Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 7

Akhirnya tiba juga pada hari debutante yang ditunggu oleh seluruh gadis kekaisaran Easter, kecuali Raeli.

“Nona, saatnya bangun!” teriak Anne begitu memasuki kamar bersama beberapa langkah kaki lain.

Astaga, Raeli ingin tidur saja seharian. Tidak bisakah mereka meninggalkannya? Tubuhnya benar-benar seperti remuk. Sudah beberapa hari sejak dari istana ia sibuk menyiapkan kue untuk jamuan debutante dan apa sekarang ia harus bangun?

Raeli tidak mau datang untuk kedewasaan, ia ingin tidur saja sampai besok pagi.

“Nona, bangunlah ini sudah tengah hari!”

“Tinggalkan aku sendirian,” kata Raeli. Apa seseorang telah mencuri tulang miliknya? Kenapa rasanya sakit sekali jika bangun?

“Nyonya akan datang jika Anda tidak bangun sekarang.”

“Aku bangun.” Raeli segera bangun begitu nama ibunya di sebut.

Sungguh, bukan apa. Ia tidak mau berurusan dengan Duchess Servant. Bisa jadi ada ceramah tentang apa yang boleh dan tidak boleh Raeli lakukan sebagai seorang gadis bangsawan. Apalagi itu keluarga yang termasuk dekat dengan kaisar.

Ternyata Raeliana yang pemeran figuran juga memiliki hidup yang sepelik ini. Urusannya dengan kebangsawanan.

Setelah Raeli bangun, ia tidak tahu lagi apa yang terjadi padanya. Ia dimandikan dengan berbagai macam wewangian. Yang jelas sekarang tubuhnya lebih pantas disebut bunga.

Entah selama apa Raeli hanya berdiri dengan tangan terentang. Ada orang yang memasangkan korset padanya dan hampir membuat ia kesulitan bernapas. Tetapi Raeli sudah pasrah. Terserah mereka akan melakukan apa, ia hanya mengikuti saja dengan mata terpejam.

Raeli mengantuk dan lelah.

Kemudian ia didudukan untuk dirias wajahnya. Selama berjam-jam ia merasakan ada banyak kuas-kuas menyapu wajahnya. Ia curiga wajahnya akan jadi seperti apa. Ada sebagian tangan yang menyisir rambut-rambut bergelombangnya, bahkan tidak sekali atau dua kali rambutnya ditarik. Sayangnya Raeli terlalu mengantuk untuk berteriak.

Terserah. Lakukan saja sesuka mereka.

Kira-kira sudah berapa jam sejak Raeli dibangunkan? 4 jam atau 5 jam?

“Anne?” panggil Raeli.

“Ya, Nona?”

“Masih belum selesai?”

Jika belum selesai juga maka Raeli akan melompat ke kasur dan tidur sampai besok pagi.

“Sedikit lagi. Kami akan memilihkan sepatu. Anda mau pakai yang mana?”

“Terserah.” Yang penting cepat selesai dan cepat pergi ke debutante, melihat Liliane menari dan pulang.

Raeli dipasangkan sepatu.

“Sudah berapa jam aku didandani?” Raeli sangat gatal ingin bertanya.

“Enam jam, Nona,” jawab Anne, ada nada riang dalam suaranya. Kenapa tidak dia saja yang jadi bangsawan saking gembiranya?

Setengah hari penuh tangan mereka di tubuh Raeli, apakah ada perubahan pada penampilannya? Raeli tidak siap untuk melihat seperti apa rupa dirinya.

“Sekarang lihatlah, Nona. Sudah tidak apa-apa. Jangan tidur terus.”

Raeli membuka mata dan langsung berhadapan dengan cermin besar di kamarnya. Terheran-heran melihat siapa yang ada di cermin itu.

“Itu aku?” tanya Raeli pada Anne yang berdiri di belakangnya.

“Siapa lagi kalau bukan Nona?”

“Apa aku secantik itu?”

Anne tertawa. “Tentu saja. Bahkan setiap hari Anda selalu cantik.”

Oh, sungguh. Tangan-tangan yang sejak siang itu menyulap Raeli jadi seperti ini. Mereka mengenakkan gaun-gaun berwana kuning yang benar-benar muda bahkan nyaris putih kepada Raeli. Dengan tambahan kain tipis transparan yang melekat di bahunya sepanjang punggung hingga menyapu lantai. Bahkan gaunnya sangat panjang. Rambut cokelat keemasan Raeli disulam melingkari tengah kepalanya, kemudian dibiarkan tergerai menutupi bahu kanannya dan ada sebuah tiara kecil putih di kepalanya. Benda itu jadi terlihat sangat kontras dengan warna rambut Raeli.

Tidak lupa riasan wajah Raeli terlihat tipis dan alami. Juga sepatunya berwarna kuning.

Oh, Tuhan. Raeli ingin menangis karena terharu. Di kehidupannya sebagai Sheriel, ia tidak secantik ini. Terima kasih telah memberikan hidup Raeliana padanya.

“Sayang sekali aku hanya akan datang satu jam.”

“Jangan sia-siakan dandanannya,” kata Anne dengan mata melotot. “Kalau tidak saya akan mengadukan pada Nyonya.”

Satu lagi yang tidak kalah menyebalkannya dari Pangeran Ein. Anne sangat tahu kelemahan Raeli. Ia tidak tahan dengan ceramahan panjang lebar.

“Bagaimana kue-kue untuk jamuannya?” tanya Raeli.

Bukan berarti ia mau melakukannya dengan senang hati. Hanya saja ia tidak bisa menolak. Raeli tidak bisa mempertaruhkan reputasinya dan kehormatan Duke Servant kalau menolak keinginan permaisuri. Atau kalau terjadi sesuatu dengan kue-kue itu, Raeli akan mati untuk yang kedua kalinya. Raeli sudah menghabiskan hampir semua energi kehidupannya hanya untuk kue-kue itu.

“Para pekerja sudah ada di sana untuk persiapan,” balas Anne. “Saya akan ikut untuk mengawasi mereka dan mengawasi Anda agar tidak kabur, Nona.”

“Ya?” Raeli memberikan senyum bodoh.

“Tugas khusus dari Duke dan Duchess.”

Celaka.

Raeli benar-benar tidak bisa kabur dengan cepat dan kembali tidur. Sepertinya tidak ada cara lain selain tetap berada di pesta sampai selesai. Ia harus mencari sudut yang bagus untuk tetap berdiam di sana sambil memperhatikan.

Lalu kabur diam-diam.

***

Raeli berdiri sendirian di dekat meja jamuan. Kaisar sudah memberikan pidato. Tetapi bintang yang mengumumkan bahwa debutante sudah sah belum keluar. Liliane sama sekali belum menunjukkan akan muncul dalam waktu dekat.

Raeli tidak ingat siapa saja teman kalangan atasnya. Bayangan Raeliana tidak membantu sama sekali. Tetapi seingatnya di dalam novel, karena sibuk di toko Raeliana memang tidak punya teman selain Rose.

Astaga, ia bisa gila.

Lalu tiba-tiba seseorang menghampirinya dengan pandangan tajam dan senyum culas, membuat kerutan di kening Raeli. Ia sudah cukup melihat senyum seperti itu dari Pangeran Ein. Ia tidak butuh gadis lain untuk melakukannya.

Tunggu dulu. Pesta debutante dan ulang tahun Putri Liliane. Seorang gadis berambut kemerahan dengan wajah meremehkan dan merasa paling cantik.

Raeli kenal gadis berpakaian merah mencolok yang sedang menghampirinya itu. Vivian Rossent. Karakter antagonis di novel yang pernah ia baca itu. Di sana tertulis kalau awalnya Vivian tidak jahat pada Raeliana dan malah menawarkannya untuk bergabung sebagai teman. Sayangnya, Raeliana menolaknya berkali-kali pula. Belum lagi Raeliana juga berteman dengan Rose yang disebut-sebut Vivian merebut pangeran darinya.

Apa Raeli dalam masalah sekarang?

“Selamat malam, Nona Servant?”

Raeli tersenyum menyambut gadis itu. Raeli tidak takut. Ia hanya menjalani kehidupannya. Apa yang salah?

“Selamat malam juga untukmu, Nona Rossent. Gaunmu bagus.”

Vivian langsung mengangkat dagunya sebagai rasa bangga.

Gaunmu membuat mataku sakit, jika kau ingin aku jujur, maki Raeli dalam hati. Tetapi terus saja tersenyum. Jika Pangeran Ein ada di ruangan ini dan melihatnya, pria itu pasti tahu ia sedang mengutuk Vivian untuk pergi saja ke neraka dengan gaun merahnya itu.

Vivian anak tunggal Count Rossent. Sayang sekali, sepertinya setelah sang Count meninggal nanti, gelar itu akan dikembalikan pada kekaisaran karena tidak ada lagi pewarisnya.

“Kau masih belum berubah, Raeliana,” kata Vivian dengan gaya sombongnya. Raeli serius tentang pikiran ingin menumpahkan minuman ke kepala gadis itu.

“Oh, sungguh?” Raeli tersenyum. “Kupikir beberapa orang bilang aku banyak berubah.”

Vivian meliriknya dengan sinis. “Kau masih saja seperti seorang pecundang.”

Tiba-tiba saja rasa kesal naik ke kepala Raeli. Membuat pupil matanya bergetar karena geram. Enak saja gadis ini mengatai dirinya pecundang. Memangnya siapa yang pecundang di sini? Raeliana atau Vivian yang sering bersembunyi di balik banyaknya mulut komplotan tidak berpendidikannya itu?

“Kau bercanda, Vivian. Mereka bilang aku banyak berubah. Jika tidak, bagaimana aku sampai ke sini sendirian?”

“Oh, aku rasa aku melihat Tuan Carry saat masuk.”

“Carry sedang bertugas, tidak ada hubungannya denganku.”

“Ya, setidaknya kau masih pecundang tanpa teman.” Vivian kemudian melangkah meninggalkan Raeli sendirian yang gemetar menahan amarah sambil mengepal-ngepalkan tangannya di udara seakan ingin mencapai kepala gadis itu dan mengacak-acaknya.

Jika saja Reali datang tanpa reputasi dan nama keluarga, ia sudah melempar beberapa tart ke wajah Vivian Rossent.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel