Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

BAB 7

Bab 7

HAPPY READING

***

Poppy menatap dress berbahan satin berwarna nude tanpa payet yang menggantung di kamarnya. Dress itu memang di sediakan langsung oleh pihak pasangan untuk acara pertunangan besok. Saudaranya bernama Aksa akan bertunangan, namun ia sama sekali tidak memberi tahu Nathan akan hal ini. Menurutnya pertunangan saudara tidak perlu dibicarakan oleh kekasihnya, karena Aksa dan Neny melakukan secara private yang dihadiri oleh keluarga inti saja.

Semakin ke sini, ia semakin ragu dengan hubungannya dengan Nathan. Ia tidak tahu kenapa membuatnya ragu seperti ini. Apakah karena adanya Harvey? Sepertinya pria itu sangat berpengaruh dalam hidupnya.

Poppy memandang langit-langit plafon, ia menatap lampu membuatnya sedikit silau. Ia tahu bahwa Harvey lah yang membuat hatinya terombang-ambing seperti ini. Ia baru beberapa bulan bekerja dengan pria itu, membuat hatinya semakin goyah. Benar kata Nathan atasannya itu bisa mempengaruhinya. Wajar seorang Nathan, cemburu, tidak suka melihatnya lembur, seharian dengan Harvey. Ia tidak bisa membayangkan Nathan tahu kalau dia pernah ciuman dengan Harvey.

Poppy mendengar suara ponselnya bergetar, ia melihat nama “Nathan Calling” pada layar ponsel. Ia sebenarnya sudah ingin tidur, mungkin karena efek minum beer tadi membuatnya ngantuk. Ia melihat ke arah layar ponsel menunjukan pukul 20.01 menit, ia menggeser tombol hijau pada layar, ia letakan di telinganya.

“Iya, Nat,” ucap Poppy, ia mengibah posisi tidurnya menyamping.

“Kamu di rumah?” Tanya Nathan.

“Iya, aku di rumah. Mau tidur, ngantuk banget,” ucap Poppy.

“Kamu di jalan?” Tanya Poppy.

“Iya. Kebetulan lagi macet banget di Senayan. Di depan ada kecelakaan gitu katanya.”

“Kamu hati-hati bawa mobil.”

Nathan tersenyum, “Iya.”

“Kamu sudah makan?”

“Masih kenyang sih, nggak makan malam. Kamu ?”

“Tadi udah di kantor. Capek aku, kayaknya pulang kerja langsung mandi dan tidur,” ucap Nathan, pulang pengennya langsung tidur.

“Yaudah, aku lanjut jalan lagi ya sayang.”

“Iya.”

Poppy mematikan sambungan telfonnya. Ia masih memandang ponsel sambil menunggu tidur. Ia iseng membaca ramalan bintang. Ia tidak tahu kenapa ramalan zodiak masih diburu banyak orang. Yang ia pertanyakan dari mana penulis artikel tersebut mendapatkan sumber referensi? Ia memang tidak percaya zodiac, namun jika zodiac isinya bagus-bagus dan isinya positif ya ia percaya, dan kalau jelek tidak ia pikirkan.

Apa ia mempercayai zodiac? Ya, tentu saja ia nggak terlalu percaya, ia hanya hobi membacanya saja menjelang tidur seperti ini. Mungkin orang banyak yang percaya, ia tahu bahwa manusia itu sangat khawatir tentang masa depan, oleh sebab itu mereka berusaha mencari garansi. Baca ini karena mengisi jam kosong saja, lagian isinya banyak yang terlalu umum, sudah pasti orang banyak yang merasa, ih itu aku banget.

Ia pernah baca dari Twitter ada salah satu contributor majalah yang pernah menulis kolom zodiac. Beliau sendiri mengaku kalau tulisannya itu hasil karangan bebas. Tidak ada bedanya dengan primbon. Namun ia tetap membacanya.

Umum : Jadilah orang yang ambisius dan menantang diri sendiri, tetapi ketahuilah bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini.

Poppy merasa bahwa ramalan ini ngaco, ia sama sekali tidak berambisi dalam karir. Sebenarnya jika ia tidak kerja juga ia tidak menjadi masalah, toh papa dan saudaranya Aksa selalu memberinya uang tanpa ia minta. Bahkan ia juga bisa memilih mobil apa saja yang ada di gerasi.

Love : Kamu sedang mengebu-ngebu dan penuh cinta. Ada seseorang yang memenuhi cinta ambisimu.

Poppy mengerutkan dahi, pikirannya langsung terkoneksi dan dia adalah Harvey. Oh Tuhan, kenapa tiba-tiba ia kepikran tentang Harvey. Harvey tidak ada sangkut pautnya dengannya. Ciuman kemarin membuatnya semakin gila, jika melamun sedikit ia berpikiran tentang pria itu, padahal selama ia dengan Nathan. Ia tidak pernah memikirkan kekasihnya itu. Ia kembali melanjutkan bacaanya.

Keuangan : Kondisi keuangan belum menguntungkan karena ada beberapa masalah yang harus di hadapi.

Untuk maasalah keuangan, ia tidak terlalu mempermasalahkannya, dan ia tidak juga perlu berhemat. Karena dengan uang gajinya sebagai sekretaris itu sudah lebih dari cukup untuk ia shopping bersama Bella di Senayan. Poppy tertegun melihat notifikasi masuk dari Harvey, ia melihat pesan singkat itu.

Pak Harvey : “Good Night, Poppy.”

Ada terbesit baahagia ketika pria itu memeberinya pesan singkat. Ia tahu bahwa bahagia itu bukan prihal nominal namun emosional di dalamnya. Dia itu seperti menyederhanakan kebahagiaan. Poppy tidak membalas pesan singkat itu, ia membiarkan ponselnya di samping bantal dan ia memejamkan mata. Biarkan ia larut dalam mimpi manis bersamanya.

***

“Tumben mama datang ke sini?” Ucap Harvey menatap mama melangkah menuju teras. Karena tidak biasanya sang mama datang tiba-tiba seperti ini.

“Tadi mama kebetulan mau K-Mart deket rumah kamu. Soalnya Maikel cerita ,dari kemarin Rara pengen makanan korea. Maikel nyaranin beli langsung ke restoran korea, tapi Rara pengen yang di masak langsung di rumah. Yaudah sekalian tadi mama Ke Ranch Market, langsung mampir bentar ke sini. Ternyata kamu belum berangkat.”

Mama memandang putra keduanya, ia melihat rumah Harvey masih dalam keadaan rapi. Walau mereka tinggal di Jakarta untuk ngumpul bersama itu sulit sekali. Karena anak-anaknya memiliki kehidupa tersendiri dan mereka sudah dewasa.

“Terus gimana kamu?”

Harvey mengerutkan dahi, “Gimana apanya ma?”

“Calon istri kamu siapa?”

Harvey lalu tertawa geli, “Oh God, pacar saj,a aku belum punya loh ma. Nanyain calon istri segala.”

“Yah, siapa tau ada.”

“Enggak semudah itu lah, cari calon istri. Emangnya Maikel. Maikel aja nikah karena video 20 detik. Mama tanya Armand aja dulu, dia kan yang udah punya pasangan.”

Mama melipat tangannya di dada, “Dia sama aja, enggak jelas. Udah berkali-kali mama suruh nikah sama Amber, nggak ada kejelasan hingga sekarang.”

“Yaudah, mama fokus aja sama Maikel dan Rara. Beberapa bulan lagi kan, Rara ngasih cucu,” ucap Harvey, ia kembali duduk di kursi. Ia menatap bibi bergegas menyiapakan minuman melihat orang tua sang majikan datang.

“Bi, jangan repot-repot buat minum, ibu cuma sebentar ke sini.”

“Baik bu,” ucap bibi.

“Mama kan pengennya dari kamu juga, Har.”

“Ya ampun mama. Nanti ya kalau udah ada yang pas. Nanti aku langsung deh bawa ke mama.”

“Siapa?”

“Nanti, kalau ada. Sekarang ya nggak ada.”

Mama beranjak ia menatap Harvey putra ke duanya. Ia melirik jam sudah menunjukan pukul 09.10 ia tahu bahwa Harvey akan ke kantor.

“Kamu mau ke kantor?”

“Iya. Tadi mama ke sini macet nggak.?

“Lumayan.”

Harvey dan mama melangkahkan kaki menuju pintu utama, ia menatap mama yang sudah bersiap untuk masuk lagi ke dalam mobil.

“Kamu kapan mau ke rumah?” Tanya mama.

“Nanti deh, masih banyak kerjaan.”

“Ajak pacar kamu juga.”

Harvey lalu tertawa, “Oh Jesus, sudah berapa kali aku bilang ke mama. Kalau ada nanti Harvey langsung kenalin.”

Harvey mendekati sang mama, dan memeluk tubuh itu, “Mama hati-hati di jalan.”

“Iya.”

Harvey melihat mama masuk ke dalam mobil, ia melambaikan tangan kepada sang mama. Ia melihat mama melambaikan tangan kepadanya balik. Padahal K-Mart hanya beberapa meter dari rumahnya. Harvey membuka kunci central lock. Ia masuk ke dalam mobil dan menyimpan tasnya di samping. Ia memanuver mobil menuju kantornya.

***

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel