Part 09
Malam harinya Morgan mengajak Eliora dan Hazel untuk makan malam di sebuah restoran mewah. Kali ini Chase dan Autumn tidak ikut, karena mereka sudah berjanji untuk makan malam bersama kedua orang tua Chase setelah pertemuan pertama mereka di kediaman Garnel.
Suasana mewah dengan lagu klasik yang mengalun seakan menggelitik pendengaran Eliora. Begitu tenang… ditambah hawa sejuk dan wangi parfum serta makanan yang bergantian melewati indera penciumannya. Membuatnya tak nyaman dan merasa risih karena tak pernah ke tempat seperti itu sebelumnya.
"Apa kau ada alergi makanan, El?" tanya Morgan yang duduk di hadapan Eliora.
Eliora menggeleng sebagai jawabannya.
"Bagaimana dengan Hazel?" tanya lagi Morgan sebelum dia benar-benar memesan makanannya.
"Tidak ada, Morgan. Tolong… jangan memesan yang tidak-tidak. Aku dan Hazel tidak begitu banyak makan," ujar Eliora.
Sesungguhnya wanita ini terpaksa menuruti kemauan Morgan yang mengajaknya makan malam di restoran mewah seperti ini. Dia sudah menolaknya dari cara kasar hingga melembut—kebalikan dari kebanyakan orang. Karena dia tau Morgan begitu angkuh… Dia tak ingin bersikap lembut diawal.
"Tenanglah El… Aku yakin kau dan Hazel akan menyukainya. Bukan begitu, Haz?" tanya Morgan kepada Hazel seolah meminta dukungan.
Setelah itu Morgan mengembalikan buku menu kepada pelayan setelah dia selesai memesan.
Hazel tersenyum dengan deret giginya yang putih, menganggukkan kepala dan berkata iya.
"See… kau bilang asalkan Hazel senang… Kau juga turut senang. Jadi nikmati makan malam ini tanpa banyak protes. Okay?"
"Tolong jangan memanggilnya Haz. Hanya mendiang suamiku yang memanggilnya begitu," ujar Eliora mengabaikan perkataan Morgan yang sebelumnya.
Terdengar helaan napas dari mulut Morgan seolah tak senang, Eliora membandingkan orang yang sudah meninggal dengan dirinya.
Hei… siapa orang yang sudah meninggal itu? Dan siapa Morgan?
Persetan dengan semua itu. Karena sesungguhnya Morgan tak peduli. Hanya saja…. Saat Eliora yang mengatakannya demikian… membuat hati Morgan kesal setengah hidup!
"Ya baiklah… aku akan berusaha untuk tak memanggilnya begitu," ucap Morgan terpaksa.
"Aku suka saat uncle Morgan memanggilku Haz," celetuk Hazel.
Hal tersebut sukses mencetak seringaian dibibir Morgan. Layaknya seekor iblis yang mengeluarkan tanduk dan seolah berkata 'heh… rasakan itu El. Kau tak bisa berkutik jika anakmu menyukaiku.'
"Hazeliora!" Eliora merasa Hazel tak boleh ikut bergabung dengan pembicaraan orang dewasa. Karena itu sungguh tak sopan.
"I'm sorry, Mom…," cicit Hazel.
"It's okay, Haz. Jika kau menyukai panggilan itu, aku tetap akan memanggilmu begitu," tutur Morgan mengusap kepala Hazel dengan lembut.
"Morgan…," peringat Eliora.
"Ada apa El? Aku sedang bicara dengan anakmu. Jangan memotong… Itu tak sopan," tukas Morgan. Telak membuat Eliora membungkam mulutnya. Walau di dalam hatinya merutuki Morgan.
Morgan menyeringai dan kembali memalingkan wajahnya kepada Hazel.
"Well… kenapa kau menyukainya saat aku memanggilmu begitu?" tanya Morgan penasaran.
Berharap ucapan Hazel menyenangkan. Tidak seperti ibunya yang selalu berucap pedas.
Hazel tampak melirik ibunya saat hendak berujar namun takut ibunya kembali memanggil nama lengkapnya. Karena itu artinya sebagai peringatan pertama bagi Hazel untuk diam.
"Katakan padaku… Mommy-mu tak akan marah," bujuk Morgan.
"Karena… kau seperti ayahku," cicit Hazel setelah berpikir cukup lama. Itupun mengucapkannya sambil melirik Eliora.
Morgan tersenyum lebih tepatnya menyeringai… karena sejatinya seorang iblis tak pernah tersenyum seperti malaikat.
Melirik Eliora yang terlihat menahan kesal setelah mendengar pengakuan dari sang anak yang secara tak langsung sudah memuji si iblis.
"Eherm…!" Morgan berdeham untuk mencairkan suasana tegang.
"Well… aku adalah Morgan. Dan aku… tak bisa disamakan dengan ayahmu. Dia adalah ayahmu satu-satunya. Dan dia tak akan terganti oleh siapapun. Sekalipun seseorang sudah menggantikannya. Kau harus mengingat itu, Haz." Morgan berujar dengan bijak seolah dirinya rela di anggap lebih rendah dari mendiang suami Eliora.
Namun demi membuat gambaran dirinya baik dimata Eliora maupun Hazel. Dia rela berkata demikian… agar dirinya dianggap rendah hati dan tidak sombong.
Yang sesungguhnya hatinya katakan adalah… Anggaplah aku merendah untuk ditinggikan… well… seseorang harus sedikit berjongkok untuk melompat lebih tinggi, bukan? batin Morgan.
Tak lama makanan pesanan mereka telah datang. Aroma wangi masakan tercium diindera penciuman Eliora. Mata Hazel tampak berbinar saat melihat makanan yang dipesan Morgan begitu menggiurkan.
Lantas… Mereka mulai menyantap hidangan tersebut setelah berdoa. Mereka memakannya dalam diam. Tanpa ada yang membuka suara karena mulut mereka yang sibuk mengunyah.
Morgan dengan baik hatinya memotongkan steak untuk Eliora. Sehingga memudahkan wanita itu untuk menyantap hidangan tersebut.
Setelah selesai… mereka menikmati dessert ice cream dengan topping strawberry dan cherry. Membuat Hazel terlampau senang dapat menikmati makanan kesukaannya.
Kebahagiaan yang tampak terlihat di beberapa pasang mata. Hingga sepasang paruh baya ikut menemukan pancaran sinar kebahagiaan di meja Morgan dan Eliora.
"Chase… bukankah itu Eliora dan Hazel? Bagaimana bisa dia di sini? Dan… bersama dengan lelaki mana dia?" tanya Debora Garnel.
Chase dan Autumn menatap ke arah dimana Debora menatap.
"Morgan?" Autumn mengerutkan keningnya saat melihat sang kakak yang menjadi perbincangan calon mertuanya.
"Kau mengenal pria yang bersama Eliora?" tanya Marcus Garnel.
"Tentu… Dia kakakku," jawab Autumn.
"Bagaimana bisa?" tanya Debora.
"Mom!" peringat Chase.
"Apa? Mom hanya bertanya," tukas Debora.
"Aku akan ke sana untuk menyapa mereka," ujar Autumn. Lalu pamit kepada kedua orang tua Chase.
"Mom… jika kalian tak ingin membantu, lebih baik jangan mencampuri urusan Eliora. Jangan menambah beban ataupun membuatnya malu di sini!" tukas Chase memilih menyusul Autumn.
"Heh… lihatlah anakmu, Marcus! Dia lebih membela si wanita pembawa sial itu dibandingkan ibunya sendiri!" rutuk Debora kesal.
"Sudahlah… turuti saja maunya. Yang terpenting saat ini. Anak kita mendapatkan wanita terbaik… bukan seperti kakaknya yang memilih wanita pembawa sial seperti wanita itu!" tukas Marcus.
-
Sementara itu… Autumn saat ini sedang merengek untuk meminta Morgan mewakili kedua orang tuanya yang belum sempat dipertemukan dengan orang tua Chase. Karena kesibukan yang begitu padat mengurus usaha keluarga Dexter.
"Jangan merengek padaku, Autumn! Merengeklah pada si tua Miller jika kau berani!" sergah Morgan tak ingin menuruti permintaan Autumn.
"Aku ini adikmu atau bukan? Kenapa menyapa orang yang lebih tua darimu saja tak mau? Jangan membuatku dinilai tak mempunyai sopan santun di depan orang tua Chase. Ayolah Morgan… sebentar saja," bujuk Autumn.
Morgan mengelap mulutnya dari sisa makan dessert yang diganggu Autumn.
"Baiklah… hanya sebentar! Sekalian aku melewatinya karena akan mengantar Eliora pulang," usul Morgan.
"Ya terserah… setidaknya kau menyapanya sebentar," ujar Autumn.
"El… kau sudah selesai?"
"Ya," jawabnya singkat.
"Bagaimana denganmu, little princess?" tanya Morgan kepada Hazel.
"Aku sudah selesai uncle."
"Baiklah… ayo… kita sapa kakek dan nenekmu," ajak Morgan.
"Aku rasa itu ide buruk, Morgan!" larang Chase saat tiba di hadapan mereka.
Morgan mengerutkan keningnya bingung. Begitu juga dengan Autumn yang tak pernah tahu cerita Eliora dan kedua orang tua Chase.
"Apa maksudmu?" tanya Morgan penasaran.
"Chase…," panggil Eliora lalu dia menggeleng. Seakan memberi isyarat untuk tak mengatakan apapun bagaimana sikap kedua orang tua Chase terhadapnya selama ini.
"Tell me!" pinta Morgan tak mengindahkan larangan Eliora.
"Chase kumohon…," pinta Eliora hingga berdiri dari duduknya.
Menunjukan raut wajah khawatir karena tak ingin merusak pemikiran Autumn dan Morgan tentang bagaimana keluarga Garnel.
"Please, El… Don't keep anything from me!" sentak Morgan kesal.
Kekhawatiran Eliora terlalu berlebihan… Dan Morgan tak menyukai adanya rahasia yang ditutupi. Dia tak perlu mengingatkan pekerjaannya sebagai pengacara yang tak menyukai adanya rahasia. Karena sedikit rahasia tersimpan rapat… hal itu bisa menyebabkan kekalahan di sebuah kasus persidangan.
"I'm sorry, El… aku tak ingin menutupi apapun dari Autumn. Jika dia mencintaiku… dia harus menerima bagaimana sikap sesungguhnya kedua orang tuaku kepadamu," ujar Chase. Menatap Autumn sambil tersenyum.
"Hei… Katakan saja apa yang ingin kau katakan!" tukas Morgan kesal.
"Kedua orang tuaku menolak membantu Eliora. Sebelum kasus ini dibawa ke persidangan… El sempat ingin berdamai saja. Namun… kedua orang tuaku mengusirnya pergi. Mereka memang membenci El semenjak kakakku memilih menikahinya. Ditambah kematian kakakku membuat mereka menganggap El sebagai—"
"Chase cukup! Kau sudah berlebihan. Bagaimanapun mereka kedua orang tuamu. Dan kau tak boleh menyalahkannya karena mereka bersikap demikian terhadapku!" sanggah Eliora.
"Well… ini menarik. Aku menjadi penasaran dan malah ingin membawa Eliora bertemu dengan mereka sekarang," tekad Morgan. Menyeringai menatap orang tua Chase.
"Morgan jangan membuatku malu karena tingkahmu!" peringat Autumn.
"Tenang saja adikku sayang… bukan kau yang akan kubuat malu. Tapi mereka," ujar Morgan menyeringai. Dengan matanya yang tajam menatap orang tua Chase.
"Jika kau berniat begitu… Aku melarangmu! Tolong… jangan membuat mereka semakin membenciku," pinta Eliora.
"Kenapa kau takut, El? Lagipula aku ke sana untuk menyapa, seperti permintaan adikku tadi." Morgan berdiri dari duduknya dan mengancingkan jasnya.
C'mon Haz. Apa kau tak ingin menyapa kakek dan nenekmu?" ajak Morgan.
Dia mengulurkan tangannya dan Hazel menyambutnya dengan riang, karena tak mengerti apa yang hendak dilakukan seorang Morgan.
"Ayo, El. Bukan-kah tak sopan jika kau tak menyapa mantan mertuamu?" ajak Morgan memaksa.
Eliora berdiam sejenak, berpikir untuk tetap duduk di tempatnya. Namun ucapan Morgan memang benar. Bagaimanapun sikap mantan mertuanya kemarin… Sungguh tak sopan jika dia tak menyapa. Dan dia tak mau Hazel mencontoh sikapnya itu.
Eliora lalu berdiri. "Baiklah… hanya sebentar. Setelah itu aku ingin pulang." Eliora memutuskan untuk menuruti kemauan Morgan.
Lalu mereka berempat beranjak dari meja Morgan menuju ke meja Chase dan kedua orang tuanya.
"Mom… Dad… kenalkan kakak Autumn. Kebetulan sedang bersama Eliora dan Hazel juga. Dia pengacara Eliora saat ini," jelas Chase saat mereka tiba.
"Halo… Mr. and Mrs. Garnel. Sungguh suatu kehormatan bisa mewakili adikku menemui orang tua Chase, yang saat ini menjadi kekasih adikku. Kenalkan… Aku Maximilliam Morgan Dexter. Panggil Morgan saja agar lebih akrab." Morgan menyapa begitu tenang dan dengan bahasa yang berkelas.
Membuat Marcus tak enak hati dan berdiri serta menyambut sapaan Morgan dengan cara yang juga berkelas. Demi menjaga image dirinya untuk dihargai.
"Halo… sebuah kebetulan bisa bertemu pengacara sukses seperti anda, Morgan. Aku Marcus Garnel... dan ini istriku Debora Garnel. Chase sangat beruntung bisa mendapatkan adikmu -Autumn- dia sangat manis dan memiliki pendidikan yang baik serta bahasa bicara yang sopan."
"Oh ya? Oh… aku yakin ayahku mendidiknya terlalu keras. Well… Sungguh kebetulan saat ini aku sedang mengajak makan malam klienku yang tak lain adalah mantan menantu pertamamu tentunya bersama dengan cucu kalian. Bukankah ini seperti reuni keluarga?" Morgan mulai beraksi memancing pembicaraan yang menyangkut kearah keluarga.
"Oh tentu… Eliora menantu pertamaku yang mandiri. Aku rasa kemandirian Chase dan mendiang anakku, mencontoh darinya. Kemarilah El… kami merindukanmu dan juga Hazel," ujar Debora lebih terdengar seperti omong kosong bagi Morgan.
Eliora hendak melangkah menuruti permintaan Debora. Namun Morgan menahan pergerakannya dengan meraih tangan dingin Eliora dan menggenggamnya erat. Sementara Hazel berada di sisi lain Morgan. Meraih pundak anak itu sembari menahannya.
"Maaf sekali Mrs.Garnel. Saat ini aku melarang mereka berinteraksi dengan orang lain selain denganku. Mengingat aku sebagai pengacaranya… aku tak ingin kemungkinan adanya penghasut yang mengganggu fokus Hazel dan Eliora," ujar Morgan sangat sarkas. Membuat semuanya terdiam.
"Ahaha… maaf, aunty… kakakku begitu profesional… jadi dia sering over protektif pada kliennya," ujar Autumn mencoba mencairkan suasana.
"Be-begitukah?" tanya Debora tergagap. Seakan tak mampu membalas dan hanya bisa tersenyum kikuk mendapat sergahan yang begitu sarkas dari Morgan. Seakan perkataan itu menuduhnya melakukan hal tersebut.
Morgan tersenyum angkuh, terlihat begitu merendahkan.
"Baiklah… kami permisi Mr. dan Mrs. Garnel… semalam malam," ujar Morgan mengakhiri basa basinya yang terasa busuk.
Morgan berlalu tanpa tersenyum lagi, dia malah menggenggam erat tangan Eliora dan merangkul Hazel di kiri dan kanannya. Seakan puas telah melakukan hal tersebut sebagai tanda dia tak menyukai penindas seperti orang tua Chase.
**