Bab.6. Hadiah Ulang Tahun Dari Joel
Rutinitas Laura di hari kerja selalu sibuk, sebelum berangkat ke kampus, dia harus mengantarkan Jacob dan Joshua terlebih dahulu ke sekolah mereka. Mikha, baby sitter kedua anak kembar itu masih menunggui mereka di halaman depan sekolah untuk mengantar pulang ke apartment di siang hari di saat orangtua mereka bekerja di kampus hingga sore hari.
"Belajar yang rajin ya, Jake, Josh!" pesan Laura seraya mengecup kening kedua putera kembarnya.
"Baik, Mom," sahut Jacob dan Joshua serempak lalu memeluk Laura. Mereka berjalan masuk ke area sekolah sambil melambaikan tangan ke mommy mereka.
Laura pun mengendarai mobil Honda Jazz merahnya ke kampus FKH UGM. Dia sangat sibuk hari ini karena ada jadwal mengajar semester 6 pukul 07.30 WIB.
Kedua suaminya juga sama, mereka mengajar kuliah pagi untuk semester 2 dan semester 4, terutama James yang mengajar di Department of Microbiology memiliki jadwal mengajar kuliah yang padat karena sks mata kuliah itu banyak yaitu 4 sks.
Mereka bertiga berpapasan di lobi depan Lab. Makroanatomi. Kedua suaminya itu keluar dari lift bersama-sama karena kantor mereka berdua ada di lantai 2 sekalipun berbeda letak di barat dan selatan.
"Hai, Honey-ku, sudah mengantar anak-anak?" sapa James sembari mengecup mesra pipi Laura. Sementara Reynold hanya bisa memandanginya saja, di kampus yang diketahui, suami sah Laura adalah Profesor James yang ganteng.
"Sudah, tenanglah. Kalian mengajar kuliah di ruang berapa?" sahut Laura.
"Aku di 103, Prof," jawab Reynold sopan seraya tersenyum dengan mata berbinar menatap Laura.
"Aku di 102, Sayang," sahut James yang merangkul pinggang ramping Laura. Kini dia bebas bermesraan dengan mantan dosennya itu karena sudah berstatus sah sebagai suami, dahulu mereka backstreet dari pihak kampus saat masih berstatus dosen dan mahasiswa.
"Aku ke 101 ya, James, Rey. Sampai nanti," pamit Laura lalu bergegas masuk ke ruang kuliah 101.
Di dalam ruang kuliah 101, para mahasiswa semester 6 sedang asik mengobrol sebelum kuliah dimulai. Laura masuk ke sana lalu menyapa mereka, "Selamat pagi, rekan-rekan mahasiswa. Sudah siap untuk kuliah Patologi Sistemik pagi ini?"
"Pagi, Prof! Siap ...," jawab mereka serempak.
Joel duduk di deretan bangku paling depan. Dia selalu antusias kuliah, mengingatkan Laura kepada kedua suaminya yang juga selalu duduk di deretan terdepan saat dia mengajar mereka dulu.
Tatapan dan senyuman Joel begitu intens kepadanya dan membuat jantung Laura sedikit berdebar aneh. Namun, dia tidak ingin menanggapinya. Dua berondong tampan yang agresif dan posesif saja sudah sangat cukup. Dia tidak ingin menambah pusing dirinya dengan pengagum baru.
"Kuliah kita hari ini akan mempelajari tentang patologi sistem pencernaan. Enteritis atau keradangan pada usus ada beberapa jenis tergantung tingkat keparahan penyakitnya. Ada penyakit yang terjadi dengan fase perakut yang sangat cepat, akut atau cepat, dan kronis atau lama. Kita akan mempelajari lesi patologis yang nampak di dalam jaringan saluran pencernaan ini. Silakan lihat di slide ini, ada infiltrasi sel-sel radang berwarna ungu, sel darah merah yang berwarna merah. Enteritis Hemoragika berarti ada keradangan yang disertai perdarahan," tutur Laura memberikan penjelasan kuliahnya.
Semua mahasiswa memperhatikan penjelasan Profesor Laura yang sederhana dan sangat mudah dimengerti, termasuk Joel. Dia adalah asisten di Lab. Patologi yang baru saja bergabung di Laboratorium PA awal semester lalu.
Hampir satu setengah jam kuliah itu berlangsung dan akhirnya berakhir pada pukul 09.00 WIB. Laura pun mengakhirinya, "Baiklah, karena waktu sudah habis. Bila ada pertanyaan lain, kalian dapat menanyakannya secara pribadi usai kuliah. Terima kasih."
Laura pun duduk di meja dosen untuk membereskan handout kuliah dan slide gambar presentasi kuliahnya sebelum kembali ke Lab. PA.
Kemudian para mahasiswa keluar dari ruang kuliah 101, kecuali Joel. Pemuda itu mendekati meja Prof. Laura.
"Hai, Joel. Ada yang ingin ditanyakan?" sapa Laura ramah.
Senyum terkembang di wajah Joel, dia pun berkata sembari mengulurkan tangan kanannya, "Selamat ulang tahun, Prof. Laura."
Mereka pun berjabat tangan lalu Joel membuka tas ranselnya. Dia mengeluarkan sebuah kotak hadiah berukuran sedang dengan lapisan beledru biru tua. "Prof, ini hadiah ulang tahun dariku," ujarnya.
Laura menerima kotak itu lalu membukanya, ternyata itu berisi jam tangan merk Alexandre Christie seri Night Vision AC 9215. Dia pun berkata, "Apa tidak menghabiskan uang sakumu, Joel? Seharusnya kau tak perlu memberiku hadiah seperti ini."
"Kuharap Profesor Laura akan menerima pemberianku ini," jawab Joel bersikeras.
"Baiklah, aku menghargai pemberianmu, Joel. Terima kasih," balas Laura karena tidak enak hati, Joel sudah repot-repot mencarikannya hadiah ulang tahun yang sepertinya mahal.
Joel mendekati Laura lalu mengambil jam tangan Alexandre Christie itu. "Aku bantu memakaikan jam ini, Prof," ujarnya seraya berlutut meraih tangan Laura.
Jantung Laura mendadak aritmia karena Joel. Dia berdiam diri saat pemuda itu melingkarkan rantai jam tangan warna silver itu ke pergelangan tangan kirinya. Ukurannya sangat pas dan memang tampak indah di pergelangan tangannya.
Pipi Laura memanas dan merona karena malu diperhatikan seperti itu oleh Joel. Dia berkata, "Terima kasih, Joel."
Pemuda itu mengecup telapak tangan Laura sembari menatap wajahnya lembut. "My pleasure, Beautiful," sahutnya.
Laura merasa situasi ini tidak baik-baik saja, dia sudah 2 kali berpengalaman dengan obsesi berondong dan tidak ingin terjebak untuk ketiga kalinya sekalipun Joel sangat tampan dan cerdas, dia keturunan Korea-Indonesia bermarga Kim dari ayahnya yang orang asli Korea Selatan.
"Ehh ... dengar Joel. Aku harap kau tidak menyalahartikan kedekatan kita. Aku sudah menikah dengan Profesor James, kau pasti tahu 'kan?" ujar Laura dengan tegas, dia merasa harus meluruskan hal ini sedari awal. Laura tidak menginginkan campus romance lagi, dia bukan tipe wanita yang suka selingkuh.
Bahkan, pernikahan poliandri yang dia jalani bersama kedua suaminya yang berusia jauh lebih muda itu terjadi karena adanya Jacob dan Joshua, sama sekali bukan pilihannya sendiri. Tidak ada alasan baginya untuk menjalin hubungan romantis dengan Joel, tidak boleh ada rasa kasihan.
"Ya, aku tahu, Prof. Suami Anda juga dosen favoritku. Tenanglah ... aku janji tidak akan berharap terlalu jauh dengan hubungan kita. Aku hanya menyukai dan mengagumimu, Prof. Laura," jawab Joel untuk menenangkan idolanya itu.
"Syukurlah kalau begitu, Joel. Aku hanya mencintai suamiku," balas Laura lalu berdiri dari kursinya. Sebentar lagi pergantian kuliah dan sangat tidak baik bila ada yang melihat mereka berdua seperti ini, bisa menyebabkan salah paham dan memicu gosip.
Tiba-tiba Joel meraih pinggang Laura lalu mendaratkan kecupannya di bibir Laura. Sontak mata Laura membulat karena terkejut setengah mati karena tindakan nekad pemuda itu.
"Happy birthday, Prof!" ucapnya lalu melepaskan pinggang ramping itu. Joel mundur lalu berkata lagi, "sampai jumpa di Lab. PA, Prof."
Mulut Laura masih terperangah saking terkejutnya. Dia kehilangan kata-katanya dan hanya bisa memandangi Joel berlalu dari hadapannya meninggalkannya sendiri di ruang kuliah 101.
Laura pun duduk di kursinya lagi. Helaan napas berat keluar dari dirinya. Dia pun mencebik dan menggerutu, "Katanya disuruh tenang dan tidak berharap terlalu jauh ..., tapi kok nyosor sih! Dasar bocah labil!"