Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 5. Masalah

"Loh kenapa? Kamu lihat dulu dong sini, hehe," balas Tante Dewi sedikit tertawa, merasa lucu melihat ponakannya yang sudah keringat dingin.

"Aku ke kamar mandi dulu yah, Tan." Rendi seketika langsung bangkit dari tempat duduknya lalu bergegas menuju kamar mandi.

Tante Dewi hanya memperhatikannya sambil tertawa. Seteleh Rendi masuk kedalam kamar mandi, tante Dewi yang merasa penasaran itu kemudian berjalan perlahan-lahan untuk mengintip ponakannya yang sedang berada di dalam kamar mandi. Dengan langkah yang teramat pelan tante Dewi mendekat kearah pintu kamar mandi, ia berusaha melihat kedalam melalui lubang kunci pintu itu.

Seketika terlihat Rendi yang berada di dalam kamar mandi itu tengah melakukan masturbasi karena tidak kuat melihat kemolekan tubuh tantenya itu, ditambah lagi tante Dewi yang sejak tadi merayunya. Pada saat itu tante Dewi hanya tersenyum melihat ponakannya yang sedang memainkan batang kejantanannya, Tante Dewi juga terbelalak melihat milik Redi yang ternyata berukuran besar dan panjang, dan tentunya lebih besar dari milik suaminya.

Dengan begitu, Tante Dewi yang melihat batang kejantananya Rendi seoalah ingin merasakannya. Perlahan-lahan t

ante Dewi yang terbawa nafsu ketika melihat Rendi yang sedang melakukan masturbasi, ia pun meremas-remas buah dadanya sendiri sambil memperlihatkan batang kejantananya milik keponakannya itu yang berukuran besar dan panjang.

Di dalam kamar mandi Rendi terlihat mengelengkan tangannya dengan sangat cepat, hingga akhirnya Rendi sedikit mengerang ketika batang kejantananya memuntahkan cairan birahi. Tante Dewi dibuat terdiam melihat hal itu, karena Rendi mengeluarkan cairan birahinya sangat banyak. Karena takut ketahuan ponakannya, Tate Dewi kemudian bergegas berjalan menjauh dari kamar mandi lalu duduk kembali di sofa ruang tamu.

Selang beberapa saat terlihat Rendi keluar dari kamar mandi itu kemudian berjalan kembali kearah ruang tamu. Pada saat itu Rendi terlihat puas karena sudah menuntaskan hawa birahinya.

"Kamu habis ngapain, Ren?" tanya tante Dewi berpura-pura tidak tahu, wajahnya terlihat senyum-senyum menatap Rendi.

"Aku habis buang air besar, Tan," jawab Rendi beralasan, kemudian duduk di sofa itu.

"Tante tahu. Kamu pasti habis main sendiri iya kan?" Tante Dewi meledek, sambil sedikit tertawa.

"Enggak lah, Tante." Rendi terlihat mengelak karena merasa malu jika sampai ketahuan tantenya.

"Kamu jangan bohong ... Kamu pasti habis main sendiri. Udah ngaku aja ... Enggak apa-apa kok," ucap Tante Dewi menatap Rendi sambil senyum-senyum.

Saat itu Rendi hanya tertawa kecil, namun tidak mau berkata jujur tentang apa yang dilakukannya di dalam kamar mandi. Ketika Tante Dewi dan Rendi tengah ngobrol-ngobrol, tiba-tiba saja suara bel berbunyi. Tante Dewi langsung bergegas untuk membukakan pintu. Terlihat seorang temanya yang bernama Yeni. Keduanya tersenyum. Dengan ramahnya Tante Dewi mempersilahkan temanya itu untuk masuk dan duduk. Rendi yang melihat itu pun mengalami Tante Yeni.

"Loh ini Rendi kan? Kok ada di sini?" Tanya Yeni seakan heran melihat Rendi yang ada didalam rumah temanya.

"Iya, Tante. Aku Rendi," jawab Rendi tersenyum sambil menyalami tangan Tante Yeni.

"Biasa dia lagi main, kalau mau jalan sama cewek ya kan dia minjem mobil terus," ledek tante Dewi sedikit tertawa. Rendi hanya tertawa malu.

Kemudian Rendi berpamitan untuk kebelakang, karena merasa tidak enak dengan Tante Yeni yang seolah ingin ngobrol berdua dengan tante Dewi. Rendi berjalan kearah kolam renang yang ada di belakang rumah itu, ia kemudian tiduran di kursi malas sambil menikmati segelas jus jeruk.

Sementara Tante Dewi dan Tante Yeni mengobrol di ruang tamu. Saat itu terlihat tante Yeni sedang mencurahkan isi hatinya, ia menceritakan tentang rumah tangganya yang mengalaminya masalah, Tante menceritakannya sumainya yang selalu memarahinya karena sudah dua tahun berumahtangga namun belum bisa memberikan keturunan.

"Ya sudah kamu yang sabar, Yen. Nanti juga suami kamu enggak akan marah lagi," ucap Tante Dewi mencoba menenangkan temanya itu yang sedang bersedih.

"Enggak mungkin, Wi. Dia itu selalu menuduh kalau aku itu mandul, pokonya perkataan dia itu kasar banget," balas Tante Dewi menjelaskan, wajahnya nampak sangat bersedih sehingga membuat Tante Dewi merasa prihatin.

Tante Dewi terlihat memikir-mikir untuk mencarikan solusi untuk temanya itu supaya bisa hamil, agar suaminya tidak lagi memarahinya dan memaki-maki temanya itu.

"Apa kamu sudah periksa ke dokter, Yen? Atau kamu beli obat apa gitu biar rahim kamu subur?" tanya tante Dewi menatap temanya yang nampak bersedih.

"Sudah, Wi. Semua sudah aku lakukan, namun hasilnya nihil. Dugaan aku itu, bukan aku yang mandul, tapi mas Aryo itu lah. Tapi aku enggak berani bilang begitu sama dia, Wi. Takut menyinggung perasaannya, walaupun dia yang selalu berkata dan menuduh aku yang mandul," jawab Tante Yeni menjelaskan permasalahan dengan suaminya.

Tante Dewi terlihat memanggut-manggutkan kepalanya seakan suda paham dengan situasi yang dialami oleh temua itu. Pada saat itu juga Tante Dewi teringat dengan Rendi, ia tersenyum menatap temanya. Kemudian Tante Dewi membicarakan, memberikan solusi supaya temanya itu bisa hamil dengan bantuan Rendi.

"Masa harus sama Rendi, Wi? Dia masih muda loh," ucap Tante Dewi sambil mengerutkan keningnya, seakan tidak yakin dengan ucapan Tante Dewi.

"Justru yang muda itu masih kuat, Yen. Siapa tahu dengan begitu kamu nanti bisa hamil. Ini demi kebaikan rumahtangga kamu juga, Yen," balas Tante Dewi mencoba untuk meyakinkan temanya.

Pada saat itu Tante Yeni terdiam kebingungan sambil menatap temanya yang memberikan solusi seperti itu.

Di sat itu Tante Dewi kembali meyakinkan temanya yang dalam keadaan yang memprihatinkan karena keharmonisan rumahtangganya yang kini hampir retak karena perkara anak.

"Coba kamu pikir baik-baik lagi, Yen. Jika kamu tidak segera hamil, selamanya suamimu akan terus mencemooh kamu, marahin kamu karena kamu tidak juga hamil. Aku bilang begitu, karena aku kasihan sama kamu, Yen," ucap Tante Dewi sambil memegang tangan temannya.

"Tapi, Wi. Apa si Rendi mau? Apa dengan cara seperti itu aku bakalan bisa hamil?" Tante Yeni nampak kebingungan, merasa belum yakin.

"Aduh, Yen. Bukankah kamu sendiri yang bilang kalau kamu itu sebenarnya tidak mandul? Jadi kesimpulannya suami kamu itu lah yang mandul. Makanya aku sarankan kamu berhubungan badan sama ponakan aku. Mudah-mudahan saja dengan cara seperti itu, kamu bisa secepatnya hamil, Yen," ucap Tante Dewi menjelaskan maksudnya.

Mendengar perkataan temannya, saat itu Tante Yeni terdiam seolah sedang menimbang-nimbang saran yang diberikan oleh Tante Dewi. Namun disatu sisi Tante Yeni merasa ketakutan jika dia melakukanya hubungan badan dengan Rendi, itu sama saja mengkhianati suaminya. Tapi disisi lain jika dirinya tidak segera hamil, itu akan membahayakan rumahtangganya karena suaminya yang teramat ingin mempunyai anak. Hingga pada akhirnya Tante Yeni mengiyakan saran yang diberikan oleh temanya.

"Tapi bagaimana kalau nanti si Rendi tidak mau? Kita nanti yang malu, Wi," ucap Tante Yeni merasa khawatir.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel