Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

6. Si Bajingan yang Aneh

Tok tok tok!

“Shie, maaf kalau mengganggu kalian. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu terkait jadwal untuk besok,” ucap asisten Shienna setelah mengetuk pintu larut malam. Bryan yang mengenal asisten sekaligus sahabat dari sang istri, hanya melirik sekilas, lantas kembali menyibukkan diri dengan pekerjaan di laptopnya.

“Katakanlah, J.”

“Sejak kau menjadi Nyonya Sanders, wartawan sudah melakukan polling untuk mengetahui siapa saja yang tertarik mendengar klarifikasi darimu.” Jennifer menjeda kalimat demi memastikan reaksi sahabatnya. “Apakah kau bisa melakukan konferensi pers untuk besok?”

“Um ... masalah itu ...”

“Ahem ... jangan lupakan perjanjian antara kita,” timpal Bryan, tak tahan mendengar percakapan seolah dirinya tidak berada di sana. “Apakah kau ingin aku mengatakan di hadapan orang-orang bahwa kau mengandung bayi karena kesalahan?”

Shienna menatap Bryan dengan sorot tajam, kemudian kembali memusatkan perhatian pada Jennifer yang menunggu respon darinya.

“Jennie, maafkan aku. Ada kondisi di mana aku tidak bisa memberikan apa yang mereka inginkan. Pernikahan ini adalah hal yang pribadi. Kau tahu maksudku, kan?”

“Shie, ini penting bagi karirmu. Jika kau tidak memberikan penjelasan, mereka akan memblack list-mu dari daftar berita di media dan itu artinya kau tidak akan bisa mengembalikan ketenaranmu, jika sewaktu-waktu kau ingin kembali.”

Jennifer benar. Bisa saja Shienna ingin kembali ke dunia hiburan. Mungkin nanti, saat bayinya sudah lahir, karena artinya ia tidak akan memiliki urusan lagi dengan Bryan dan ia bisa bebas menikmati hidup dan memutuskan sendiri ingin menjalani kehidupan seperti apa.

Akan tetapi, setiap satu kalimat yang Jennifer ucapkan, Bryan pasti akan melirik Jennifer dan Shienna dengan sorot penuh selidik.

Jennifer akhirnya mendekat ke arah Shienna dan berbisik, “Shie, apakah kau tidak ingin menyuruh suamimu yang posesif itu untuk masuk ke kamar saja? Aku tidak nyaman membicarakan ini di hadapannya. Kau lihat sendiri dia seperti apa!”

Shienna kemudian menoleh pada Bryan. “Aku ingin bicara sesuatu yang pribadi dengan Jennie. Bisakah kau pergi sebentar?”

Bryan bergeming, ia bahkan tidak menoleh ke arah sang istri melainkan masih memusatkan perhatian pada layar di hadapannya. Melihat tak ada respon dari sang suami, Shienna memutar bola matanya.

“Abaikan saja dia. Kita lanjutkan pembicaraan ini, tetapi langsung ke inti,” ujar Shienna sembari meregangkan lehernya. Ia merasakan nyeri pada tulang leher dan punggung karena belum merebahkan tubuh sejak pesta dimulai hingga malam ini.

Sesungguhnya ia bercita-cita ingin tidur lebih awal, karena tak akan pernah ada malam pertama antara dirinya dan Bryan, jadi ia merasa memiliki kesempatan lebih banyak untuk beristirahat. Sayangnya, Jennifer punya pemikiran berbeda, dan memang begitulah kesibukannya sehari-hari selama ini.

“Baiklah. Jadi begini, kau tahu kalau awak media bahkan fans-mu sangat menyukai hubunganmu dan David. Ketika rumor retaknya hubungan kalian mulai beredar, mereka gencar memburumu untuk mendapatkan klarifikasi. Dan jangan lupa bagaimana David memperlakukanmu selama ini. Ia sangat mengistimewakanmu dan menjadikanmu layaknya ratu. Aku harap, Bryan bisa melakukan hal yang jauh lebih baik. Agar media dan para fans tak lagi mengusik kehidupan kalian dengan menyangkut pautkanmu dengan David.”

Jennifer telah selesai menjelaskan panjang lebar apa yang ia inginkan, tetapi baik Shienna maupun Bryan tidak segera memberikan tanggapan. Shienna masih memikirkan perkataan Jennifer dan kembali teringat pada mantan kekasihnya. Ia secara tak sadar membenarkan dalam hati apa yang Jennifer katakan mengenai David.

Sementara itu, Bryan hanya menjengitkan sebelah alis, tampak tak peduli.

“Apakah kalian akan diam terus seperti ini? Katakan sesuatu!” Jennifer mulai tampak kesal.

Wajah dan rambutnya sudah sedikit berantakan karena ia sejak pagi pun sama sibuknya dengan Shienna. Sebagai asisten sekaligus sahabat, tentu saja pekerjaannya jauh lebih banyak untuk mengurus dan melakukan yang terbaik untuk Shienna. Terlebih karena pernikahan ini tidak melibatkan kedua orang tua Shienna.

“Aku tak bisa mengatakan tidak. Kau tahu, aku selalu patuh dengan segala yang kau sarankan. Entah bagaimana dengan dia,” jawab Shienna sembari melirik ke arah Bryan yang kali ini sedang mengetik sesuatu di layar ponselnya.

“Kalau kalian berharap aku setuju dengan usulan kalian. Maaf saja. Aku adalah Bryan Sanders, seorang billionaire dan aku tidak pernah patuh pada perkataan siapa pun.” Ia menjeda kalimatnya dan menoleh pada para perempuan yang duduk tak jauh dari tempatnya. “Aku yang berhak memutuskan.”

Shienna menggeram kesal kemudian bangkit dan memberi isyarat pada Jennifer yang tampak raut bingung di wajahnya.

“Baiklah. Kurasa kita sudah mendapat jawaban dari bajingan ini. Kau boleh pergi, Jennie.”

“T-tapi, Shie. Kau harus mempertimbangkan ini, jika tidak, kau akan menjadi public enemy karena telah melukai perasaan pria yang mereka agung-agungkan untuk jadi pasanganmu. Shienna!” Shienna hendak menutup pintu, tetapi Jennifer menahan dengan lengannya dan menoleh pada Bryan. “Bryan, kumohon pertimbangkan. Kau mencintainya, kan? Aku tahu itu. Kumohon jangan biarkan semua orang berbalik membencinya karena hal yang tidak pernah ia lakukan.”

Bryan masih bergeming, meski Jennifer menatapnya dengan tajam. “Bryan—“

“Kalau sudah selesai, kau bisa kembali ke kamarmu. Bersikap sopanlah, ini malam pengantin kami!”

BRAKK!

Jennifer terjingkat, kemudian memutar tubuh sembari tak henti mengumpati sikap Bryan yang mempersulit Shienna, sahabatnya.

***

Bryan dan Shienna duduk di hadapan ratusan orang dengan kamera, recorder, dan notes di tangan mereka. Semuanya memusatkan perhatian pada perempuan yang selama beberapa tahun telah berhasil menyita perhatian publik karena talenta dan karakter yang bagi sebagian penggemar sangat unik.

Terlebih prinsip Shienna untuk tetap perawan di tengah gempuran gaya hidup gemerlap dan pesta, serta love bombing dari David Emerson, sang mantan kekasih saat mereka masih bersama, menjadi trend di kalangan anak muda.

Akan tetapi, setelah ia dikabarkan menghabiskan malam panas dengan Bryan, masihkah penggemar percaya perkataan Shienna?

“Shienna, apakah kau masih ingat dengan prinsipmu? Kau menjaga keperawanan, bahkan sampai David memilih untuk mencari kesenangan dari wanita lain. Namun sekarang, terdengar kabar kalau kau justru memberikan hal yang kau jaga kepada pria yang ternyata adalah mantan kekasihmu. Apakah ini sudah kau rencanakan? Apakah kau dengan sengaja melakukan ini agar bisa kembali pada Bryan setelah ia menjadi kaya raya? Bagaimana tanggapanmu mengenai berita ini?” tanya seorang wartawan.

Belum sempat Shienna menjawab, pertanyaan lain mulai terdengar. Jennifer berusaha semampunya untuk mencatat setiap pertanyaan yang para wartawan lontarkan, tetapi ia tak henti menatap sang sahabat yang berada di sampingnya, tampak pias dan memandang ke depan dengan tatapan kosong.

“Shienna, apakah kau menikahi Bryan karena hartanya? Bukankah kau berasal dari keluarga berada dan memiliki karir yang bagus serta kekayaan yang tak kalah dengan suamimu? Mengapa kau memutuskan untuk menikahinya? Apakah pernikahan ini hanya untuk bisnis dan sebuah kepentingan? Apakah benar rumor yang menyebutkan kalau kau tengah mengandung?”

“Mengapa ayah dan ibumu tidak terlihat di pesta pernikahanmu kemarin? Apakah mereka tak merestui? Ataukah mereka tak lagi berada di pihakmu, seperti yang mereka lakukan pada saudara kembarmu, Zanara?”

“Shienna, apakah Zanara menghadiri pesta pernikahanmu dan Bryan?”

... dan berbagai pertanyaan yang membuat Shienna merasa kebingungan. Jennifer tak tega melihat Shienna uang tampak kesulitan menghadapi pertanyaan wartawan. Bagaimana pun, ia dan David baru saja berpisah, pasti tak mudah jika terus mengungkit masalah yang ingin sekali ia lupakan.

Jennifer hendak mengambil alih kesempatan untuk menjawab satu per satu pertanyaan wartawan, tetapi urung ia lakukan ketika Bryan mengangkat tangan, member isyarat pada Jennifer untuk tetap di tempat.

Bryan beberapa kali menoleh, memerhatikan, dan memastikan istrinya bisa menjawab semua pertanyaan tanpa ragu. Namun, melihat raut wajah Shienna yang memucat, Bryan dengan wajah dingin bergegas bangkit dan meraih pengeras suara di hadapannya.

“Mohon tenang sebentar. Aku sebagai suami Shienna, akan menjawab pertanyaan kalian satu per satu, karena istriku tampaknya dalam kondisi yang kurang sehat.”

Suara riuh yang semula memenuhi aula Gladiola Palace, seketika sunyi. Suara Bryan yang dalam dan tegas berhasil membungkam kebisingan di ruangan tersebut dan kini giliran pria itu untuk bicara.

“Masalah rumor yang beredar tentang berakhirnya hubungan Shienna dan Tuan Emerson, bisa kukatakan hubungan mereka memang tidak berjalan dengan baik sejak semula. Kalian pasti tahu seperti apa sepak terjang David Emerson. Jika kalian mendengar kabar perselingkuhan, bukan Shienna yang melakukan. Tidak mungkin perempuan yang menjaga keperawanannya lantas berselingkuh.”

Perkataan Bryan membuat Shienna tertegun, lantas mendongak demi bisa menatap wajah pria itu.

‘Benarkah ini Bryan Si Bajingan yang berbicara? Apakah dia salah minum obat sampai memutuskan untuk membela nama baikku?’ batin Shienna sembari mengerjap tak percaya.

“Mengenai malam panas yang kalian rumorkan. Itu tidak seperti itu. Aku memang sejak lama mengejar Shienna, dan berjanji akan kembali jika lagi-lagi pria pilihannya menyakitinya. Dan ketika terjadi, aku tidak tinggal diam. Aku tidak ingin kehilangan dia lagi, karena itu, kuputuskan untuk menjadikannya milikku selamanya. Dan pernikahan kami bukan atas dasar bisnis atau sebuah kepentingan, melainkan karena keinginanku. Tentu saja dengan persetujuan Shienna.”

Shienna mengerjap lagi, menoleh pada Jennifer yang juga tak percaya akan apa yang mereka dengar.

“Dan satu kabar baik untuk kalian. Aku dan Shienna sedang menantikan bayi hasil buah cinta kami. Kami berharap doa terbaik dari kalian untuk kesehatan Shienna dan calon bayi kami.” Bryan menyunggingkan senyum, menoleh pada Shienna yang masih duduk manis di tempatnya.

Tanpa Shienna sadari dan perkirakan, Bryan membungkuk, lantas mengecup bibirnya dengan hangat dan penuh cinta di hadapan para wartawan.

Tak berapa lama, Bryan menjauhkan wajah dari Shienna, mengusap bekas kecupan di sudut bibir istrinya itu, lantas kembali menegakkan tubuh menghadapi para wartawan.

“Kuharap jawabanku ini cukup memuaskan untuk kalian. Apa pun keputusan Shienna, jika kalian mencintai atau membenci sekalipun, biarkan ia menjalani kehidupan dengan baik. Jika ada siapa pun membuatnya bersedih atau menebar rumor tak baik tentangnya, kupastikan aku tak akan tinggal diam.”

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel