Part 02
Eliora Clareta Garnel... wanita yang saat ini berusia dua puluh enam tahun. Menikah muda saat usianya masih delapan belas tahun.
Dia terpaksa dijodohkan dengan pria berusia tiga puluh tahun -Mark Mattson Garnel- karena ayahnya terlilit hutang oleh bank untuk membuka usaha. Namun sayang... usaha sang ayah bangkrut sebelum mendapat untung.
Hingga pria yang melamarnya itu menawarkan diri untuk membantu jika memang Eliora menikah dengan pria berusia matang itu.
Eliora terpaksa menerima pernikahan tanpa cinta. Walau dia tahu Mark begitu baik dan rela bekorban meninggalkan ayah dan ibunya yang melarang untuk menikahinya.
Merasa Mark juga ikut bekorban demi membantu ayahnya, membuat Eliora sedikit luluh hingga mereka akhirnya memiliki seorang anak.
Anak perempuan yang begitu manis dan cantik seperti Eliora. Walau ayah dari anak itu juga begitu tampan.
Seiring berjalannya waktu, putri mereka tumbuh semakin cantik. Dengan kulit putih dan bibir berwarna merah dengan rambut coklat gelap serta mata yang bulat dengan manik mata indah seperti milik Eliora.
Kebahagiaan kecil Eliora dan Mark serta ayahnya terdengar hingga ke tempat ayah dan ibu sang suami. Lantas membuat kedua orang tua dari Mark, luluh dan sangat ingin menemui cucu mereka yang begitu lucu dan menggemaskan.
Adik dari Mark -Chase Mattson Garnel- datang menjemput keluarga kecilnya untuk berkunjung ke rumah mertuanya. Awalnya Mark, tak ingin pergi... Namun adiknya mengatakan akan membawa anaknya saja untuk diperlihatkan oleh kakek dan neneknya.
Namun suami Eliora begitu mengerti sifat kedua orang tuanya yang selalu menginginkan sesuatu dibalik kebaikannya. Maka dari itu... Dia akhirnya memutuskan untuk membawa Eliora dan ayah mertuanya untuk ikut ke kota, mengunjungi orang tuanya.
Putri kecilnya -Hazeliora Mattson Garnel- yang baru mengenal seorang paman yang tampan dan menyenangkan. Membuat sang putri menempel hingga akhirnya anak mereka ikut bersama mobil Chase .
Sementara Eliora bersama Mark dan ayahnya, memakai mobil mereka. Tak ada firasat apapun saat mereka berangkat dari rumah.
Hingga di perjalanan... Sesuatu terjadi.... Mengubah takdir Eliora yang mulai bisa diterimanya.
Tabrakan dengan sebuah truk pengangkut besi tak dapat terhindari. Kecelakaan yang menewaskan ayah dan suaminya sekaligus, membuat Eliora kehilangan penglihatan. Kejadian mengerikan yang membuatnya hancur. harus rela kehilangan kedua pria yang dia cintai sekaligus dalam seketika ditempat kecelakaan terjadi.
***
Kehilangan penglihatan tak membuat Eliora menyerah. Dia mendapatkan informasi pekerjaan melalui Chase -yang sempat menolong saat kecelakaan terjadi hingga proses penguburan ayah dan suaminya-.
Eliora menjadi dibenci oleh kedua mertuanya. Dihina dan disalahkan sebagai kematian sang suami. Dicaci sebagai wanita pembawa sial membuatnya sungguh merasa terpuruk. Beruntung Chase tetap mau membantunya dengan tulus.
Eliora bersyukur masih diberikan kehidupan. Setidaknya dia masih bisa menjaga dan merawat putri satu-satunya. Peninggalan suaminya yang paling berharga dari semua materi yang didapatkannya berupa uang asuransi ayah dan suaminya.
Namun uang yang didapatkannya, tak digunakan olehnya untuk berfoya-foya. Melainkan menggunakan uang tersebut untuk memulai hidup baru. Membeli sebuah apartemen di Manhattan demi memudahkannya untuk pulang lebih cepat dari tempat kerjanya.
Eliora akhirnya memilih melanjutkan hidupnya dengan bekerja sebagai telemarketing kartu kredit.
Pekerjaan yang terdengar mudah. Namun tidak saat dijalani. Mendapat penolakkan dari calon customer yang ingin ditawari pembukaan kartu kredit membuatnya harus tetap semangat dan mau berjuang demi menghidupi putrinya.
Uang tabungan yang semakin menipis membuatnya tak mudah menyerah. Dia terus berusaha walau setiap kali melakukan panggilan telepon kepada customer, selalu mendapat penolakkan dengan kata-kata pedas dan tak enak untuk didengar.
Namun dia selalu pulang dengan senyum yang mengembang demi membuat Hazel senang. Dia menjemput anaknya pulang dari sekolah dan membawanya ke tempat les atau menitipkannya di tempat penitipan anak.
Keseharian yang begitu sederhana namun membuatnya bahagia. Kadang beberapa tetangga apartemennya sering membantu saat Hazel harus kembali karena tempat penitipan tutup namun dirinya belum pulang karena lembur.
Dia bersyukur dikelilingi tetangga yang baik. Walau dari antara yang baik, selalu ada yang iri dengannya.
--
Malam ini seperti biasanya... setiap akhir bulan saat dia belum memenuhi target. Dia dipaksa untuk lembur. Membuatnya harus menyusahkan Chase lagi untuk menemani Hazel yang sudah diantar pulang oleh orang dari tempat penitipan anak.
Tanggal merah yang banyak membuat para tetangganya pergi berlibur hingga tak ada yang bisa menjaga anaknya sampai dia tiba di rumah. Berbeda dengan Eliora yang tak memiliki banyak uang untuk bisa mengajak anaknya berlibur.
Namun... dirinya kembali diuji dalam kehidupan. Adik iparnya mengalami kesialan. Mobilnya monggok saat hendak menuju apartemen Eliora.
Membuat Eliora harus menelepon Hazel untuk tetap diam menunggu pamannya tiba dan tak membiarkannya untuk membukakan pintu bagi siapapun.
Putrinya yang lebih akrab dipanggil Hazel itu menuruti ucapan sang ibu untuk tetap diam menunggu di dalam apartemen. Usianya saat ini sudah menginjak tujuh tahun. Membuat Hazel begitu pandai dan sangat mengerti apa yang harus dilakukannya.
Dia yang sedang asik menikmati sereal buatannya. Mendapat telepon dari neneknya. Ya... walau kedua mertua Eliora membencinya. Namun mereka masih berhubungan. Menghubungi Hazel untuk sekedar menanyakan kabar. Terkadang Hazel diajak pamannya untuk berkunjung ke tempat nenek dan kakeknya.
Hazel yang terlalu asik menceritakan kegiatan serunya dengan sang nenek. Membuatnya lupa untuk melihat dulu, siapa penekan bel apartemennya. Saat itu dia hanya mengira itu adalah Chase.
"Grandma... uncle Chase sudah tiba. Aku harus membukakannya pintu dulu," ujar Hazel.
Lalu dia beranjak menuju pintu dan membukanya langsung tanpa bertanya.
"Ya uncle Cha...se." Hazel berdiam saat tak mendapati Chase di pintu. Melainnya tetangganya yang memiliki istri galak dan sering iri kepada Eliora.
"Halo Hazel. Apa ibumu belum pulang?" tanya pria paruh baya itu. Pria yang menikahi wanita yang lebih tua sepuluh tahun darinya itu tampak seperti seorang bajingan.
Pria itu memang mengincar Eliora yang dia ketahui seorang janda buta. Dia sering menggoda Eliora walau Eliora selalu bisa menghindari aksinya yang terbilang cukup nekat.
Hazel hendak menutup pintu apartemennya kembali. Namun pria bernama Lucas itu menahan pintunya.
"Apa ibumu tak mengajari sopan santun, jika ada orang yang bertamu. Harusnya kau mempersilahkan masuk. Bukan mencoba menutup pintunya lagi!" desis Lucas. Dia melangkah maju memasuki apartemen Eliora. Lalu menutup pintu dan menguncinya.
Hazel tahu pria itu tak baik. Lantas dia berlari menuju kamar lalu mengunci pintunya.
"Heh... aku tak masalah jika ibumu tak ada. Setidaknya kau cukup untuk kuajak bermain-main sebentar sebelum si tua itu pulang!" Lucas yang terkenal akan kegilaannya terhadap seks. Tak peduli siapa yang ada di hadapannya.
Dia yang awalnya ingin menggoda Eliora. Namun malah mendapati anaknya yang sendirian di dalam apartermen.
"Heh! Bocah sialan! Buka pintunya atau aku akan mendobraknya!" sergah Lucas.
Namun Hazel terlalu takut untuk menjawab. Dia berlari ke lemari pakaiannya. Bersembunyi di sana karena takut jika Lucas memang bisa memasuki kamar dengan mendobrak pintu kamar.
"Baiklah, Nak! Kau memaksaku untuk membuka pintunya dengan paksa!" teriak Lucas.
Lalu dia mendobrak pintu kamar Hazel hingga rusak karena ditendang berkali-kali olehnya sampai terbuka.
"Dimana kau bocah sialan?!" teriak Lucas. Membuat Hazel semakin ketakutan dan menangis.
Suara tangisnya terdengar hingga memudahkan Lucas untuk mengetahui keberadaannya.
Lucas berjalan menuju lemari pakaian dimana suara ketakutan Hazel terdengar jelas. Lalu dia membuka pintu lemari dengan kasar. Tertawa saat menemukan Hazel di dalamnya berjongkok ketakutan.
"Kemarilah sayang... jangan takut. Aku tak akan menyakitimu. Jika kau menjadi anak baik," bujuk Lucas.
Hazel menggeleng dan menangis semakin kencang saat Lucas mengangkatnya. Pria itu dengan kasar melemparkan Hazel ke atas ranjang kecilnya.
Lucas mencoba menyentuh seluruh tubuh mungil Hazel dengan kedua tangannya. Namun anak itu menepis dan mencoba menghindar. Lalu menendang sembarangan hingga mengenai alat vital Lucas.
Pria itu memekik kesakitan. Kesempatan itu digunakan Hazel berlari hendak keluar kamar. Namun Lucas melemparkan lampu tidur ke arah pintu. Membuat Hazel terhenti dan berbalik, hingga dia menuju balkon kamarnya.
Hazel menguncinya dari luar. Dia mencoba berteriak meminta tolong orang yang ada di bawah. Namun tinggi apartemen tempatnya tinggal tak cukup untuk membuat orang mendengar suara kecilnya.
Lucas melangkah menuju balkon. Dia memecahkan kaca pintu balkon dan membuka pintunya dengan menyelipkan tangannya ke gagang pintu dan membuka kunci dari depan.
Lucas menyeringai saat mendapati Hazel bergetar ketakutan menempel pada besi pembatas balkon.
"Hah... sekarang kau tak bisa kemana-mana lagi Hazel!" tukas Lucas dan hendak menangkap Hazel. Namun bocah kecil itu menghindar dengan cara menunduk lalu melarikan diri dari sana tanpa melihat lagi apa yang terjadi dengan Lucas.
Pria itu terjatuh karena keseimbangannya yang goyang dan tubuhnya yang hendak menangkap Hazel malah hilang kendali karena Hazel yang menyelinap untuk kabur.
Pria berengsek itu terjatuh dari ketinggian lantai lima. Dia terjatuh di atas mobil seseorang yang baru parkir. Hingga mengejutkan banyak orang di bawah. Beruntung pria tersebut masih tersadar walau dia meringis kesakitan memegangi dadanya.
Sementara Hazel yang berlari ketakutan, langsung berhambur memeluk Chase yang baru saja tiba.
"Hazel... Kau kenapa?" tanya Chase.
Hazel yang ketakutan hanya menangis dengan tubuh bergetar tanpa mau menjawab pertanyaan pamannya.
"Tenanglah Haz. Uncle sudah di sini," ujar Chase menenangkan Hazel, dengan memeluk anak itu. Sambil melihat ke sekeliling. Keadaan rumah yang cukup kacau. Pintu kamar Hazel yang rusak seolah menjadi bukti terjadi sesuatu di sana.
Lantas Chase mencoba menghubungi Eliora. Menyuruh kakak iparnya itu untuk segera pulang. Lalu dia juga menghubungi seorang polisi, melaporkan kejadian yang dialami keponakan kecilnya.
Chase mencoba menenangkan Hazel dengan membuatkan coklat panas. Dia memperhatikan Hazel yang duduk terdiam di sofa. Manik mata hijau beningnya menatap takut ke arah kamarnya.
Awalnya Chase hendak menuju ke dalam kamar Hazel untuk mengecek keadaan di sana. Namun Hazel merengek ketakutan sehingga membuat Chase tak beranjak sedikitpun dari Hazel.
Tak berapa lama Eliora datang bersama security apartemen dan seorang polisi yang dipanggil Chase lewat teleponnya.
"Hazel... Sayang," panggil Eliora.
Hazel berlari menghampiri ibunya dan memeluk erat Eliora.
Eliora berjongkok meraba wajah putrinya dengan raut wajah khawatir. "Apa yang terjadi sayang? Katakan pada Mom." suara Eliora terdengar sangat cemas.
Namun Hazel menggeleng dan kembali menangis. Chase mengantar polisi dan security untuk melihat keadaan kamar yang berantakan akibat ulah Lucas.
Petugas polisi mengambil gambar kamar yang berantakkan. Untuk dijadikan bukti bahwa sudah terjadi penyerangan di kamar tersebut.
Melihat keadaan Hazel yang masih ketakutan dan hanya diam. Membuat petugas polisi itu pamit undur diri setelah mencatat keterangan dari Chase. Lalu meminta Chase untuk menyiapkan alat perekam agar saat Hazel siap berbicara, dia bisa merekam dan memberikannya kepada polisi untuk dijadikan keterangan saat kejadian berlangsung.
Chase mengangguk mengerti lalu mengantar petugas polisi tersebut untuk keluar dari apartemen Eliora. Sementara security apartemen yang masih berada di sana melihat ke bawah dari balkon kamar Hazel.
"Nyonya Garnel... apa kau tahu di bawah tadi ada seseorang yang jatuh tepat dari sisi balkon kamar putrimu?" tanya security tersebut.
"Aku memang mendengar keributan di bawah sana. Namun aku tak tahu jika ada korban yang jatuh dari atas. Aku baru saja pulang saat adik iparku mengabari kejadian Hazel yang mendapat serangan," jawab Eliora jujur.
"Bagaimana denganmu, Chase. Kau tak tahu ada yang jatuh saat kau tiba di sini?" tanya petugas security yang bertubuh gembul.
"Tidak. Saat aku tiba... Di bawah sana tampak seperti biasa. Hanya tempat ini yang menjadi berantakan dan Hazel berlari ke arahku saat aku memanggilnya. Aku rasa dia bersembunyi di dalam lemari kamarnya saat perampok mencoba membongkar rumah. Kakak iparku mengajarkannya begitu jika ada seseorang yang jahat memasuki rumah," ungkap Chase.
"Oh... begitu," tanggap security berkumis tebal itu.
"Ada apa, Sir? Apa ada sesuatu yang aneh?" tanya Eliora. Dia mendengar nada keraguan dari ucapan pria tambul itu.
"Tak ada. Hanya saja... sesuatu tampak sangat kebetulan di sini. Anakmu mengalami perampokan dan tetanggamu Lucas terjatuh ke atas mobil seseorang," ungkap security berkepala botak yang ditutupi dengan rambut tipis dibagian belakang.
"Kau menuduh keponakanku melakukan sesuatu terhadap orang yang jatuh itu?" tebak Chase.
"Tidak! Aku tak mengatakan begitu. Namun kejadiannya sungguh tepat. Tapi mungkin semua itu hanya kebetulan. Baiklah... aku harus kembali bertugas. Selamat malam," ujar petugas security.
"Selamat malam," ujar Eliora dan Chase.
Lalu petugas tambun itu pergi dari apartemen Eliora.
**