Bab 3. Nafsu Rendi
"Kamu juga istirahat sana, terus itu Rendi kamu kasih selimut biar enggak kedinginan," ucap bu Ratna menatap anaknya yang masih duduk di kursi.
"Iya, Mah. Nanti," jawab Lisna tersenyum, kemudian berdiri dari tempat duduknya dan terus berjalan kearah kamarnya sambil sesekali melirik kearah kedua orangtuanya yang hendak masuk kamar.
Ketika melihat kedua orangtuanya sudah masuk kamar, Lisna justru berjalan kearah ruang tamu untuk menghampiri Rendi. Tidak hanya disitu Lisan mematikan lampu diruang tamu, sementara lamu diruang keluarga ia biarkan menyala. Lisan kemudian duduk disebelah Rendi. Saat itu juga Rendi langsung bangun, mereka berdua terlihat ketawa kecil.
"Untung saja kita belum sempat masuk, kalau enggak bisa bahaya," ucap Rendi pelan, sambil merapihkan posisi duduknya.
"Kamu juga sih, aku kan udah bilang kalau melakukan hubungan seperti itu sebelum nikah itu enggak aman, makanya kamu segera nikahin aku, biar kamu bisa sepuasnya menikmati tubuhku," balas Lisna yang melihat kekasihnya sangat ingin melakukan hubungan badan.
"Iya itu nanti, Sayang. Tapi aku sekarang lagi pengen banget," ucap Rendi sambil memegang paha kekasihnya itu.
"Sayang. Ada orangtua aku, nanti kalau ketahuan bahaya." Lisna mengingatkan Rendi dengan sangat pelan.
Saat itu juga Rendi langsung memegang kedua pipi Lisan dan terus melumat bibirnya, nafasnya menggebu-gebu, Lisna kemudian membalas permainan bibir Rendi, tidak sampai disitu Rendi meremas-remas buah dada Lisna, hingga ia mulai mengerang kenikmatan. Mereka berdua saling bercumbu diatas sofa dalam keadaan ruangan yang gelap yang hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari ruang keluarga.
Rendi semakin bernafsu menjamah tubuh Lisna, saat itu Lisna seakan terbawa oleh permainan yang menyentuh bagian-bagian tubuhnya dengan lembut. Perlahan-lahan Rendi menindih tubuh Lisna, sementara tangan berusaha untuk melepas celana dalam yang dikenakan kekasihnya, saat itu Lisna melarangnya, namun nampaknya Rendi tidak memperdulikan bisikan kekasihnya itu. Rendi melepas celana dalam yang dikenakan Lisna, hingga akhirnya ia hanya mengenakan rok pendek saja.
Rendi menyentuh bagian mahkota Lisna yang berbulu tipis, sedangkan bibirnya terus melumati bibir Lisna. Rendi kemudian mengangkat tubuhnya dan langsung membuka resleting celananya lalu menurunkannya hingga terlihat lah batang kejantananya yang sudah berdiri. Lisna yang melihat hal itu, dia cepat-cepat menutup liang kewanitaannya dengan kedua tangannya sambil meminta Rendi untuk tidak melakukannya sebelum menikah. Akan tetapi, Rendi langsung menindihnya kembali.
Lisna merasakan diperutnya ada sesuatu benda yang mengganjal, Rendi kemudian menarik rok yang dikenakan kekasihnya itu perlahan-lahan, hingga akhirnya terlepas. Lisna menggeliat karena Rendi menggesek-gesekkan batang kejantananya di bibir mahkota Lisna. Rendi semakin bernafas melihat kekasihnya yang menggeliat dan mendesah-desah seolah merasakan nikmat dengan permainannya.
"Sayang ... Jangan dimasukin," pinta Lisna memohon, nafasnya menggebu-gebu karena Rendi terus meremas-remas buah dadanya.
Disaat itu Rendi tidak menjawab ucapan Lisna, ia hanya tersenyum kemudian menurunkan tangan kanannya lalu memegang batang kejantananya seolah ingin merahnya di titik liang kewanitaan milik kekasihnya itu. Lisan merasakan mahkota kewanitaannya sudah sangat basah karena Rendi terus-menerus mencumbunya.
Rendi seolah tidak memperdulikan lagi perkataan Lisna yang memintanya untuk tidak melakukan hal itu, namun Rendi malah menekannya lebih dalam sehingga Lisna merasakan sakit yang luar biasa seteleh selaput keperawanannya dirobek oleh batang kejantanan milik Rendi yang memaksa masuk. Lisna mengerang kesakitan, sedangkan Rendi membiarkan batang kejantananya terlebih dahulu sambil tersenyum menatap kekasihnya.
"Hemmm... Ahhh...." Lisna mengerang, mendesah seteleh merasakan liang kewanitaannya dimasukan sesuatu yang sangat keras.
"Kamu nikmatin aja, Sayang," bisik Rendi yang kemudian mulai menggerakan bokongnya, dengen begitu membuat Lisna semakin menggeliat dan mendesah-desah seolah tidak lagi merasakan sakit. Lisna nampak mulai merasakan kenikmatan oleh permainan Rendi.
Keduanya sudah semakin panas dalam melakukan hubungan badan. Nafas mereka menggebu-gebu dalam kondisi bibir yang saling melumat, terlebih lagi Rendi yang semakin mempercepat gerakannya. Batang kejantanannya ia tekan kuat-kuat sehingga masuk semuanya kedalam liang kewanitaan kekasihnya.
"Ahhh ... Sayang. Hemmppp, enak ahhh," lirih Lisna yang semakin merasakan kenikmatan.
Saat itu Rendi hanya tersenyum menatap kekasihnya yang terlihat sangat menikmati permainannya. Rendi kemudian meminta Lisna untuk mengubah posisinya, ia balikan tubuh Lisna sehingga kini posisi Lisna tengkurap, Rendi meraih bokong Lisna dengan kedua tangannya lalu memasukan kembali batang kejantanannya. Rendi terlihat lebih menikmati dalam posisi seperti itu, Lisna terus mendesah-desah, ia mencoba menutup mulutnya karena takut suaranya terdengar oleh kedua orangtuanya yang ada di kamar.
Rendi nampak mempercepat gerakannya menghujamkan batang kejantanannya di liang kewanitaan Lisna. Permainannya semakin beringas sehingga Lisna seketika mengejang merasakan ada sesuatu cairan yang keluar dari daerah kewanitaanya. Rendi menghentikan gerakanya, membiarkan Lisna merasakan kenikmatan. Saat itu Rendi merasakan batang kejantanannya di jepit kuat-kuat oleh liang kewanitaan kekasihnya itu yang mencapai orgasme.
"Ahhh ... Sayang." Lisna sedikit meracau, sedangkan tubunya bergetar-getar merasakan kenikmatan. Rendi tersenyum kemudian kembali membalikan tubuh kekasihnya itu ke posisi semula.
"Sayang ... Tolong jangan bikin aku hamil, aku belum siap," pinta Lisna menatap kekasihnya, keringat di keningnya nampak sudah bercucuran.
"Iya, Sayang. Aku enggak akan bikin kamu hamil. Kamu nikmati saja yah," balas Rendi meyakinkan Lisna. Saat itu Lisna hanya menganggukkan kepalanya.
Tidak menunggu lama, Rendi kembali memasukan batang kejantananya dan terus menggenjotnya dengan sangat cepat. Permainannya semakin liar, Rendi nampak sangat bernafsu ketika melihat kekasihnya terlihat kesakitan. Gerakanya bertambah cepat hingga akhirnya Lisna kembali menggeliat, mengejang merasakan orgasme untuk yang kedua kalinya. Saat itu Rendi masih belum mencapai puncaknya, sedangkan Lisna sudah terlihat lemas, nafasnya tersengal-sengal.
"Kamu tahan dulu, Sayang," bisik Rendi di telinga Lisna. Pada saat itu juga Rendi langsung menggerakan kembali bokong namun dengan ritme yang sangat cepat.
Di situ Lisna mendesah-desah, tanganya berusaha menutup mulutnya karena merasa ketakutan jika perbuatannya sama Rendi sampai diketahui oleh kedua orangtuanya
Rendi sudah mulai merasakan aliran darahnya akan memuncak, ia kemudian menambah kembali ritme gerakan bokongnya. Rendi benar-benar kuat menghantamkan batang kejantananya yang menghujam keras di liang kewanitaan Lisna. Keringat dari keduanya nampak sudah bercucuran, Rendi mengerang merasakan ada sesuatu yang memenuhi batang kejantananya.
Saat itu Lisna semakin merasakan kesakitan karena batang kejantanan Rendi yang terasa semakin keras, ditambah lagi dengan geraknya yang Semain cepat. Tidak lama kemudian terlihat Rendi mencabut batang kejantananya dan terus menumpahkan semua cairan birahinya di perut Lisna.
"Arrggghhhh." Rendi nampak mengejang sambil terus memegangi batang kejantananya yang sedang mengeluarkan lahar hangat.
Lisna tersengal-sengal sambil melihat batang kejantanan Rendi yang tengah menumpahkan cairan hangat. Perut Lisna nampak penuh oleh cairan itu, ternyata Rendi mengeluarkannya dengan sangat banyak di perut kekasihnya itu. Rendi tersenyum menatap Lisna yang terlihat sangat kelelahan, ia kemudian melumat bibirnya, nafasnya masih menggebu-gebu.
"Kamu enak sekali, Sayang," bisik Rendi yang kemudian mengangkat tubuh Lisna untuk duduk.
Lisna terlihat buru-buru meraih beberapa lebar tisu untuk membersihkan cairan birahi yang di keluarkan oleh kekasihnya. Sementara Rendi langsung mengenakan kembali celananya sambil sesekali menatap kearah Lisna yang sibuk membersihkan perutnya yang belepotan dengan cairan itu.
Seteleh semuanya selesai mereka berdua kembali duduk. Disaat itu Lisna terlihat bengong seolah tidak percaya dengan apa yang dilakukan bersama kekasihnya itu. Lisna terdiam dengan mata yang berkaca-kaca karena tidak menyangka mahkota kewanitaannya telah ia serahkan malam itu untuk kekasihnya.
"Kamu kenapa, Sayang?" tanya Rendi pelan sambil membelai rambut Lisna.
"Aku takut kalau setelah kamu menikmati tubuhku, kamu tidak menikahi aku," jawab Lisna dengan mata yang berkaca-kaca.
Rendi langsung rangkul kekasihnya, ia memeluk erat tubuh Lisna.
"Kamu jangan berfikir seperti itu. Aku sudah bilang, kalau aku pasti nikahin kamu, Sayang. Kamu jangan khawatir yah," ucap Rendi mencoba menenangkan Lisna.
"Tapi orangtua aku hanya memberi waktu dua bulan lagi buat acara pernikahan kita, sedangkan kamu baru saja di keluarkan dari perusahaan tempat kamu kerja," balas Lisna yang merasa takut jika Rendi tidak bisa menikahinya.
"Enggak, Sayang. Aku akan berusaha, apa pun pekerjaanya, pasti akan aku lakukan biar aku bisa menikah denganmu. Kamu jangan takut lagi yah," ucap Rendi meyakinkan, tangannya mengusap lembut di pilih kekasihnya itu.
Lisna mengangguk menatap Rendi. Pada saat itu juga terdengar suara batuk dari kamar orang tua Lisna. Tentu saja hal itu membuat Lisna seketika panik.
*****