Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 8 - Kenyataan Pahit

Sore itu mata hari memancar cukup panas. Fangyu memutuskan untuk berjemur di tepi laut. Suasana laut cukup sepi. Tak ada para nelayan yang biasanya berada di tepi pantai atau menangkap ikan di tengah laut.

Ia pikir ini saat yang tepat untuk merubah wujudnya. Seraya duduk pada sebuah batu besar di tepi laut, Fangyu mulai mengeringkan tubuhnya.

Tak menunggu lama, ekornya segera berubah menjadi sepasang tungkai yang sudah mengenakan sepatu kain.

Fangyu memekik senang. Ternyata Su Liang tidak berbohong, dia bisa berubah menjadi manusia lagi!

Sembari tersenyum senang Fangyu segera bangkit lalu berjalan menuju pesisir pantai. Ayah dan ibunya pasti sangat mencemaskannya di istana. Sebaiknya ia mengunjungi mereka saja, pikirnya.

Hari mulai gelap saat Fangyu tiba di depan gerbang istana. Beberapa penjaga di sana sangat terkejut melihatnya datang seorang diri dengan berjalan kaki.

Mereka segera memberi salam pada Fangyu, lalu mengantar sang putri memasuki istana.

Setibanya di dalam Fangyu disambut oleh para dayang. Mereka mengatakan sangat mencemaskan Fangyu dan sang permaisuri yang jatuh sakit karena memikirkan dirinya.

Fangyu sangat terkejut mendengar kondisi ibunya. Ia segera berjalan menuju kamar Permaisuri Wen diantar beberapa dayang.

Setiba di kamar sang permaisuri, Fangyu langsung berlari menuju ibunya yang sedang bersandar di tengah ranjang.

Dua orang tabib berada di sana. Mereka sedang mengobati permaisuri yang sudah jatuh sakit selama empat hari terakhir.

"Fangyu!" Permaisuri Wen memekik kaget sekaligus senang melihat putrinya telah kembali.

Ia segera bangkit dan menyambut kedatangan Fangyu. Tangis haru mewarnai momen di mana Fangyu dan sang permaisuri berpelukan. Para dayang ikut serta menitikan air matanya.

"Kenapa baru kembali? Apa yang sudah terjadi padamu? Kau baik-baik saja, kan?" Permaisuri Wen melepaskan pelukannya dari Fangyu.

Dia mengamati putrinya itu dengan penuh teliti. Fangyu masih mengenakan hanfu merah terang seperti saat dirinya meninggalkan istana sepuluh hari yang lalu.

Fangyu menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Aku baik-baik saja, jangan cemas."

Permaisuri Wen tersenyum dan kembali mendekap Fangyu dalam pelukannya.

"Yang Mulia Raja telah tiba!" seruan seorang pengawal yang berdiri di depan pintu kamar Permaisuri Wen.

Semua orang segera memberi salam saat Raja Lin memasuki kamar. Kabar kedatangan Fangyu sudah sampai ke telinganya, oleh karena itu ia segera datang ke kamar Permaisuri Wen untuk melihat keadaan Fangyu.

"Fangyu, bagaimana keadaanmu?

Apa yang terjadi? Ke mana saja kau selama ini?"

Raja Lin segera melempar sederet pertanyaan pada Fangyu saat bertemu sang putri di kamar permaisuri.

Sama seperti sang permaisuri dan semua orang di istana, ia pun sangat mencemaskan Fangyu.

"Aku baik-baik saja, jangan cemas. Aku sudah kembali," jawab Fangyu. Bibirnya tersenyum manis pada pria tinggi yang berdiri di hadapannya.

Sementara Permaisuri Wen hanya memalingkan wajah seraya mengusap air matanya. Bohong jika raja sangat mencemaskan Fangyu, pikirnya.

"Aku sangat bersyukur kau baik-baik saja. Aku sangat mencemaskan dirimu, Fangyu." Raja segera meraih tubuh mungil Fangyu ke dalam pelukannya. Dia sangat senang melihat putrinya sudah kembali dengan selamat.

"Pangeran Agung Xue Yin dan Pangeran Agung Xue Jia telah tiba!" Lagi-lagi seruan penjaga yang berdiri di depan pintu kamar Permaisuri Wen.

Para dayang segera membungkuk dan memberi salam pada dua pangeran agung seraya memberi jalan untuk para mereka memasuki kamar.

Kedua pangeran itu berdiri di antara Raja dan Fangyu. Mereka ikut merasakan kebahagiaan di kamar itu karena adiknya telah kembali dengan selamat.

.................................................................

"Fangyu, katakan di mana kau selama ini? Apakah para prajurit dari kerajaan Selatan yang sudah menculikmu?"

Permaisuri Wen berkata saat dirinya dan Fangyu hanya berdua saja di kamarnya. Keduanya sedang duduk pada bangku di sudut kamar.

Permaisuri memegang kedua tangan Fangyu dengan tatapan lembut.

Fanyu masih terdiam. Ia sedang didera dilema yang besar saat ini.

Apakah dia harus menceritakan pada ibunya jika dirinya telah dikutuk oleh Raja Laut menjadi mermaid.

Dia yakin pasti Permaisuri Wen tidak akan percaya padanya. Karena ini memang sulit untuk dipercaya. Kini dirinya adalah manusia setengah ikan, mermaid dari laut Timur.

"Bu, jika aku mengatakan yang sebenarnya apakah kau akan percaya?" tanya Fangyu.

Sepasang matanya tampak berkaca-kaca. Ingin rasanya ia menangis dalam pangkuan sang ibu. Kenyataan ini sangat menyedihkan.

Permaisuri Wen menatapnya dalam. Ada kesedihan di manik mata Fangyu yang hitam memancar. Apa yang sebenarnya sudah terjadi pada putrinya ini?

Apakah sekelompok pria telah menculiknya dan melakukan hal yang buruk padanya? Beragam pertanyaan dan pikiran buruk yang kemudian muncul di kepala tanpa yakin kebenarannya.

"Fangyu, aku adalah ibumu. Tak ada yang lebih percaya padamu selain diriku. Katakanlah apa saja yang ingin kau katakan. Aku akan mendengarnya dengan baik dan percaya padamu," lirih Permaisuri Wen.

Dia pun hampir menangis dan berusaha tetap tegar jika memang hal buruk yang akan dirinya dengar dari Fangyu.

"Bu, aku sekarang bukan lagi Putri Lin Fangyu putrimu, tapi aku kini adalah sosok mermaid, manusia setengah ikan," lirih Fangyu.

Akhirnya ia tak bisa lagi menahan bulir bening yang berjatuhan di kedua pipinya.

Permaisuri Wen terdiam dalam rasa terkejutnya mendengar ucapan Fangyu.

Mermaid?

Apa maksudnya?

Dia tak mengerti, dia butuh penjelasan yang lebih rinci lagi dari Fangyu.

Permaisuri Wen segera bertanya untuk memperoleh jawaban dari teka-teki di kepalanya.

"Raja laut telah mengutukku menjadi mermaid. Aku tak bisa bertahan lama di daratan. Aku hanya bisa hidup di dasar laut. Aku tak bisa tinggal di istana ini lagi bersama kalian," lirih Fangyu. Dia menjatuhkan wajahnya di hadapan Permaisuri Wen.

Tangisnya terpecah semakin jadi. Tetapi dirinya lega karena sudah mengatakan segalanya pada ibunya.

"Tidak, Fangyu! Itu tidak mungkin! Kau adalah Putri Agung Kerajaan Timur. Kau kebanggaan kami! Bagaimana mungkin kau akan pergi meninggalkan istana Dongjin? Kerajaan ini akan kehilangan kehormatannya jika kau tak berada di sini, Fanyu!"

Permaisuri Wen tampak sangat shock mendengar semua cerita Fangyu.

Setelah menangis ia segera memerintahkan pada penjaga untuk memanggil sang raja. Mereka harus bicara dengan Raja Laut atas kutukan yang sudah dirinya lontarkan pada putri mereka.

"Bu, tidak. Aku mohon jangan katakan hal ini pada Ayah. Aku tak ingin semua rakyat Timur mengetahui keadaanku yang seperti ini. Maafkan aku. Aku harus kembali ke laut sekarang."

Fangyu segera bangkit. Dilepaskan genggaman tangannya dari Permaisuri Wen. Dia bergegas meninggalkan kamar itu.

"Fangyu!" jerit Permaisuri Wen.

Ia segera menyusulnya.

............................................................

Fangyu berlari meninggalkan istana di malam hari. Permaisuri Wen mengejarnya sekuat tenanga.

Lingkungan istana cukup sepi, hanya ada beberapa pengawal yang sedang berjaga-jaga di sekitar istana. Raja Lin dan kedua pangeran sudah tertidur pulas di kamar masing-masing.

Fangyu memerintah pada dua penjaga untuk membukakan pintu gerbang istana untuknya. Tak banyak bicara kedua penjaga itu segera membuka pintu gerbang.

Sang putri segera berlari melanjutkan langkahnya menuju laut Timur. Dadanya terasa sesak. Dia sangat membutuhkan air saat ini juga untuk memulihkan tubuhnya.

"Fangyu, tunggu!" Permaisuri Wen masih berlari mengejar Fangyu sampai ke depan pintu gerbang istana.

Dua pengawal sangat terkejut melihatnya. Mereka bertanya pada sang permaisuri. Namun, Permaisuri Wen tak menjawab. Ia hanya memerintah mereka untuk membuka pintu gerbang.

Dengan rasa cemas yang hampir membunuhnya, ia segera berlari lagi untuk mengejar Fangyu.

Jubah tebal warna hitam yang ia kenakan terseret di tanah menuju laut timur. Napasnya terengah-engah setibanya di tepi pantai.

Langkahnya terhenti melihat Fangyu yang sedang berdiri di tepi laut. Dengan tertatih-tatih ia kembali berlari menuju putrinya itu.

"Fangyu," ucapnya setelah berdiri di samping sang putri. Tatapannya lelah disertai dadanya yang masih kembang kempis mengatur napasnya.

"Ibu, kembalilah ke istana Dongjin. Aku akan kembali ke laut," pinta Fangyu. Ia menoleh satu kali pada wanita di hadapannya sebelum memutar tubuhnya kembali menghadap laut.

"Fangyu!" Permaisuri Wen menjerit melihat sang putri terjun ke laut.

Dia menyapu pandangan ke sekitar dengan wajah diliputi kecemasan.

Dimana Fangyu?

Dia mulai ketakutan. Kemudian Fangyu muncul ke permukaan air. Permaisuri Wen membulatkan sepasang manik matanya melihat wujud Fangyu saat ini.

Mermaid?

Dia menggelengkan kepalanya seraya mundur menjauh dari tepi laut.

Aura kecemasan di wajahnya berubah menjadi aura ketakutan melihat wujud putrinya yang setengah ikan.

"Aku akan tetap berada di laut.

Ibu boleh datang jika merindukan diriku," ucap Fangyu.

Ia segera memutar tubuhnya dan berenang menuju ke tengah laut.

Permaisuri Wen menjatuhkan kedua lututnya, lemas. Dia benar-benar tak bisa menerima kenyataan ini.

Putrinya telah berubah menjadi sosok mermaid. Ini tidak mungkin!

"Fangyu!" Permaisuri Wen menjerit histeris di tepi laut.

Fangyu hanya menangis sunyi mendengarnya. Namun ia tetap berenang menuju dasar laut.

Semua sudah terjadi. Kini Permaisuri Wen harus menerima kenyataan ini. Seperti dirinya yang sudah mulai beradaptasi dengan kehidupan barunya sebagai bangsa mermaid.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel