Dua belas
"Apa yang kauinginkan?" tanya Chrissa dengan nada kesal pada Alvian. Gadis itu telah kembali ke kediaman untuk berganti pakaian, tetapi pelayan Alvian datang dan membawa perintah dari Alvian agar dia datang menemui.
Alvian sendiri telah dibawa kembali ke kamar kediaman putra mahkota. Saat Cindy dan yang lain datang, ia menolak bertemu mereka.
"Apa kau lupa aku telah berkata bahwa aku ingin dirimu bersamaku?" tanya pria itu.
"Aku tidak mau!" sahut Chrissa tegas. Gadis itu kemudian berjalan untuk keluar.
"Aku baru saja kembali dari kematian setelah nyaris dibuat tenggelam olehmu. Apa kau tidak mau bertanggung jawab?"
"Semua itu adalah salahmu sendiri. Kau yang menjatuhkan aku ke danau."
"Tapi aku sudah menolongmu."
"Aku juga telah menolongmu. Kalau begitu, kita impas. Kita telah saling menolong."
"Jadi kau menolak?" tanya Alvian. Chrissa mengangguk pasti.
"Padahal aku hanya meminta bantuanmu untuk merawatku. Baiklah, kalau kau tidak mau, kau keluar saja, aku bisa mengurus semua sendiri," ucap Alvian. Pria kemudian terhuyung saat hendak melepas pakaiannya. Air di danau sangat dingin, sehingga para pelayan telah menyiapkan air hangat untuk dirinya. Melihat itu, Chrissa segera menolong Alvian.
"Kau ini, aku akan memanggil pelayan untuk ...."
"Bantu aku untuk melepas pakaianku ini," ucap Alvian yang meletakkan tangan gadis itu pada tali bajunya.
"Aku ...."
"Aku tidak mau pelayan. Aku tidak mau ada yang melihat tubuhku. Hanya istriku yang boleh melihat tubuhku."
"Baiklah, aku akan membantumu," ucap Chrissa sambil menarik tali baju pria di hadapannya itu. Pakaian yang dikenakan Alvian merosot jatuh ke lantai.
Mata Chrissa menunduk menatap lantai. Ia tidak ingin melihat pada tubuh Alvian. Saat pria itu mengangkat dagunya, Chrissa justru memejamkan mata.
"Selirku, kita telah melakukan hal yang lebih tadi, sekarang kau tidak berani melihat pada tubuhku?"
'Sialan, apa yang sebenarnya dia inginkan? Bukankah dia dingin pada wanita kecuali pada permaisuri Vania, kenapa sekarang ia jadi perayu seperti ini?'
"Buka matamu, jika tidak, aku akan menciummu," ucap Alvian sambil menyibakkan rambut Chrissa dan berbisik pada telinga gadis itu.
Chrissa bertindak nekat, ia membuka mata dan mendorong Alvian.
"Mandi sana, cepat!" perintahnya sambil kemudian berlari menjauh.
***
"Selirku, Selirku," panggil Alvian yang telah berendam di dalam bak berisi air hangat tersebut.
'Ke mana dia? Apa sudah melarikan diri?' gumam Alvian dalam hati.
"Selirku!" Sekali lagi Alvian memanggil dengan suara cukup keras.
"Ada apa? Kau mandi, mandi saja, kenapa berisik sekali?" tukas Chrissa sambil berjalan masuk ke kamar mandi tersebut.
"Selirku, aku bisa melakukan banyak hal, tapi aku tidak bisa memberi sabun pada punggungku."
"Kau ...!" geram Chrissa kesal.
"Bukankah tadi kukatakan utang budi kita telah lunas? Kenapa kau masih saja menyuruh-nyuruhku?"
"Sudah lunas? Tapi aku tadi nyaris saja dalam bahaya," ucap Alvian sambil tertawa sumbang. Ia kemudian menoleh dan menunjuk pada Chrissa.
"Dan itu semua karenamu."
Chrissa menghela napas dan memutuskan untuk mengalah. Makin lama ia dan Alvian berdebat, makin panjang pula urusan. Ia dan pria akan terus saja bertemu. Alvian juga mungkin akan selalu mencari masalah dengannya.
"Baiklah, aku akan melakukannya, tapi untuk kali ini saja. Besok kau jangan lagi mencari masalah denganku!" tukas Chrissa sambil mendekat dan meraih sabun. Alvian tiba-tiba berdiri dan membuat Chrissa terkejut. Gadis itu menjerit dan segera menutup mata.
"Sejak kapan melayani suami menjadi mencari masalah?" tanya Alvian sambil menarik dan memeluk tubuh Chrissa. Chrissa yang dengan mata tertutup mengetahui tubuhnya telah bersentuhan dengan Alvian segera mendorong pria itu. Namun, Alvian justru menarik dia sehingga keduanya jatuh ke dalam bak mandi berukuran raksasa tersebut.
"Aku tidak menyangka selirku begitu agresif," ucap Alvian. Sedang Chrissa tidak menjawab, gadis itu memilih pergi dari sana. Alvian kemudian tertawa sambil menggeleng. Chrissa sungguh telah berubah dan itu membuat ia menjadi tertarik untuk mencaritahu yang sebenarnya terjadi pada gadis tersebut.
***
Cindy meremas-remas sapu tangan dengan penuh amarah. Sungguh tidak ia duga, Alvian malah memilih untuk ditemani Chrissa. Sedang dia malah hanya dipermalukan dan menjadi bahan tertawaan saja.
"Tidak perlu khawatir, mungkin ada alasan mengapa Pangeran memilih dengan Chrissa," ucap Ryana.
"Aku tidak suka mereka makin dekat," jawab Cindy.
"Itu tidak mungkin, kita sendiri tahu Pangeran selalu menutup diri, bahkan pada kita. Ia hanya membuka hati untuk permaisuri Vania, selain dia, Pangeran tidak pernah menyukai gadis lain. Ia juga selama ini bersikap tidak peduli pada Chrissa, jadi tidak mungkin ia tiba-tiba merasa suka," tutur Ryana.
"Tapi itu mungkin saja Chrissa. Lihat saja, dia begitu agresif mendekati pangeran. Ternyata rumor itu benar bahwa ia telah berubah. Ia bahkan menjadi begitu berani," ucap Rachel.
"Aku tidak akan membiarkan itu. Gadis buruk rupa sepertinya tidak pantas bersanding dengan pangeran. Lihat saja, aku pasti akan menyingkirkan dia," desis Cindy dengan penuh amarah. Di belakangnya, Rachel tersenyum tipis, sedang Ryana menggeleng. Percuma ia berusaha menenangkan, Rachel telah membuat Cindy begitu marah.
***
Makan malam telah diantar oleh para pelayan. Akan tetapi, Alvian kembali bersikap manja. Ia meminta Chrissa untuk menyuapi dia. Chrissa menurut, tetapi ia terus saja menyendokkan makanan ke mulut Alvian.
"Kau ini, apa ingin membunuhku?" tegur Alvian.
"Kau harus makan dengan cepat. Aku harus segera pergi," sahut Chrissa.
"Siapa bilang kau boleh pergi? Malam ini, kau menginap di sini!"
"Jangan meminta lebih dari yang telah kulakukan. Aku tidak mau di sini. Aku akan kembali!" tegas gadis itu.
Chrissa kemudian bangkit berdiri. Ia lalu pamit dan segera pergi dari sana.
***
Hari telah larut saat penasehat dan beberapa pelayan mendatangi kediaman Vania.
"Nonaku sedang beristirahat, kalian kembali besok saja," ucap Lily.
"Kami tahu itu. Kami juga tidak akan ke sini jika tidak terpaksa. Pangeran sepertinya telah sangat sakit, ia ingin bertemu dengan nonamu," ucap sang penasehat. Lily berdiri diam dengan ragu. Ia sungguh tidak ingin mengganggu Chrissa. Namun, ternyata Chrissa telah bangun dan keluar dari kamar untuk melihat yang terjadi di luar.
"Ada apa ini? Kenapa kalian semua datang kemari?" tanyanya. Lily segera memberitahu gadis itu yang terjadi.
"Aku akan ke sana," cetus Chrissa setelah Lily selesai memberitahu dia.
"Tapi, Nona ...."
Chrissa menggeleng sehingga Lily berhenti berbicara.
"Aku tidak ingin ada yang menyalahkan aku jika sesuatu terjadi pada pangeran," ucap Chrissa. Ia kemudian segera pergi dengan penasehat dan para pelayan yang menjemput dia. Cahaya lentera yang dibawa seorang pelayan menerangi jalan mereka.
'Apa yang sebenarnya direncakan Alvian? Dia hendak membuat masalah lagi denganku? Lihat saja, aku pasti akan menghadapinya dan membuat ia jera,' gumam Chrissa dalam hati.