Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

HMT 2 - Sejarah Hitam Kerajaan Dongjin

Di malam yang gelap dan hawa dingin yang ditimbulkan oleh laut, terisak-isak Fangyu meratapi nasibnya. Terbayang semua yang pernah dirinya lakukan semasa di istana.

Mengganggu para pejabat istana dan membuat onar adalah kebiasaan buruknya setiap hari. Air mata Fangyu bercucuran tak bisa dibendung lagi. Semua kini telah berakhir. Dirinya harus menerima kutukan Raja Laut.

Masih dengan isak tangis yang pilu, Fangyu berusaha menjangkau laut menggunakan kedua tangannya. Tubuhnya yang setengah ikan diseretnya menuju air dingin di sana. Ekornya yang besar terseok-seok di atas pasir.

Fangyu yang malang telah berubah wujud menjadi sosok mermaid yang begitu cantik dengan warna sisik kebiruan yang menyala diterpa cahaya rembulan. Indah sekali. Namun semua itu tentu saja tak membuatnya senang.

Bukan kebebasan seperti ini yang ia inginkan, menjadi mermaid, tapi kebebasan layaknya para gadis di desa nelayan yang pernah dilihatnya.

Namun semuanya kini sudah terjadi. Entah kehidupan seperti apa yang akan dirinya lalui setelah ini.

Berangsur-angsur Fangyu akhirnya tiba di tepi laut.

Ekornya bergerak-gerak lincah terkena air. Persis seekor ikan yang menemukan air setelah kepanasan di darat. Wajah dibanjiri air mata itu menoleh ke darat. Lampu-lampu kecil istana terlihat olehnya dari atas bukit yang menjulang tinggi di seberang sana.

Itu adalah rumahnya, tempat asalnya Kerajaan Dongjin. Tapi kini dia tak mungkin bisa ke sana lagi dengan wujud yang seperti ini.

Fangyu kembali menjatuhkan air matanya yang berubah menjadi butiran mutiara setelah menyentuh karang di dasar laut.

Perlahan ia mulai memutar tubuhnya meninggalkan tepi laut. Menyelam ke dasar dan mulai beradaptasi dengan dunia barunya.

Fangyu bukan lagi seorang putri yang gemar membuat onar di istana Dongjin. Kini dirinya adalah sosok mermaid yang hanya bisa bertahan lama di dalam air.

Namun Raja Laut memberinya kelebihan, Fangyu bisa memperoleh kedua tungkainya jika kembali ke darat. Hanya saja sebagai sosok mermaid dirinya takkan bisa bertahan lama jika jauh dari laut.

Fangyu menerima semua kenyataan ini. Dirinya berpikir, mungkin ini adalah hukuman dari Maha Dewa untuknya.

Mermaid cantik itu terus berenang menyelami laut. Ekornya bergerak lincah dan terlihat sangat indah di terpa sinar rembulan yang menerobos dari permukaan air laut.

............................................................

Raja Lin sangat murka pada kedua putranya, Xuan Yin dan Xuan Jia. Kedua pangeran itu sudah gagal menemukan Fangyu.

Entah apa yang harus dirinya katakan pada Raja Barat esok. Fangyu harus segera ditemukan bagaimanapun caranya.

Permaisuri Wen hanya terdiam dalam kesedihan yang panjang dan tak henti memikirkan Fangyu. Ke mana hilangnya putrinya itu? Apakah para musuh telah menculiknya?

Tak ada pikiran baik yang muncul di kepalanya, melainkan pikiran buruk akan keselamatan Fangyu.

"Bagaimana ini? Raja Zhang pasti akan sangat murka padaku, jika sampai hari esok Fangyu tak juga ditemukan. Perang besar akan terjadi."

Raja Lin berkata pada Penasehat Baijue yang berdiri di belakangnya. Keduanya sedang berada di ruangan rapat istana saat ini.

"Anda tak perlu mencemaskan hal itu, Yang Mulia. Jenderal Nangmo sudah membawa balatentara untuk mencari Putri Fangyu. Tenangkan diri Anda," ucap Penasehat Baijue mencoba menenangkan hati sang raja yang sedang didera rasa takut dan gelisah.

Pasalnya, Raja Lin sudah menerima tawaran dari Raja Zhang untuk menikahkan Fangyu dengan putra mahkota kerajaan Tongjiang, Pangeran Zhang Su Liang.

Raja Lin sangat berharap dari pernikahan Fangyu dan Su Liang ini bisa menambah kekuatan kerajaan Dongjin.

Akan tetapi, benar-benar diluar dugaannya. Kini Fangyu malah hilang entah ke mana.

Meski rencana pernikahan itu belum sampai ke telinga rakyat dan negeri-negeri tetangga, namun tentu saja Raja Zhang akan tetap murka karena masalah ini.

"Aku tetap tak bisa duduk tenang dan menunggu Jenderal Nangmo kembali. Dan bagaimana jika mereka gagal menemukan Fangyu? Apa yang harus aku katakan pada Raja Zhang?"

"Ada seorang rakyat yang melihat Putri berlari menuju pantai Timur. Mungkinkah Putri Fangyu tenggelam di laut?" Baijue bicara lagi.

Kali ini nada bicaranya lebih lirih dan menekan. Seperti halnya sang raja, dirinya juga sangat mencemaskan Fangyu dan kelangsungan kerajaan Dongjin.

"Jika benar begitu, cepat perintahkan pada Jenderal Hua untuk menyisir seluruh pantai Timur dan lautan.

Aku tak mau terjadi hal buruk pada putriku. Fangyu harus kembali dengan selamat dan menikahi Pangeran Su Liang."

"Titah Yang Mulia akan segera saya laksanakan."

Setelah memberi hormat Baijue segera meninggalkan ruangan rapat.

Raja Lin mengusap janggut hitamnya ke bawah. Dia berharap Fangyu segera ditemukan. Dan saat itu juga Permaisuri Wen menemuinya.

Permaisuri mengatakan jika Fangyu sebelumnya sudah mengetahui rencana pernikahannya dengan pangeran dari Barat.

Permaisuri Wen yang mencemaskan Fangyu akhirnya melampiaskan emosi dengan memarahi Raja Lin. Mengatakan jika sang raja sudah memaksa Fangyu untuk menikah. Oleh karena itu putrinya kabur dari istana.

Padahal kenyataannya sama sekali tak seperti itu. Fangyu tidak menyimak dengan sungguh saat sang raja bicara padanya tentang rencana pernikahannya dengan Putra Mahkota Zhang Su Liang.

Fangyu yang tak begitu suka menyimak kurang tangkap pada maksud ucapan Raja Lin saat itu.

"Xue Ying, kau tidak bisa menyalahkanku atas kepergian Fangyu. Ini semua karena kau selalu memanjakannya. Fangyu tumbuh menjadi anak yang pembangkang!"

"Ya, aku memanjakannya karena Fangyu adalah putriku. Tapi kau? Kau bahkan bukan ayah kandungannya!"

"Xue Ying! Jaga ucapanmu itu. Kau sudah membuka aib-mu sendiri!" Raja Lin menunjuk wajah Permaisuri Wen dengan tatapan geram.

Dia sangat tidak suka istrinya menyinggung hal itu lagi. Ia tak mau mendengarnya.

"Kenapa? Kau takut para petinggi istana mendengar semua ini? Aku tak perduli. Karena kenyataannya Fangyu memang bukan putrimu, bukan darah dagingmu!"

"Wen Xue Ying!"

Raja Lin mengangkat tangan kanannya hendak menampar mulut sang permaisuri. Rahangnya menggeletuk dengan bibirnya yang bergetar-getar menahan emosinya.

Sementara Permaisuri Wen hanya mendongkak padanya tanpa aura ketakutan sedikit pun di wajahnya.

Lin Jiang Fu, merupakan pria yang sangat baik dan memiliki tingkat kesabaran untuk menghadapi sikap dan perilaku istrinya yang buruk.

Permaisuri Wen, dia telah tidur dengan seorang jenderal saat Raja Lin sedang pergi berperang.

Perang itu berlangsung cukup lama. Dan saat sang raja kembali ia terkejut melihat perut Permaisuri Wen tengah membuncit. Istrinya sedang hamil tua saat itu. Dan itu adalah hasil hubungan gelapnya dengan Jenderal Huang Cheng.

Sebagai seorang suami dan pria yang terpandang, Raja Lin memutuskan untuk menyembunyikan aib ini dan menerima bayi haramnya itu.

Sementara jenderal busuk itu harus tewas di penggal secara diam-diam. Raja Lin berusaha melupakan semua itu dan menyayangi Fangyu seperti putrinya sendiri. Namun kematian Huang Cheng membuat Permaisuri Wen sangat membenci Raja Lin.

Benar-benar tak tahu malu!

Sang permaisuri bahkan mengaku jika dirinya lebih bahagia bersama Huang Cheng daripada bersamanya. Namun sang raja hanya terdiam seperti orang bodoh.

Semua ini dirinya lakukan demi melindungi kehormatan dan martabat Kerajaan Dongjin yang sudah Permaisuri Wen hanyutkan ke comberan.

Hubungan Raja Lin dan Permaisuri Wen hanya terlihat harmonis di depan rakyat dan para petinggi istana saja. Sedang di belakang semua itu, keduanya sama sekali tak pernah saling menatap selain tatapan dingin yang mereka lontarkan pada satu sama lain.

Sebenarnya Raja Lin ingin menceraikan Permaisuri Wen dan mengembalikan sang istri ke Utara, negeri tempatnya berasal.

Namun leluhur dinasti Lin tak pernah merestui adanya perpisahan pada setiap pernikahan para keturunannya. Akhirnya raja hanya bisa memikul rasa sakitnya sampai hari ini.

"Aku tak pernah bahagia bersamamu sejak kau menikahiku dan membawaku ke istana ini. Hanya Fangyu cahaya kecil kebahagiaan hidupku. Aku takkan membiarkan kau hidup tenang jika sampai terjadi hal buruk pada Fangyu. Kau dengar itu, Lin Jiang Fu?!"

Setelah mengeluarkan semua bisa racunnya pada Raja Lin, Permaisuri Wen segera melenggang pergi meninggalkan pria tampan dengan jubah dan pakaian mewah kebesarannya.

Benar-benar kejam dan tak punya perasaan. Bahkan Permaisuri Wen memalingkan wajahnya dari tatapan sang raja tanpa merasa berdosa sedikit pun.

Raja Lin hanya terdiam dalam sepinya. Dia berpikir setelah kelahiran Xuan Yin dan Xuan Jia mungkin Permaisuri Wen akan berubah dan menjadi istri yang semestinya.

Ternyata dugaannya salah. Wanita angkuh itu memang takkan pernah berubah meski ia mengurungnya di penjara bawah tanah sekali pun.

Permaisuri Wen tetap seorang putri angkuh yang dinikahinya setelah memenangkan perang besar di negeri Utara. Permaisuri Wen sangat membencinya karena ia telah membunuh ayah dan ibunya sewaktu perang.

Raja Lin menghela napas berat. Semua kenangan itu tak layak untuk diingat lagi, pikirnya.

"Kau telah salah menilaiku, Xue Ying. Meski Fangyu bukanlah darahku, tapi aku sangat menyayanginya." Ia bicara sendiri dengan nada lirih.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel