Bab.2. Menjemput Istri Tercinta
Tahun ini usia James menginjak usia 29 tahun, seorang profesor muda di bidang Mikrobiologi. Sementara Reynold sedang menyelesaikan penelitiannya di bidang Parasitologi untuk dikukuhkan gelar profesornya menyusul James.
Reynold memang sengaja menunda meraih gelar profesornya setelah lulus pendidikan doktoralnya di University of Michigan dulu. Saat itu dia seperti mayat hidup karena ditinggalkan oleh Laura dan putranya yang dibawa lari oleh James ke Australia. Masa-masa suram kehilangan semangat hidupnya itu mulai pulih semenjak Laura kembali ke FKH UGM.
Sore itu James sibuk di lantai 2 Department of Microbiology, dia mendapat bagian sebagai dosen penanggungjawab praktikum. Prof. Widya sudah mulai mendelegasikan banyak wewenangnya kepada James yang akan menjadi penerusnya sebagai kepala bagian Lab. Mikrobiologi.
Sementara Reynold masih mengajar kuliah parasitologi umum mahasiswa ekstensi di sore hari hingga pukul 16.00 WIB.
"Dokter Rey, saya Marina, saya ingin bertanya apakah semua parasit darah termasuk protozoa?" tanya seorang mahasiswi mengangkat tangan kanannya.
Reynold pun menjawab, "Ya, benar parasit darah memang termasuk protozoa. Mereka memiliki struktur tubuh uniselular yang dapat menghancurkan sel darah merah atau sel darah putih dengan menginvasinya."
"Berarti parasit darah mirip alien, Dokter Rey?" lanjut mahasiswi itu yang mendapat tertawaan seisi kelas yang menyimak kuliah dari dosen tampan itu tanpa mengantuk padahal sudah begitu sore.
Reynold pun ikut tertawa pelan lalu menjawab, "Saya rasa kemungkinan besar struktur tubuhnya berbeda secara seluler, tapi ... antara alien dan parasit darah memiliki kesamaan yaitu sifat parasitisme mereka yang merusak dan menguasai tubuh inangnya."
"Anda sangat cerdas, Dok. Terima kasih atas penjelasannya," puji Marina sambil melepas senyum manisnya kepada Reynold.
Reynold mengedarkan pandangannya ke seisi kelas. "Sama-sama, Marina. Apa ada pertanyaan lainnya?" ujar Reynold tanpa terlalu memedulikan bahasa tubuh gadis cantik itu.
Seorang mahasiswi lagi mengangkat tangannya untuk bertanya, "Sore, Dokter Rey, nama saya Angie. Saya ingin bertanya berapa lama parasit darah dapat hidup di tubuh inangnya?"
Pertanyaan itu tidak ada jawaban yang pasti menurut Reynold. Dia pun menjawab, "Kita hanya memiliki data penelitian lama fase siklus hidup parasit darah dari reproduksi dan non reproduksi saja Angie. Saya rasa jawaban pertanyaanmu itu relatif, apakah inang mendapatkan pengobatan atau tidak. Jangan terlalu dipikirkan karena saya tidak akan memunculkannya di soal ujian." Dia pun tersenyum pada Angie.
Wajah Angie sontak merona menerima senyuman mematikan dari dosen idolanya itu. Dia pun membalas senyum Reynold seraya menjawab, "Baik, Dok. Terima kasih."
Reynold melihat jam tangan di pergelangan tangannya lalu berkata, "Okay Class, kuliah parasitologi hari ini cukup sekian. Sampai ketemu minggu depan. Selamat berakhir pekan!"
Dia pun duduk di meja dosen sembari membereskan barang-barang bawaannya ke dalam tas kantornya. Ada beberapa handout materi kuliah dan textbook penting yang dia masukkan ke tas itu.
Beberapa mahasiswi yang melewati mejanya menyapanya seraya melemparkan senyum paling memesona untuk dosen ganteng itu. Reynold masih lebih muda 2 tahun dibanding James dan penampilannya pun necis, sangat menarik di mata kaum Hawa yang bahkan usianya berbeda nyaris 8 tahun di bawahnya.
Reynold melangkahkan kakinya menuju ke Lab. PA, tempat dimana bidadari cintanya bekerja. Dugaannya dosen cantik workaholic itu pasti masih berada di kantornya dan sibuk dengan berbagai pekerjaan.
Dan tepat seperti dugaannya ...
Laura sedang membolak-balik berkas skripsi mahasiswa bimbingannya di mejanya. Bibir indahnya yang terpulas lipstik merah muda itu berkomat-kamit membaca tulisan dengan serius.
Pemandangan itu mengingatkan Reynold pada kenangannya saat masih berstatus mahasiswa tingkat bawah dan mengejar-ngejar Laura yang tak lain adalah dosen pembimbing akademiknya kala itu. Dia sering tertegun memandangi Laura di ambang pintu kantor wanita bermata biru saphire itu.
Akhirnya, Laura menyadari kehadiran suami keduanya itu. "Oohh ... Rey, maaf aku tidak menyadari kehadiranmu. Sudah lama menungguku?" ucap Laura seraya berdiri lalu melangkah mendekati Reynold yang sedang tersenyum memandangnya.
"Tidak apa-apa, Cantik. Aku senang memandangimu bekerja," jawab Reynold lalu melingkarkan lengannya di pinggang Laura dan memagut bibir indahnya. Dia pun berkata lagi, "apa belum ingin pulang? Ini sudah sore, Sayang."
"Uhmm ... mobilku ada di bengkel, dinamo starternya terbakar tadi di Ring Road Utara. Aku diantarkan ke kampus oleh Joel tadi. Sepertinya aku harus menumpang mobilmu untuk pulang atau mobil James, tapi dia sepertinya masih sibuk," ujar Laura sembari menautkan kedua tangannya di tengkuk Reynold.
Alis Reynold berkerut saat mendengar cerita Laura bahwa ada pria lain yang mengantarkan istrinya pulang ke kampus. Dia sadar betul sekalipun Laura sudah hampir kepala 4 usianya, tetapi masih sangat cantik di mata banyak pria.
"Pulang denganku saja, Sayang. Kirim pesan ke Bang James saja kalau kamu ikut mobilku," balas Reynold.
Dia pun melepaskan pelukannya di pinggang Laura dan membiarkannya membereskan barang-barangnya sebelum pulang.
Setelah semuanya beres, Laura pun mengunci ruang kantornya lalu menggandeng tangan Reynold menuju ke parkiran mobil di samping gedung PA. Suaminya itu sengaja memarkir mobilnya di situ agar dekat dengan tempat kerja Laura.
Entah terbuat dari apa hati Reynold sehingga cintanya kepadanya begitu awet bagaikan preparat anatomi yang dimasukkan ke dalam formalin, pikir Laura ketika Reynold membukakan pintu mobil Honda Civic barunya untuknya.
Di dalam mobil, Laura mengirim pesan W A ke James, dia mengatakan bahwa Reynold yang mengantarnya pulang dan mobilnya ada di bengkel.
Tak butuh semenit, jawaban pesan dari James masuk ke inboxnya. "Oke, hati-hati di jalan, Honey-ku. Bilang Rey, jangan ngebut, dia bawa istri kesayanganku!"
Laura pun sontak cekikikan membaca pesan James lalu membalas, "Oke, ntar kusampein ke Rey. Kamu lemburkah, Babyboy?"
Pesan Laura seperti begitu kilat dibalas oleh James. "Biasa ada praktikum sore, tapi sudah mau selesai sebentar lagi beberesnya. Tunggu aku di rumah ya, Cantik. Miss you so much!" emoticon kiss dan hati berjejer.
Reynold pun melirik ke arah Laura yang sedari tadi cekikikan dan senyum-senyum sendiri menatap layar ponselnya. "Ada apa, Laura? Dari Bang James ya?" tanyanya penasaran.
"Iya, biasa ... pesan James, nyetirnya jangan ngebut Rey soalnya bawa istri kesayangannya," ujar Laura menyampaikan pesan James tadi ke Reynold.
"Halah ... mana mungkin aku ngebut kalau bawa kamu, Sayang," tukas Reynold menyengir menatap Laura.
"Aku cuma nyampein aja, Rey. Iya, kamu nyetirnya udah pas kok, jarang banget ngebut," sahut Laura.
Rasanya Reynold ingin segera sampai ke Jasmine Park, dia begitu mendambakan sebuah percintaan yang panas bersama Laura sebelum James pulang dari kampus.
Berbagi istri itu bukan hal yang mudah, ada banyak deals yang harus disepakati oleh mereka bertiga. Apalagi kadar kecemburuan James sangat tinggi dan juga posesif pada Laura. Terkadang Reynold harus bersabar dan mengalah ketika menghadapi James. Suami pertama yang sudah menjalani bertahun pernikahan bersama Laura tentunya lebih dicintai.