Pustaka
Bahasa Indonesia

TERJERAT NAFSU PRESDIR

58.0K · Tamat
Ayu Wandira
27
Bab
22.0K
View
9.0
Rating

Ringkasan

21 AREA DEWASA DI BAWAH UMUR MENYINGKIR Sementara Luna memejamkan mata, menikmati setiap sentuhan dan kecupan yang diberikan oleh pak Wiga. Ini di luar kendalinya, ia benar-benar ngefly. Ia pernah merasakan ciuman dari mantan-mantannya terdahulu, namun ciuman pak Wiga lah yang paling kissable, dia sangat piawai melakukannya dan memabukan. Bibir mereka masih membelit dan Luna mengalungkan tangan ke lehernya. Ia tidak bisa bernafas karena saat ini, yang ia pikirkan menghisap bibir, memainkan lidah dan bertukar saliva. Semakin ke sini, cara mereka berciuman semakin liar tidak terkendali. Seolah-olah esok akan kiamat. Tangan Wiga, merambah ke tubuhnya yang lain, jemari-jemarinya menyentuh paha, dan dress nya tersibak ke atas. Dia mencoba memasukan tangannya ke celana dalamnya dan menyentuhnya secara perlahan. Ia meraskaan di area permukaan inti yang sudah basah, ia masih menciumnya penuh nafsu dan panas. Wiga sadar bahwa mereka berada di bar, tidak memungkinkan untuk melakukan di sini.

RomansaMetropolitanPresdirBillionaireDewasaLove after MarriageSweetWanita CantikTuan Muda

BAB 1

Selamat Membaca,

***

“Ini bagus nggak?” tanya Manda kepada Luna yang memperlihatkan jas berwarna hijau yang dibelinya tadi siang di Mango lantai bawah.

“Enggak bagus,” ucap Luna ia memasukan ayam goreng krispi ke dalam mulutnya.

“Kata Hana ini bagus,” Manda memperlihatkan jas barunya.

Luna memutar memorienya dan ia sering mendengar nama Hana, “Hana anak finance?” Tebak Luna.

“Iya, sekantor sama gue lantai atas dulu pas gue masih jadi finance,” ucap Manda, memperhatikan penampilannya lagi di cermin persegi.

Luna memutar kursi Manda karena ia ke sini hanya numpang makan sebentar. Luna menatap penampilan Manda sahabatnya. Bulan lalu Manda berada di divisi finance. Namun tanda tangan kontrak pembaharuan dipindahkan menjadi divisi marketing dengan jabatan supervisor dan statusnya menjadi karyawan tetap.

Luna memperhatikan blezer welt pocket itu, menurutnya sangat trendi. Potongan regular fit dan terlihat elegan. Namun warna blezer itu terlihat sangat ngejreng, karena berwarna hijau stabilo. Ia tahu bahwa warna hijau itu sangat popular akhir-akhir ini.

“Lo mau gue jujur apa nggak?” tanya Luna.

“Jujur lah. Ini bukan dunia tipu-tipu.”

Luna memandang Manda, “Lo keliatan gemuk Manda, coba lo ngaca. Lo kayaknya lebih cocok pakek jas warna-warna soft sama gelap gitu. Dari pada warna ngejreng gini.”

“Tergantung selera sih, kalau menurut lo bagus enggak apa-apa yang penting lo PD aja makenya,” Luna kembali memakan ayam gorengnya.

“Iya sih, kayak keliatan gemuk gue pakek jas gini,” Manda kembali memandang Manda.

“Ini bahannya polyester dan elastane. Kualitasnya bagus sih, nyaman dipakek,” ucap Luna, karena ia salah satu wanita pecinta fashion jadi ia tahu bahan-bahan berkualitas, maklum impiannya dulu menjadi desainer fashion.

“Tapi bagus kok untuk pergi hang out, ngebar, jalan, itu style Billie Eilish banget. Blezer di pakek sama short pants sih bagusnya. Cocok untuk luar, bukan buat ke kantor menurut gue. Terlalu ngejreng gitu kalau ke office, yang ada nanti diomongin sama yang lain. Biasalah kan kantor ini toxic banget, beda dikit diomongin hebohnya setower. Gossip kemana-mana.”

“Nah itu bener banget !” Ucap manda ia mulai jengah karena rekan kerja mereka pada toxic.

“Lo beli di mana?” tanya Luna, ia kembali memakan makanannya.

“Mango lantai bawah jam istirahat tadi belinya.”

Luna melirik jam melingkar ditangannya menunjukan pukul 12.45 menit, “Berapa?”

“450 ribu awalnya sih harganya 700 cuma lagi diskon gitu. Yaudah gue beli aja.”

Luna mengangguk paham, “Murah banget sih kalau di Mango,” ucap Luna masih memakan ayam krispi berbalur tepung itu lagi dan mencocolnya dengan saus sambal.

Manda kembali duduk di kubikel, “Lo makan mulu,” ucap Manda memandang sahabatnya yang sudah dua tahun bekerja sebagai public relation. Namun kemarin tanda tangan kontrak terbaru, Luna naik jabatan menjadi seketaris pak Wiga.

Mungkin semua orang sudah familiar dengan budaya kerajaan di perusahaan. Ia tidak terlalu paham aslinya apa, ketika ada orang lama keluar terus digantikan dengan orang baru. Dan orang baru itu membawa kerabat atau keluarganya kerja di perusahaan. Jadilah kerajaan di perusahaan sendiri.

Nah, orang lama yang masih bertahan di perusahaan tersebut menjadi tidak nyaman dan emang sengaja dibuat tidak nyaman. Akhirnya banyak memilih mengundurkan diri. Dan ini terjadi di perusahaan tempat ia bekerja. Saling julid kadang saling menjatuhkan satu sama lain. Apalagi jika head nya sudah berubah dan biasa otomatis bawahannya juga ikut berubah karena tidak nyaman.

It’s true, budaya seperti ini pasti terjadi disemua perusahaan. Mereka membangun dinasti alih-alih membantu teman, setiap ada hire selalu langsung ada yang dibawa. Sepertinya sudah menjadi hukum rimba. Ia tahu betul ini namanya budaya politik di perusahaan. Yang lain seangkatan sudah resign, hanya ia dan Luna yang masih bertahan.

Di perusahaan ini seperti sudah menjadi building kingdom, jadi pergaulannya mengkotak-kotak membuat ruang lingkup kerja tidak seru lagi. Bahkan terang-terangan saling menjatuhkan. Untung saja ia dan Luna masih tetap kekeh bertahan di sini. Karena mereka masih butuh uang untuk membayar kost dan makan. Mereka berhasil melewati badai dan dua tahun bertahan, jadilah seperti ini. Apalagi Luna terkenal dengan kinerjanya yang super, kini dia menjadi seketaris pak Wiga, yang katanya tiga kali lipat gaji dari biasanya.

Luna pernah beberapa kali ingin dijatuhkan oleh temannya sesama PR, namun bukan Luna namanya jika tidak melabrak balik. Jadi sekarang Luna dimusuhi hampir satu kantor dan hanya dirinya lah yang berteman Luna. Karena merekalah yang tidak memiliki kerajaan di sini.

Bahkan sudah dua tahun di sini, teman kantor nya Luna satu divisi tidak pernah mengajak Luna ke indomaret atau sekedar makan siang. Luna memilih gofood dan bekal makan sendiri.

“Kita kerja itu buat makan. Kalau bisa kerja sambil makan, ya lakuin aja lah,” ucap Luna, ia terpaksa mengungsi makan di kubikel Manda. Karena ia tidak ingin ada bau ayam krispi di ruangan pak Wiga.

“Gimana pertama kali lo jadi seketaris pak Wiga?” tanya Manda menatap Luna yang menyudahi makannya.

“Belum tau sih, kan pak Wiga nya belum masuk. Kata driver jam dua nanti baru dia balik Singapore. Kemarin gue cuma training 3 hari doang. Habis itu si Risa udah hengkang dari sini. Dia cuma ngasi tau kerjaan dia doang beberapa. Sisanya gue pelajari sendiri, nyebelin kan.”

“Alasan dia apa sih, sampe resign gitu?” tanya Manda penasaran.

“Gosipnya hamil anak pak Wiga? Kan dia sering lembur berdua? Habis balik office check in,” ucap Luna, jujur telinganya tajam jika mendengar gossip di office dan membuat fitnah itu sangat keterlaluan.

Alis Manda terangkat, “Kata siapa?”

“Kata anak-anak kantor ini sih, enggak tau bener apa nggak,” Luna mengedikan bahu.

“Ngaco tuh gossip ! Bener-bener keterlaluan sih menurut gue yang nyebarin gossip itu. Kata Risa sih move ke perusahaan asuransi jadi manager marketing di sana.”

“Owh gitu.”

“Katanya lagi dia udah males banget ngadepin pak Wiga. Terlalu perfect setiap hari lembur, nungguin tuh boss kerja udah kayak kacung.”

“Kalau gue sih lembur udah bisa, kerjaan gue sehari-hari, bahkan gue pernah sampe jam 1 malam di kantor.”

Alis Manda meninggi, “OMG, Serius lo?”

Luna terkekeh, “Serius lah, gue pernah ngerjain data sendiri di sini, kan gue kalau di kost udeh lepas tangan, nggak mau ngurusin kerjaan kantor. Ngapain kan, kalau hari libur gue diganggu masalah urusan office. Males banget gue.”

“Iya bener banget !”

“Gue jadi finance dulu nggak pernah deh sampe malam, palingan sampe jam 9 malem. Lo ngapain coba sampe jam 1 gitu, enggak takut nih kantor ada penunggunya. Jadi marketing aja nih gue langsung tenggo,” Manda tertawa.

“Enak banget jadi marketing, tau gitu dulu gue jadi marketing,” timpal Manda lagi.

Luna ikut tertawa melirik Manda, “Penunggunya udah sahabatan sama gue, santai aja lah !” ucap Luna tertawa, ia memasukan bungkusan ayam krispi ke tong sampah. Ia melangkah menuju toilet diikuti Manda di belakang

“Pak Wiga datang jam berapa?”

“Katanya jam duaan gitu sih dari bandara langsung ke kantor.”

“Owh gitu.”

“Semoga aja lo betah kerja sama pak Wiga.”

“Gue harap juga gitu sih. Takutnya gue malah yang nyusul Risa,” Luna tertawa geli.

“Exactly,”

Luna ia membersihkan tangannya di wastafel. Ia mengoles lipstick berwarna nude dibibirnya. Luna memandang penampilannya di cermin. Ia mengenakan kemeja putih berbahan chiffon dan rok pensil rambut lurusnya dibiarkan terurai. Karena kemarin ia naik jabatan menjadi seketaris, ia memilih rambutnya di smoothing. Ia tidak ingin rambutnya awut-awutan, yang biasanya ia ikat seperti cepol kuda kini sudah lurus sempurna dan wajahnya sedikit lebih bersinar. Kata HR manager, seketaris harus menjaga penampilan.

Luna menatap seorang wanita keluar dari wc, lalu memalingkan muka kepadanya. Luna juga menatapnya acuh.

“Eneg, banget gue liat Annable !” Dengus Luna, setelah Annabel keluar dari wc.

“Iya gue sama. Dia kan kemarin mau jatohin lo ngadu-ngadu sama manager, carmuk gitu.”

“Beuhhh, super toxic tuh orang. Gara-gara dia semua pada resign, dia bawa orang-orangnya sedivis.”

“Tengil semua orang-orangnya ! Sok hebat dan sok paling bisa. Padahal nggak ada skill, sotoy.”

“Iya bener banget. Semua pada resign !”

“BTW, sebenernya kita atau mereka yang toxic karena seangkatan kita dulu bubar semua, yang bertahan kita berdua doang.”

“Bukan kita yang toxic, karena kita yang tangguh.”

Luna melirik jam melingkar di tangannya menunjukan pukul 13.10 menit, ia harus segera balik ke singasananya.

Manda dan Luna seketika tertawa, “Yaudah gue balik dulu ya ke singgasana gue, gue takut paduka raja tiba-tiba datang dan gue nggak ada timpat. Bisa dipecat gue punya jabatan. Dan si Annabel tertawa liat gue menderita.” ucap Luna.

“Yaudah lo sana, kayaknya perut gue mules, habis makan mie ayam pedes.”

“Dahh Manda.”

“Dahhh Luna.”

“Salam buat pak Wiga dari Manda si anak marketing yang super sexy!”

Luna tertawa, “Lo mau salam? Keduluan gue sendiri yang buka baju depan boss, pengen dipeluk-peluk sama pak Wiga.”

“Ngimpi kali ya ! Sekelas Risa yang super cantik aja hengkang dan nggak betah. Apalagi kita yang remahan kacang.” Luna dan Manda tiba-tiba ngakak lalu meninggalkan toilet.

***