Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab.7. Terjebak Rayuannya

Apa sesulit itu menerima cintaku? Ataukah aku terlalu cepat menembak dia? pikir James dalam hatinya yang terasa galau dengan tangan masih menggenggam jemari Laura. 

"Gimana steaknya enak?" tanya James mengalihkan ketegangan diantara mereka sembari melepaskan genggaman tangannya di jemari Laura dengan enggan.

"Enak kok, dagingnya empuk sekali dan lemaknya lumer di mulut," jawab Laura dengan lancar menutupi kegugupannya.

"Mau anggur nya lagi?" kata James menawari Laura sambil mengisi gelas miliknya sendiri. Laura mengangguk pelan dan James pun mengisi gelas Laura hingga setengah gelas. James menggoyang-goyangkan anggur merah di dalam gelasnya dan menghirup aromanya sebelum meminumnya hingga tandas.

Mereka berdua pun terdiam tak berbicara selama beberapa menit, keduanya sibuk dengan HP nya masing masing. Tak lama kemudian James memberi kode pada waiter untuk mengirimkan bill. James menyerahkan kartu debitnya tanpa melihat total tagihan makan malamnya. Rasanya suasana menjadi begitu canggung. Waiter pun datang mengembalikan kartu debit James beserta print out bill.

"Terima kasih, Tuan James dan Nyonya. Silakan datang kembali. Semoga hari anda menyenangkan," seru waiter tersebut mengantarkan kepergian James dan Laura.

Laura merasa geli mendengar dirinya dipanggil Nyonya. Hmmm ... mungkin memang dirinya sudah tampak tua, pikirnya lagi. James memegang tangan Laura dan meletakkannya di lengannya sembari berjalan meninggalkan restoran menuju ke parkiran mobil di basement.

"Kenapa Laura kok jadi pendiam dari tadi? Apa kamu marah padaku?" tanya James setelah mereka masuk ke mobil Fortuner putih miliknya.

"Ehh tentu tidak ... kenapa aku harus marah? Aku hanya berpikir dalam tentang hubungan kita," jawab Laura dengan tenang.

James menghidupkan radio di mobilnya. "Sudahlah, dibawa santai saja. Aku gak terburu buru kok, hanya ingin kamu tau tentang perasaanku. Bukankah wanita biasanya ingin kejelasan status hubungan dengan pria yang mendekatinya? Sudah kubilang ini yang pertama buatku punya rasa lebih ke seorang wanita."

"Maafkan aku James ..., tapi aku takut kalau perasaanmu hanya ketertarikan sementara. Aku wanita berusia 32 tahun dan kamu pemuda 21 tahun, apa tidak aneh rasanya di mata orang lain bila mereka tau kita berpacaran?" ujar Laura panjang lebar menjelaskan kegalauannya pada James.

"Aku punya teman. Teman sepermainan."

"Jikalau ada dia, juga ada aku"

"Dia amat manis dan juga baik hati"

"Dia selalu ada waktu untuk membantuku"

"Namun aku bingung ketika dia bilang cinta dan juga dia katakan 'tuk ingin jadi kekasihku"

"Cukuplah saja berteman denganku, janganlah kau meminta lebih"

"Kutak mungkin mencintaimu, kita berteman saja teman tapi mesra ..."

-Teman Tapi Mesra- Ratu

James meledak dalam tawa mendengar lagu yang diputar di radio mobilnya. "Wah ini penyiar radionya kayak dukun deh, kok lagunya pas banget bikin tambah galau."

Laura pun tertawa mendengar kata-kata James. Persis seperti yang ingin dia katakan dalam hatinya. "Jadi gimana James, kamu mau kita TTM juga?" candanya.

"Nggak maulah! Harus jelas statusnya. Kita harus pacaran suatu hari nanti. Aku nggak mau cewekku dicolong orang kalau hanya teman tapi mesra," jawab James tetap bersikeras.

"Tolong lihat aku dan jawab pertanyaanku"

"Mau dibawa kemana hubungan kita"

"Jika kau terus menunda nunda dan tak pernah nyatakan cinta"

"Mau dibawa kemana hubungan kita"

"Ku tak akan terus jalani tanpa ada ikatan pasti antara kau dan aku"

-Mau Dibawa Kemana-Armada Band

"Nah bener ini penyiar radionya dukun. Lagunya pas banget sama galaunya aku ke kamu Laura," tukas James sambil tertawa lagi.

"Ahh pokoknya kita jalani dulu lah ngapain buru-buru, nanti kamu bosan, giliran mau minta putus takut karena aku dosenmu. Nanti kukasi nilai E. Weeeekkkk," balas Laura seraya menjulurkan lidahnya.

" Ini mah ngajak kelahi namanya. Mana pernah aku dapat nilai E. Gara-gara minta putus lantas mau dikasi nilai E!" seru James masih berderai tawa.

"Iya dong 'kan udah bikin patah hati," tukas Laura tak mau kalah.

"Kamu ini ngeselin, minta dicium ya. Awas saja ya nanti!" ancam James.

"Ampun, Oppa James ...," balas Laura memasang tampang memelas. James pun tertawa lagi.

James sengaja membawa Laura ke apartment nya dulu, dia tidak mau Laura kabur dan mengunci pintu seperti beberapa hari yang lalu setelah mengecup pipinya di depan pintu apartment Laura.

"Ayo mampir ke tempatku dulu, Laura," ajak James seraya mematikan mesin mobilnya di basement apartmentnya.

"Oke," jawab Laura singkat dan segera turun dari mobil James.

James menggandeng jemari tangan Laura menuju ke lantai 12 tanpa melepaskan pegangannya sedetikpun hingga mereka sampai di dalam apartment miliknya.

"Welcome home!" seru James sambil melepas sepatunya.

Laura pun melepas sepatu bot nya dan berjalan menuju ke sofa ruang tengah tempat semalam dia ketiduran. 

James membawakannya sebotol air mineral dingin dari kulkas. "Capek?" tanya James sambil duduk di sebelah Laura.

"Lumayan," jawab Laura singkat. Dia pun melihat ke arah kaca jendela besar di sisi timur ruangan. 

"Mau lihat pemandangan kota dari sana?" tanya James lagi dan Laura mengangguk.

James pun menemani Laura melihat pemandangan kota yang lebih menyerupai ribuan titik titik cahaya lampu, hari ini cuaca cerah dan bintang serta rembulan terlihat jelas di langit malam nan gelap.

James memeluk tubuh Laura dari belakang, Laura awalnya terkejut dengan tindakan spontan James, tapi kemudian dia terbiasa dan merasa nyaman dalam pelukan pria itu.

Tubuh James tinggi dan begitu kokoh, pelukannya hangat dan menimbulkan aura melindungi. Sepertinya ini kali ketiga Laura berada dalam pelukannya tapi kali ini tanpa harus bertabrakan dengannya lagi. 

Tiba-tiba Laura tertawa dan James bingung ada apa dengannya. "Hei kenapa tiba-tiba tertawa sendiri?"

"Ingat perjumpaan pertama kita di lobi kampus pagi itu? Lalu saat mati listrik juga? Kenapa kita selalu bertabrakan sih? Kamu sengaja, ya?" kata Laura sambil menatap James.

"Hahahaa .... aku yakin dewi cinta yang mengirimkanmu ke pelukanku. Karena kamu keras kepala makanya dilempar lah sampai nabrak ke aku. Coba kalem begini, kan gak sakit." jawab James gombal to the max.

"Aihh bisa begitu ...," seru Laura seraya mencubit lengan James yang masih melingkari tubuhnya dengan posesif.

"Aaww sakit Sayang!" teriak James saat lengannya dicubit dengan keras. Dia pun membalikkan tubuh Laura menghadapnya dan memagut bibir Laura dengan lapar.

Laura terkejut namun ciuman James terasa hangat manis seperti red wine yang tadi mereka minum, membuatnya merasa mabuk dengan perasaan aneh yang tidak dia kenali. James melepaskan pagutannya dari bibir Laura saat mereka nyaris kehabisan nafas.

So breathless ... Laura sampai limbung dan nyaris terjatuh, tapi James dengan sigap menarik tubuh Laura kembali dalam dekapannya. Mereka berdua masih menata kembali nafas mereka dan jantung yang berdebar tak karuan.

"Laura ... love you," ucap James disela nafasnya yang terengah-engah.

"Love you too, James," balas Laura lirih. Namun, James mendengarnya dengan sangat jelas dan tersenyum lebar.

James menatap Laura dengan intens dan berkata. " Satu kali dalam hidupku, aku menemukan cinta dan aku hanya akan berbagi cinta itu denganmu sampai nafas terakhirku. Itu janjiku. Tunggu aku hingga aku lulus menjadi dokter hewan, Laura. Aku akan menikah denganmu. Say YES honey?!"

"Yes," ucap Laura tidak mampu menolak James lagi, sekalipun dalam hatinya dia merasa tak yakin apakah hal ini benar. Tapi bila perasaan James padanya berganti di tengah perjalanan hubungan mereka, dia harus melepaskan James tanpa keraguan.

Ini adalah pengalaman cinta pertama James, Laura menganggap James masih kekanak-kanakan. Sementara Laura telah lusinan kali jatuh cinta dan putus cinta, dia paham betul bila segala sesuatu itu indah pada mulanya tapi pahit di akhirnya. Malam-malam berurai air mata dengan deretan mantannya itu adalah saksi bisu bahwa cinta itu tidaklah abadi dan bersayap, bisa terbang pergi kapan saja.

James mencium bibirnya lagi dan membuatnya sulit berpikir jernih. Mabuk cinta. Laura tak mampu menolak ciuman James yang begitu nikmat dan membuatnya melambung tinggi. Ketika mereka selesai berciuman, bibir Laura terasa bengkak. James benar-benar melahap bibirnya tadi.

 

 

 

 

 

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel