Bab 3 Biarkan Semua Orang Tahu
Bab 3 Biarkan Semua Orang Tahu
Siapa yang tidak bahagia saat usaha dan kerja kerasnya membuahkan hasil yang begitu memuaskan. Begitu pula dengan Fachri dan Angga. Kedua mahasiswa Teknik Fisika itu tidak bisa menahan senyum bahagia dan rasa haru yang memenuhi dadanya.
Setelah perjalanan panjang dan waktu yang sudah dihabiskan untuk melakukan penelitian yang bisa dibilang tidak mungkin, kini berbuah manis.
Mereka berhasil!
Sebuah mesin yang dirancang dengan sedemikian rupa akhirnya menemukan titik terangnya. Mesin itu kecil berbentuk kubikal. Cukup sederhana dengan tombol berjumlah tak sampai sepuluh jari. Sekilas seperti sebuah akuarium berbentuk audio atau pengeras suara yang disambungkan ke CD player atau televisi.
Di dalam mesin itu Fachri mencampurkan bermacam-macam zat kimia, lebih dominan memasukkan nitrogen dan oksigen. Butuh waktu yang begitu lama untuk memikirkan zat-zat yang cocok agar membentuk suatu perubahan terhadap objek yang diteliti.
Namun, inilah hasilnya, setelah uji coba yang dilakukan Angga untuk terakhir kalinya, pria itu berteriak histeris dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
"Kau percaya ini?" tanya Angga dengan menatap mesin yang saat ini di depan mereka dengan tatapan yang dalam. "Aku tidak percaya kita membuatnya beroperasi dengan sangat baik."
"Kita harus segera menyebarluaskannya."
Angga menoleh dengan dahi berkerut, "Kau yakin? Mereka pasti akan menganggap kita hanya bermain-main."
Fahcri menggeleng kepalanya, "Itulah sebabnya kita harus menunjukkannya. Kita mulai dari fakultas, setelah itu kita akan memberitahu seluruh dunia."
"Fachri, aku rasa ini terlalu cepat. Kita harus mengujinya sekali lagi. Lagi pula aku juga belum siap mendengar hujatan-hujatan yang akan kita dapatkan nanti. Terlebih hujatan dari orang luar." Angga menghela napasnya dan menggeleng tidak setuju.
Angga benar, orang-orang pasti tidak akan percaya dengan temuan mereka. Terlebih melihat masyarakat Indonesia yang terkadang hanya melihat luarnya dan langsung menghujat tanpa ingin tahu lebih dalam.
Tetapi, Angga tidak sepenuhnya benar. Justru karena itulah mereka harus melakukannya. Di saat-saat wabah yang semakin menyebar luas, tidak seharusnya satu perusahaan bisa meraup untung yang sangat besar, sedangkan keadaan roda ekonomi mengalami penurunan dan hampir krisis.
"Kita tidak bisa menunggu terlalu lama. Aku sudah menghubungi pihak Fakultas, dan kita akan melakukannya esok hari."
Seketika Angga terbelalak. Bagaimana bisa pria itu bergerak dengan sangat cepat. Dia bahkan belum memiliki persiapan yang matang untuk mengenalkan mesin ini.
"Tapi ..."
"Jangan khawatir. Aku sangat yakin, kau dan aku pasti bisa melakukannya." Fachri menyela saat tau Angga akan memberikan alasan lagi.
"Baiklah, aku percaya padamu."
Pada akhirnya, pria yang memiliki postur yang lebih berisi dari Fachri itu mau tak mau menyetujuinya. Dia memiliki tujuan yang sama dengan Fachri, memberikan cara yang mampu membuat masker dengan harga selangit yang awalnya hanya bisa dipakai dalam sekali, tetapi dengan susah payah mereka menemukan cara untuk bisa dipakai berkali-kali.
Itulah tujuan mereka melakukan penelitian ini, membuat keseimbangan dalam harga barang dan pemakaian yang tidak akan membuat orang-orang merasa sulit saat membelinya. Harga masker PrimeOne bukanlah murah, dalam situasi seperti ini,bagi masyarakat kecil untuk makan saja susah.
Terlepas dari hal itu, Angga sangat percaya bahwa Fachri mampu melakukannya karena kemampuan yang dimilikinya. Beberapa tahun bersama pria kurus itu membuat Angga mengenal Fachri lebih dekat. Dia adalah seorang pria yang sangat cerdas namun memiliki sifat pendiam.
Fachri selalu to the point dalam berbicara, tidak ingin berbelit-belit. Itulah kenapa dia yakin jika mereka akan berhasil memperkenalkan mesin ini nantinya.
*
Para undangan, terutamanya mahasiswa dari Fakultas Teknik Fisika yang tidak pulang, atau berdomisisli di Yogyakarta dan para dosen begitu penasaran dengan temuan Fachri dan Angga. Mereka tentu sangat bangga karena salah dua di antara banyaknya mahasiswa yang ada di Universitas, akhirnya ada yang bisa menghasilkan temuan baru.
Saat ini ruangan auditorium sudah tampak ramai dengan kedatangan banyak mahasiswa dan para dosen yang penasaran ingin mengetahui temuan Fachri dan Angga. Setelah mengetahui informasi bahwa akan ada presentasi temuan baru, mereka terlihat sangat antusias sehingga ingin cepat-cepat melihat temuan itu.
Auditorium tidak dihias secara khusus dikarenakan presentasi diadakan secara mendadak. Hanya ada banyak jejeran kursi dan alat proyektor yang sudah siap dipakai.
"Aku tidak percaya ini. Aku mengira tidak akan sebanyak ini." Angga berucap dengan sedikit terperangah.
Fachri melemparkan senyum. "Ini justru kabar yang sangat bagus."
"Ah, aku semakin gugup. Aku rasa aku harus ke toilet dulu."
Setelahnya pria itu tak menunggu lagi untuk pergi dari ruangan khusus yang ada di dekat ruang auditorium.
Fachri seketika terkekeh. Dia menggelengkan kepalanya melihat sahabatnya itu pergi begitu saja seperti sedang kebelet.
Setelah jam menunjukkan pukul delapan tepat, Fachri dan Angga mulai mempersiapkan semuanya. Menyalakan proyektor untuk menampilkan semua bagian mesin dan tidak lupa membawa mesinnya sendiri. Sebelum memperlihatkan mesin itu, mereka sengaja menutupnya dengan kain. Mereka ingin menjelaskan terlebih dulu, baru setelahnya mereka akan menampilkan mesinnya secara nyata.
"Selamat pagi semuanya. Kepada bapak dosen yang terhormat dan teman-teman mahasiswa yang sudah menyempatkan hadir di dalam ruangan yang Alhamdulillah ber-AC ini ..."
Sambutan yang dilontarkan Angga membuat beberapa diantara para hadirin tersenyum geli. Cara yang bagus agar tidak membuat suasana kaku dan membosankan.
Angga melanjutkan, "Baiklah, kami berdiri di sini untuk mengenalkan penelitian yang beberapa bulan telah kami kerjakan. Mengingat wabah yang saat ini semakin menyebar luas, kami menjadi tergerak untuk melakukan penelitian yang kami fokuskan pada alat penangkal wabah saat ini, yang tak lain adalah masker PrimeOne."
"Merupakan informasi umum, bahwa masker PrimeOne hanya bisa digunakan satu kali pemakaian saja. Melihat wabah juga berdampak pada terganggunya roda perekonomian, dan ditambah harga dari masker PrimeOne yang sedikit terasa tidak seimbang dengan pemakaiannya, menjadi alasan kami untuk melakukan penelitian ini." Angga kemudian menoleh ke arah Fachri, bibirnya melengkung, "Untuk lebih jelasnya tentang penelitian ini, maka saya persilakan untuk sahabat saya mengambil alih, Fachri Kamaruzaman!"
Mendengar namanya dipanggil, Fachri segera melangkah mendekati Angga di atas panggung. Dia mulai mengambil alih microphone dan memulai sambutannya.
"Selamat pagi semuanya. Terima kasih atas antusias teman-teman dan terkhusus dosen fakultas untuk mengikuti acara kami. Saya tidak akan membuang waktu lebih lama lagi, jadi saya akan memulainya. Mesin ini adalah ..."
Semuanya berlanjut, Fachri mulai menjelaskannya dengan sangat rinci dan detail. Mulai dari pengertian, fungsi dan cara pemakaian. Penjelasan Fachri begitu terstruktur, dan membuat audiens menatapnya dengan sangat kagum.
Pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para audiens dijawab dengan sangat lancar dan lugas oleh Fachri, begitu pun dengan Angga. Pria itu mengatakan gugup sebelumnya, namun saat berada di sana dia menjadi orang yang paling begitu bersemangat.
Para dosen dan mahasiswa yang hadir tampak begitu takjub kepada Fachri. Tidak hanya bangga dengan penemuannya, namun dengan kepintaran dan kecerdasan pria itu benar-benar membuat mereka tidak bisa mengucapkan kata-kata yang pas untuk Fachri.
"Fachri, ini sangat luar biasa. Bagaimana kalian bisa melakukannya?"
Setelah presentasi berakhir, dan beberapa audiens sudah mulai membubarkan diri, salah satu dosen Fakultas Teknik mendekati Fachri dan Angga yang sedang membereskan alat-alat mereka.
Angga tersenyum, " Fachri melakukan semuanya, Pak. Riset dan temuan-temuan itu tidak akan ada jika Fachri tidak menghabiskan semua waktunya untuk ..."
"Kami melakukannya bersama. Tidak ada yang tidak mungkin jika kita tidak berusaha." Fachri menyela Angga dengan cepat, lalu melanjutkan, "Bapak selalu mengatakannya."
Fachri tersenyum sopan menatap salah satu dosen yang cukup dekat dengannya.
Dosen pria itu mengangguk. "Baiklah, Bapak harap kalian tidak berhenti sampai di sini."
Fachri dan Angga mengangguk, lalu tidak menunggu lebih lama lagi, mereka berdua lebih dulu pamit untuk menyimpan mesin berbentuk kubikel itu.
Setelah melakukan presentase secara langsung, yang bisa juga dianggap sebagai launching perdana mereka. Angga mengusulkan untuk melakukannya di YouTube, sebagai bahan edukasi dan tentunya agar masyarakat luas tahu.
Fachri tentu saja setuju. Dia dan Angga sudah merekam presentasi mereka tadi. Siap untuk diluncurkan di IG atau channel you tube mereka.
*
Sementara itu, berpuluh ribu dari Kota Yogyakarta, tiga orang menatap layar besar di depan mereka.
"Kita harus menghentikan mereka!" ucap seseorang sambil terus menatap layar yang menampilkan presentasi Fachri dan Angga.
"Temukan cara apa pun untuk menghilangkan mesin itu!"
***