Bab 7 : New Bodyguard
Kantor agency…
“Terima kasih atas bantuanmu selama ini, Max. Meski aku sadar kalau ucapan saja tidak akan pernah cukup untuk mengungkapkan rasa terima kasihku padamu,” ucap Aura sambil memeluk Max dengan hangat. Pelukan persahabatan karena Aura sudah merasa begitu nyaman dengan Max.
“Jangan bilang seperti itu, Nona. Saya hanya melakukan tugas.”
“Memang, tapi tetap saja selama ini kamu sudah menjagaku dan melakukan tugasmu dengan sangat baik. Dan ini, aku ada sedikit hadiah untukmu. Anggap saja sebagai kado perpisahan dariku jadi tolong jangan menolaknya, okay?” ujar Aura mengiba membuat Max tidak memiliki alasan untuk menolaknya.
“Baiklah, saya akan menerimanya. Terima kasih, Nona.”
“Hmm… setelah ini jangan sampai lost contact, okay?”
“Tentu saja, Nona. Saya akan menerima telepon anda. Kapanpun anda menelepon,” ucap Max yakin membuat senyum Aura merekah lebar. Dirinya memang kehilangan seorang bodyguard handal, tapi setidaknya Aura tidak kehilangan teman terbaiknya!
“Oh dan jangan lupa, aku masih harus mengatur waktu agar dapat bertemu dengan istrimu, Max,” ucap Aura membuat Max menepuk keningnya dengan gemas, sadar kalau dirinya hampir melupakan hal sepenting itu.
“Untung anda mengatakannya, jika tidak saya pasti tidak ingat! Baiklah, saya akan bertanya pada istri saya secepatnya,” janji Max yang dijawab anggukan Aura.
“Aku akan tunggu kabar darimu.”
Sekali lagi, Aura memeluk Max dan berfoto sebagai kenang-kenangan sebelum akhirnya pria itu beranjak keluar dari ruangannya. Dan sekarang Aura hanya bisa bermain ponsel sambil bersenandung lirih, menunggu kehadiran bodyguard barunya.
Aura masih asyik dengan ponselnya saat pintu ruangan terbuka dan terdengar suara Kang Ji Hwan, managernya yang bawel namun baik hati.
“Ini boss kamu. Solois terkenal yang harus kamu jaga, jangan biarkan gadis ini lecet sedikitpun karena dia adalah asset paling berharga bagi kami!”
Itulah prolog yang diucapkan Ji Hwan pada bodyguard baru Aura. Prolog yang terdengar berlebihan di telinga Aura.
Aura menoleh dan memasang senyum, tidak ingin memiliki kesan yang tidak menyenangkan dengan bodyguard barunya di hari pertama mereka bertemu. Namun sayang senyum Aura langsung pupus saat melihat siapa pria yang berdiri tegak di hadapannya. Pria yang menidurinya!
Ya Tuhan! Bagaimana bisa ada kebetulan yang seperti ini? Apakah dunia memang sesempit ini? Atau hanya Aura yang sedang kurang beruntung? Bagaimana sekarang? Apa tidak ada pria lain yang bisa menggantikan Max? Apakah harus pria ini?
Aura bimbang sesaat membuat Ji Hwan mengernyit heran dan terkekeh pelan, menyalah artikan keterdiaman Aura.
“Ae Ra-ya (kata ‘ya’ adalah panggilan akrab dalam bahasa Korea untuk orang yang lebih muda atau memang sudah kenal dekat), aku tau kalau bodyguard baru ini memang tampan, tapi bukan berarti kamu harus terpukau sampai seperti ini kan?” goda Ji Hwan membuat Aura meringis, sadar kalau managernya salah paham.
Tapi Aura juga tidak ingin meralatnya. Memang apa yang harus dikatakannya? Aura tidak mungkin menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada sang manager kan? Pasti dirinya akan terkena masalah!
“Jangan bicara sembarangan, Oppa!” sungut Aura dan beralih menatap Axel, bersikap seperti tidak ada hal yang terjadi di antara mereka.
“Hi, seperti yang sudah diucapkan manager bawelku tadi, namaku Aura Gracesyella Park atau kalau di Korea ini mereka lebih sering memanggilku dengan nama Park Ae Ra meski aku lebih menyukai panggilan Aura,” ucap Aura cuek sambil mengangkat bahu.
Axel yang tidak kalah terkejut seperti Aura berusaha bersikap santai, tidak ingin membuat orang lain curiga. Tidak heran kalau dirinya tampak tidak asing dengan wajah Aura karena wanita itu memang sering hilir mudik di layar kaca, meski Axel tidak terlalu up to date dengan dunia entertainment.
Sekarang di dalam otak Axel berkelebat begitu banyak pertanyaan.
Bagaimana bisa wanita yang datang ke kamarnya adalah Aura, seorang solois terkenal?
Apa Aura memiliki pekerjaan ganda sebagai wanita panggilan? Sepertinya tidak, apalagi kemarin adalah pertama kalinya bagi Aura. Axel tau karena dirinya lah yang mengambil kegadisan Aura malam itu!
Tapi jika tidak, bagaimana bisa mucikari itu mengirim Aura untuk melayaninya?
Namun untuk apa?
Tidak mungkin Aura kekurangan uang kan?
Sebagai solois terkenal yang hampir setiap album dan lagunya booming, tidak mungkin faktor ekonomi yang menjadi penyebabnya! Atau Aura terjebak di dalam dunia pros-titu-si yang biasanya merupakan hal wajar di dalam dunia entertainment? Bisa saja kan?
Tapi tidak mungkin juga, karena jika terjebak dalam dunia pros-titu-si harusnya Aura sudah tidak virgin lagi! Namun nyatanya sampai malam itu Aura masih tersegel! Sungguh, Axel pusing memikirkan kebetulan yang terjadi di hadapannya ini.
Axel menggeleng pelan, masih begitu takjub dengan kebetulan ini hingga suara Aura yang jernih menerpa telinganya, memperkenalkan diri.
“Saya Axel Xavier, bodyguard baru anda mulai hari ini,” jawab Axel mencoba professional.
“Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik,” harap Aura sambil mengulurkan tangan.
“Mohon bantuan anda, Nona.”
Axel membalas uluran tangan Aura sambil membungkuk, memposisikan diri sebagai seorang bodyguard. Bukan sebagai pria yang telah mengambil kegadisan boss barunya!
Aura menoleh ke arah Ji Hwan dan bertanya santai,
“Apa aku ada jadwal lain hari ini?”
“Rasanya tidak ada. Bukankah kamu sendiri yang bilang ingin liburan panjang setelah konser selesai? Maka dari itu aku sengaja mengosongkan jadwalmu! Aku tidak ingin dimarahi olehmu lagi seperti dulu,” balas Ji Hwan mengingat masa lalu dimana Aura meluapkan kekesalannya karena liburan panjang yang gadis itu idamkan harus gagal akibat keteledoran Ji Hwan dalam menyusun jadwal pekerjaan.
Aura terkekeh pelan saat Ji Hwan kembali mengingat masa itu, masa dimana dirinya masih seorang remaja labil. Jadi wajar kan kalau Aura bersikap sedikit menyebalkan? Tapi sekarang berbeda, Aura sudah dewasa dan lebih bisa mengontrol emosinya. Tidak meledak-ledak seperti dulu!
“Good! Aku ingin bersantai dan bermalas-malasan!”
“Silahkan saja. Pergunakanlah waktumu sebaik mungkin. Agency memberimu waktu untuk berlibur selama satu bulan, jadi manfaatkan baik-baik, okay?”
“Okay! Kalau begitu sekarang aku pulang dulu. Jika tidak ada keperluan mendesak tolong jangan menghubungiku, paham? Aku tidak ingin diganggu!” tegas Aura membuat Ji Hwan meringis kecil. Perintah dan sindiran Aura gabung jadi satu di telinganya.
“Siap, Boss!”
Aura melambaikan tangan, meninggalkan Ji Hwan dan juga Axel yang masih termangu dengan pikiran menerawang. Ji Hwan menatap Axel dan bertanya bingung,
“Kenapa kamu masih di sini? Kamu harus selalu berada di samping Ae Ra agar tidak ada fans yang mencelakainya!” tegur Ji Hwan membuat Axel tersadar akan tugasnya dan langsung berlari menyusul Aura.
“Biar saya yang mengemudi, Nona,” ucap Axel sambil mengulurkan tangan, meminta kunci mobil dari tangan Aura.
Wanita itu ragu sejenak sebelum akhirnya menyerahkan kunci mobilnya pada Axel, lagipula pria itu sekarang adalah bodyguardnya. Bukankah dulu Max juga seperti itu? Mengemudikan mobil Aura kemanapun, jadi kenapa kali ini Aura harus merasa ragu? Itu memang tugas Axel kan?
“Anda ingin pergi kemana, Nona?” tanya Axel setelah dirinya berada di balik kemudi dan Aura sudah duduk manis di kursi belakang.
“The garden of morning calm,” ucap Aura lirih.
Ya, Aura ingin menenangkan diri sejenak dari hiruk pikuk keramaian kota, apalagi ini hari biasa dimana umumnya tidak terlalu banyak pengunjung. Aura berharap ketenangan bisa membuat hati dan pikirannya lebih rileks.
“Baik, Nona,” balas Axel patuh meski sedikit heran karena pilihan Aura yang berbeda jauh dengan tebakan awalnya. Axel pikir Aura akan bersantai dengan pergi ke salon, berbelanja gila-gilaan atau hal lain yang sering dilakukan oleh wanita pada umumnya, tapi siapa yang menyangka kalau Aura malah minta diantar ke taman yang jauh dari keramaian? Aneh!