapa menyenangkannya hidup bersama Caera, pikirnya.

"Bagaimana dengan kasusmu, Marsh?"

"Ah, masih belum menemukan titik terang. Pembunuhnya benar-benar cerdik." Marsh kini harus bekerja esktra keras, jangankan untuk menemukan orang yang membunuh, untuk menemukan bukti saja ia tidak bisa.

"Benarkah? Tidak, kau lebih cerdik darinya. Kau detectif kebanggaanku." Caera mengelus rahang Marsh yang ditumbuhi bulu-bulu halus. "Kau makin seksi saja, astaga." Caera gemas sekali. Ia membalik tubuhnya lalu mengecupi permukaan wajah Marsh. Dibandingkan dengan Shawn, Caera lebih tertarik pada Marsh. Pria pertama yang membuat dadanya kebat-kebit, pria pertama yang menjamah tubuhnya.

"Kau menginginkanku, hm?" Marsh memeluk pinggang Caera erat.

"Yes, aku sangat-sangat menginginkanmu."

"Dan kau dapatkan itu." Marsh menggendong Caera, membawa wanitanya itu ke kamar. Wanitanya? Biarkan Marsh berpikiran seperti itu, toh, ia yakin kalau ia akan memiliki Caera sepenuhnya.

♥♥

Suara ponsel Marsh membuat Marsh memaki kesal, astaga, ia belum puas menikmati tubuh Caera tapi karena ponselnya yang terus berdering membuat Marsh harus menjawab panggilan itu dan pada akhirnya ia menyesal karena ternyata itu adalah tugas yang tidak bisa ia tinggalkan. Terpaksa Marsh meninggalkan Caera yang masih siap memuaskannya.

"Baru kali ini aku benci dengan kasus." Marsh mengomel, ia memakai kembali pakaiannya.

Caera tertawa kecil, ia turun dari ranjang tanpa malu melangkah dengan tubuhnya yang tak tertutupi apapun. Caera memeluk Marsh. "Kita bisa melakukannya lagi nanti, dahulukan tugasmu karena itu yang lebih penting. Jangan biarkan penjahat berkeliaran bebas."

Marsh menghela nafasnya, penisnya kini sudah berdiri dan ia harus segera ke suatu tempat untuk mengantar nyawanya.

"Aku akan sangat merindukanmu, Caera."

"Aku juga," Caera mengecup bibir Marsh lembut. "Pergilah, Detective. Selesaikan tugasmu dan kembali padaku, secepatnya." Caera merapikan kemeja Marsh.

Jelaskan pada Marsh, bagaimana dia tidak bisa jatuh cinta pada wanita seperti Caera. Apapun yang ada di Caera membuatnya jatuh cinta, manik mata hijau menyala Caera seperti padang savana yang indah. Caera begitu sempurna dimata Marsh.

Marsh ingin mengucapkan kata cinta namun karena sebelumnya Caera memperingatinya dengan kata itu maka Marsh memendamnya. Marsh tidak akan menunjukannya lewat kata namun lewat perbuatan. Ya, Marsh memang tipe pria jantan yang jika sudah menyukai satu wanita maka dia tidak akan beerpaling.

Caera mengantar Marsh ke pintu apartemen lalu menguncinya setelah Marsh pergi. "Ah, pria itu. Aku akan terikat dengannya jika terlalu menikmati sentuhannya." Caera menghela nafas. Ia tidak ingin menjilat ludahnya sendiri, ia tidak ingin merusak hidup Marsh dan jika ia terus menikmati permainan Marsh maka yakinlah ia yang akan tertarik ke kehidupan Marsh.

"Sudahlah, sebaiknya aku mandi saja." Caera memutuskan untuk mandi. Ia lengket karena keringat yang membasahi tubuhnya.

Lampu tiba-tiba mati sendiri, dan Caera yakin ini ulah kakaknya.

"Ah, orang kedua." Caera paham.

Lampu menyala kembali, ia segera menyelesaikan mandinya dan segera keluar dari kamar mandi. Caera mengambil papan Ouija dan segera mematikan lampu, ia menyalakan beberapa lilin lalu duduk di tengah lilin-lilin tersebut.

"Kak, kau ada disini?" Caera bertanya setelah ia selesai dengan ritual awal.

Plachette bergerak ke kata 'yes'.

"Kau ingin memberitahukan orang kedua padaku?"

Plachette bergerak ke kata 'yes' lagi.

"Siapa?"

Plachette bergerak ke satu persatu huruf.

"Arkan Faexa." Caera sudah menyusun huruf tersebut. "Bagaimana jika aku membunuh Aldith Shawn terlebih dahulu? Aku membencinya, sungguh."

Plachette bergerak lagi.

"Tidak? Kenapa?" Caera bertanya lagi.

Plachette bergerak lagi kali ini lebih banyak.

"Karena kau ingin dia berada di urutan terakhir agar dia melihat satu persatu teman yang dia cintai mati." Caera mengerti sekarang. "Baiklah."

Setelahnya Plachette bergerak ke bye, Calya sudah meninggalkan apartemennya.

"Arkan Faexa." Caera mengulang nama itu lagi, ia segera membereskan papan Ouijanya dan kembali menyalakan lampu. Saatnya bagi Caera untuk tahu siapa Arkan.

"Ah, jadi dia seorang chef. Baiklah, mari kita lihat bagaimana aku mendekatimu dan membawamu ke neraka." Caera memperhatikan wajah Arkan baik-baik, tidak kalah tampan dari Aiden tapi jelas dia lebih mematikan dari Aiden.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel