Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 2

Aku menutupi bagian pipi yang masih terasa sakit karena bekas cubitan tadi. Kulitnya sudah memerah dan perihnya masih terasa.

Aku kembali melirik ke arah Clarissa, dari ujung kepala hingga ujung kaki, wanita itu mengenakan barang-barang mewah. Harganya mungkin bisa langsung membeli mobil baru. Sedangkan aku, membeli kendaraan roda dua saja sudah terasa berat.

Sebelum aku sempat mengatakan sesuatu, Gavin datang dari kejauhan.

Aku melihat dengan jelas bagaimana sifat Clarissa yang tadi terlihat angkuh langsung berubah dalam sekejap. Dengan lembut dan penuh kepolosan dia menggenggam tangan Gavin.

Gavin menatapnya dengan penuh kasih sayang, bertanya mengapa dia masih di sini. Clarissa memberikan alasan yang terkesan dibuat-buat, tapi anehnya, Gavin sama sekali tidak curiga.

Aku hanya bisa diam, menyaksikan Gavin dengan penuh kasih sayang mengelus kepala Clarissa, lalu menyuruhnya untuk menunggunya di tempat parkir.

Aku langsung teringat masa lalu, saat itu Gavin juga sering memelukku seperti itu, dan dengan lembut mengelus rambut panjangku yang halus.

Namun, rambut panjang itu kini telah kupotong pendek agar lebih mudah dirawat, bahkan ujung-ujungnya pun mulai bercabang.

Setelah Clarissa pergi, tinggal-lah aku dan Gavin di sana.

Diaa menatapku dengan tatapan dingin, bayangannya tampak berdiri lebih tinggi dariku, lalu dia membuka suara,

"Apa kamu tidak punya hal yang ingin disampaikan kepadaku?"

Aku terdiam sejenak sambil menarik lengan baju ke bawah untuk menutupi luka bekas sayatan di pergelangan tanganku, kemudian menjawab dengan pelan,

"Selamat atas pernikahan kalian...?"

Awalnya kukira setelah mengucapkan kalimat itu dia akan melepaskanku dan membiarkanku pergi. Namun, aku tak menyangka Gavin tiba-tiba malah mencengkram pergelangan tanganku.

"Savira, apakah kamu sebegitunya kekurangan uang? Sampai harus memakai pakaian seperti ini?"

Matanya memandang sinis ke arah bajuku yang tampak usang dan sederhana.

Memang benar, pakaian seperti ini tidak mungkin akan dipakai oleh diriku yang dulu.

Tapi sekarang, aku tidak berhak lagi untuk merasa tidak nyaman dengan pakaianku.

Aku mengalihkan pandangan, dan dengan suara rendah berkata, "Itu bukan urusanmu... Lepaskan!"

Gavin melepaskan genggamannya dengan kasar. Aku terhuyung dan mundur selangkah agar bisa menyeimbangkan tubuhku. Namun, hatiku dipenuhi rasa pahit, aku menundukkan kepala dan tidak berkata sepatah kata pun.

Ucapannya berikutnya membuatku mengangkat kepala dengan tatapan tidak percaya.

"Kamu membutuhkan uang? Jadilah simpananku. Aku akan memberimu dua ratus juta setiap bulan."

Aku melirik ke arah Clarissa pergi, lalu menatap Gavin, merasa tercengang dengan ekspresi serius di wajahnya. Lalu, dengan tegas aku berkata,

"Bukankah bulan depan kamu akan menikah? Bagaimana mungkin...."

Dia tertawa sinis, nada suaranya penuh dengan ejekan.

"Jangan salah paham. Aku hanya memintamu menjadi simpananku. Aku butuh seseorang untuk melayani hasratku,"

"Clarissa sangat berharga bagiku. Aku ingin memberinya yang terbaik, jadi aku perlu seseorang seperti kamu untuk dijadikan melayaniku."

Nada bicaranya penuh dengan kesombongan, membuat tubuhku seketika kaku.

Beberapa detik kemudian, aku menelan ludah, menggigit bibir, lalu menepis tangannya dengan kasar. Aku memandangnya dengan penuh amarah.

"Aku tidak akan pernah mau menjadi simpanan siapapun. Gavin, jangan pernah bermimpi!"

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel