5. Kontrak Pernikahan
Prosesi berjalan lancar dan khidmat. Baru kali ini, Shienna melihat perhelatan pernikahan secara langsung karena dialah mempelai wanitanya.
Sementara itu, raut wajah Bryan tidak menunjukkan semringah kebahagiaan, tidak juga tampak sedih. Bisa saja ia sengaja menyembunyikan perasaan karena ia sedang berusaha menjaga image.
Pastilah pernikahan ini bukanlah sesuatu yang mereka harapkan.
Beberapa pemburu berita mulai berdesakan di halaman hall Gladiola Palace, memastikan jalannya prosesi pernikahan Sang Diva dan pengusaha terkaya yang tak pernah terlihat bersama wanita mana pun. Artinya, rumor itu benar, bahwa mereka memang telah menghabiskan malam panas di Palmerston.
Kini para wartawan hanya menantikan klarifikasi dari yang pihak Shienna dan Bryan mengenai berita tersebut.
“Aku sudah meminta beberapa orang untuk datang ke rumahmu dan mengambil semua barang yang kau butuhkan,” ucap Bryan, saat mereka sudah berada di kamar pengantin Gladiola Hotel. Mereka tidak ingin menghabiskan malam untuk berhubungan seks, karena bukan itu yang mereka mau. Hanya saja, pencitraan adalah hal yang mereka butuhkan saat ini.
“Untuk apa?”
“Kau akan pindah ke penthouse-ku setelah kita menghabiskan bulan madu kita.”
Shienna mendengkus, masih menatap ke luar jendela dengan tatapan kosong. Ia tak menyangka kehidupannya harus berakhir seperti ini. Andaikan stok pria di dunia ini habis sekalipun, ia lebih baik tidak menikah daripada harus menghabiskan hidup dengan pria ini. Namun, nasib berkata lain.
“Kau mulai berani mengatur hidupku hanya karena bersedia menikahiku.”
“Aku hanya ingin menjaga bayi itu. Dunia hiburan sangat kejam, Shienna. Bukankah kau tahu itu?”
“Itukah sebabnya kenapa kau tidak pernah terlihat bersama kekasihmu itu? Siapa namanya? Selena Denver, kalau aku tidak salah. Bukankah ia seorang model kenamaan yang juga menghiasi panggung dunia hiburan?”
Bryan tak memberikan respon atas perkataan Shienna. Ia sedang tak ingin membahas Selena. Ia lantas mendekati Shienna dan menyodorkan secarik kertas. Shienna membaca sekilas apa yang tertulis di sana.
“Apa ini? Tidakkah cukup hanya menikahiku dan membiarkanku pergi setelah anak ini lahir? Mengapa harus ada surat kontrak?”
“Agar tak ada satu pun dari kita yang melanggar batasan yang ada.”
Shienna tidak merespon perkataan Bryan, tetapi langsung menilik surat kontrak di tangannya. Ia membaca satu per satu dengan saksama, hingga sepasang matanya menangkap pasal ke sekian yang menyebutkan syarat yang bertentangan dengannya.
“Kau pasti sudah gila! Di sini tertulis aku tidak lagi boleh aktif di dunia entertainment? Apakah kau tahu apa arti profesi ini bagiku, huh?” sentak Shienna dengan kedua bola mata yang seolah nyaris mencelus, sementara Bryan hanya mengedikkan bahu.
“Kita menikah bukan atas dasar cinta, jadi aku tak peduli apakah kau begitu mencintai profesimu atau tidak. Yang kutahu adalah segala keinginanku terpenuhi.” Bryan menatap Shienna dengan tatapan dingin. “Lagi pula, kau tidak menolak atau memberi perlawanan ketika aku menjemputmu. Itu artinya, kau sudah setuju dengan apa pun yang kuinginkan dalam pernikahan ini.”
“Bajingan kau, Bryan! Siapa kau sebenarnya? Kau bahkan tidak seperti Bryan yang dulu kukenal.”
“Memang bukan. Bryan yang dulu sudah mati sejak kau mematahkan hatinya menjadi berkeping-keping. Sekarang, terimalah nasibmu sebagai istri dari Bryan Sanders sang konglomerat yang sebentar lagi akan jadi seorang ayah dari bayi yang kau kandung itu. Tanda tangani dan jalani kehidupan pernikahan kita dengan baik, sayang. Kupastikan kau tidak akan menyesali ini.”
Shienna menggertakkan gigi saking kesalnya. Ia mengambil pulpen yang ada di dalam map, tetapi yang ia lakukan bukan menanda tangani surat seperti yang Bryan inginkan. Ia justru mencoret-coret kertas di pangkuannya sembari terus berteriak histeris. Mirip seperti orang kurang waras.
“Sialan kau, Bryaaan! Kau tidak akan pernah mendapatkan tanda tanganku, bajingan!” Shienna bangkit, meremas kertas di tangannya dan melemparkan ke arah Bryan yang bergeming, tanpa reaksi sedikit pun.
Pria itu hanya mendengkus, kemudian menggeleng tak percaya, melihat tingkah perempuan yang baru beberapa jam menjadi istrinya.
“Bagaimana reaksi para fans-mu jika melihat tingkahmu yang seperti ini, Shienna?” Ia menggeleng lagi, lantas meraih handuk yang tergantung di rak dan melenggang menuju kamar mandi. Ia berhenti sebentar di depan pintu, menoleh pada perempuan yang masih berdiri menatap punggungnya. “Tenang saja, aku masih punya copy-annya. Dan jika sampai batas waktu yang kutentukan kau masih belum bersedia menanda tangani, artinya aku punya hak untuk menduplikat tanda tanganmu meski tanpa izin darimu.”
Bryan berbalik dan melangkah masuk ke kamar mandi meninggalkan Shienna yang kembali berteriak histeris memekakkan telinga.
***
Malam ini adalah malam pertama Bryan dan Shienna menikmati makan malam sebagai sepasang suami istri. Atau mungkin benar-benar malam pertama sepanjang hidup mereka sejak putus lima tahun lalu. Wajah Shienna masih memberengut dan enggan menatap ke arah sang suami, sementara Bryan, justru sebaliknya. Ia tak henti menyunggingkan senyum, meski terpaksa.
Bagaimana tidak? Para wartawan kini tengah berkerumun dan menjadi penonton atas kegiatan mereka, bahkan sejak keluar dari lift. Beruntungnya, Bryan tak pernah lepas dari pengawalan selama dua puluh empat jam sepanjang hari.
“Tersenyumlah, Shie. Kau akan menakuti wartawan dengan wajah cemberutmu itu,” ujar Bryan sembari menikmati steak-nya. Shienna yang masih kesal hanya menyunggingkan senyum terpaksa dengan keseluruhan gigi putih rapinya yang terlihat. “Nah, seperti itu. Meski tetap saja menyeramkan.”
“Aku masih marah atas surat kontrak tadi. Jadi aku tidak mau tersenyum. Biar saja mereka melihat kenyataan kalau aku tidak bahagia” jawabnya.
“Hmm ... baiklah, terserah kau saja. Tapi, mereka tak akan lupa peristiwa lima tahun lalu, Shie. Kau telah memutuskan seorang lelaki yang kini telah berubah menjadi miliuner. Dan kau masih juga menolaknya? Haha ... kau tak berubah sedikit pun. Masih tetap anak manja yang sombong.”
Shienna meletakkan alat makan di tangannya dengan cukup keras sehingga mengundang perhatian lainnya yang juga tengah menikmati makanan, sementara Bryan masih dengan tenang melahap makanan di piringnya tanpa peduli sikap sang istri.
“Kau harus mulai belajar menjaga perkataan dan tata kramamu, Tuan Sanders! Atau aku akan membuatmu merasakan malu seumur hidup.”
“Silakan saja. Kau rupanya tidak cukup mengenalku. Terlalu banyak gosip mencuat tentang diriku dan lihat apa yang kulakukan. Aku diam dan gosip itu ‘puff’ hilang begitu saja seperti magic.” Bryan menggerakkan tangan di udara saat mengucapkan kalimat panjangnya. “Justru sebaliknya. Lihat bagaimana berita tentang kita berkeliaran hingga kau tak lagi bisa menghadapi itu. Atau kau ingin melihatnya?”
Ia mengambil ponsel dari atas meja, menggulir sebentar dan menyodorkan pada Shienna.
‘Seorang artis multi talenta memutuskan sang kekasih, si kaya raya, karena ketahuan berselingkuh.’ Begitu yang tertulis di sana.
Melihat itu, wajah Shienna seketika merah padam.
“Itu baru satu berita. Lihat saja lainnya.”
‘Sang Diva multi talenta telah menghabiskan malam panas dengan seorang miliuner muda yang konon merupakan mantan kekasih yang ia putuskan lima tahun lalu. Apakah itu sebabnya Shienna Miller mengakhiri hubungan dengan David, Si Kaya Raya?’
“Sialan!” Shienna membanting benda pipih ke atas meja dan menatap Bryan tajam.
“Jangan menatapku seperti itu, Shie. Sudah kukatakan padamu, kaulah yang menarik bagi mereka entah itu baik atau buruk. Karena media juga memiliki preferensi. Jika ada kabar buruk mencuat, bisa dipastikan mereka adalah haters-mu.” Bryan menyeruput anggurnya. “Karena itu, lakukan saja apa yang kuminta. Kau hanya perlu menanda tangani surat itu, lalu sudah.”
Shienna tak menjawab, tetapi ketika mereka tiba di kamar, ia sudah mengulurkan tangan pada Bryan. “Bawa kemari surat kontrak yang lain. Aku akan menanda tanganinya.”
Bryan menyunggingkan senyum miring, lantas mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. Tak berapa lama, seorang pria dengan pakaian rapi masuk setelah dipersilakan, lalu menyerahkan sebuah map berisi surat kontrak yang baru.
Shienna dengan cepat merebut benda itu dan membubuhkan tanda tangan di atasnya.
“Kau tidak membacanya terlebih dahulu? Kau tidak tahu kalau aku mungkin saja mengubah atau menambahkan pasalnya,” ujar Bryan. Shienna menyerahkan map pada pria itu kemudian mendengkus.
“Aku tidak yakin kau punya waktu melakukannya.” Shienna kemudian melenggang masuk ke kamar dan melepaskan perhiasan dan aksesoris yang ia kenakan. Sementara Bryan menatap ke mana Shienna pergi dengan tatapan tak terbaca.
“Tapi aku melakukannya, Shie. Aku telah menambahkan beberapa pasal baru di dalamnya. Dan kau sekarang tidak bisa mengelak dari apa pun yang kurencanakan.”