Sang Kakek Guru
Malam yang sunyi, bersama dengan sensasi dingin membuat keadaan semakin mencekam. Sampai pukul tiga pagi Johan tidak merasakan tidur sama sekali. Di dalam gubuk tua dan sederhana, tempat yang begitu tenang tetapi banyak yang mengancam kehancurannya. Johan hidup bersama kakek Egar selama tiga puluh tahun lamanya, dengan penuh kesederhanaan dan ilmu kuno yang memberikan kesan damai pada dua tabib hebat tersebut.
Bayi berusia lima tahun yang terdampar di sungai Hua dengan keadaan penuh darah dan membiru kini telah tumbuh dewasa dengan ilmu pengobatan tradisional yang hebat. Dua puluh tahun merupakan waktu yang singkat untuk seorang kakek tua membesarkan anak kecil yang tidak jelas latar belakangnya. Bahkan sang kakek tidak yakin bisa memberikan kehidupan yang layak kepada Edward sejak pertemuan pertama mereka, mengingat keadaan kehidupan sang kakek yang sangat kekurangan.
Sembilan belas tahun hidup dengan ajarannya yaitu menjadi tabib di desa itu. Suatu kejadian tenggelamnya Edward mengungkap sebuah latar belakangnya yang sesungguhnya. Energi itu bangkit bersama air yang ada di dalam tubuhnya, sang kakek baru menyadari bahwa Edward memiliki energi hebat di dalam tubuhnya selain ilmu kuno ajaran darinya. Akan tetapi sang kakek menyembunyikannya dari Edward semata karena takut jika pemuda itu nekat keluar untuk mencari guru baru yang dapat mengembangkan kehebatannya tersebut.
Malam yang sunyi ini ia duduk termenung sembari menatap kearah luar yang masih gelap dan sunyi. Sesekali ia menggerakkan tangan kanannya pada suatu benda mati yang mampu terkendali olehnya, ia baru menyadari kekuatan ini selama tiga hari terakhir ketika pagi menyerang.
"Setiap fajar menampakkan sinarnya, energi ini selalu datang. Anehnya energi itu begitu besar, perlahan aku mampu mengendalikannya, tetapi untuk apa?" Tanyanya dengan kebingungan sembari menatap tangan kanannya.
Kakek Egar datang sembari menepuk pundaknya secara perlahan membuat Edward terkejut.
"Jangan pikirkan energi itu, lebih baik sekarang kamu fokus dengan pengobatan tradisional yang kakek ajarkan. Tidak ada yang mampu menolongmu ketika tua nanti kecuali obat-obatan herbal untuk bertahan diri," ucapnya.
"Tapi aku merasakan energi ini begitu besar, akhir-akhir ini juga terus hadir sehingga aku merasa penasaran apakah energi ini sebenarnya kek?" Tanyanya begitu sangat mengharapkan jawaban dari kakeknya.
"Kau tidak perlu mencari tahu apapun yang tidak penting Edward!"
"Tapi kek-"
"Hari sudah pagi, cepat pergi ke hutan untuk mengambil bahan-bahan alami untuk dijadikan sebagai pengobatan tradisional racikan!" Perintahnya begitu tegas dan dingin.
Edward yang tidak berani untuk melawan sang kakek pun pada akhirnya pergi dari tempat tersebut untuk melakukan tugasnya. Tidak ada kegiatan lain selain mencari dedaunan, maupun pohon yang lainnya yang bisa di manfaatkan sebagai obat-obatan. Bahkan nyaris seriap hari hanya itu kegiatan yang ia lakukan.
"Semakin bertambahnya usia maka energi hebat itu akan terus bertambah pula. Mungkin sudah saatnya Edward mengetahui energi hebat ini!" Ucapnya.
Sementara Edward di sepanjang perjalanannya terus memikirkan energi itu sembari sesekali melakukan uji coba terhadap benda yang ada di sekitarnya. Anehnya energi tersebut terus berfungsi dengan baik sehingga hal itu membuatnya bersemangat untuk mencari tahu apa energi asing yang ada di dalam tubuhnya itu.
Terlalu sibuk memikirkan kesaktiannya barulah ia menyadari bahwa rupanya sudah sejauh ini kakinya melangkah. Sampai di pusat keramaian kota yang berisi banyak pengunjuk maupun penjual dari berbagai daerah disana.
"Di desa seberang terdapat seorang guru hebat yang mampu mengujikan sebuah senjata kuno entah pedang maupaun senjata yang lainnya,"
"Banyak yang datang dan membuktikan sendiri bahwa mereka berhasil melakukannya,"
Seketika langkah Edward terhenti mendengar berita yang masih hangat dan sangat menarik perhatiannya.
"Sepertinya beliau adalah tertua yang baru saja pindah di desa ini, buktinya selama ini tidak pernah mendengar cerita tentang beliau," celetuknya begitu heboh.
Mendengar cerita itu Edward masuk kedalam kerumuman tersebut untuk mencaritahu lebih dalam lagi terkait berita itu.
"Maaf paman dimana aku dapat menemukan orang pintar itu?" Tanyanya kepada segerombolan orang itu.
Tanpa merasa aneh kepada dirinya, sekelompok pengunjung itu pun memberitahukan keberadaan orang pintar itu kepada Edward yang rupanya berada tidak jauh dari pusat keramaian kota.
"Seberang jalan utama pusat keramaian kota. Apakah memerlukan bantuan untuk sampai di tempat itu?" Tanyanya.
"Ah tidak perlu paman, aku dapat pergi sendiri,"
Bergegas pergi ke lokasi yang diberitahukan yang cukup memakan waktu hanya dua puluh menit saja, tetapi pada saat sampai di lokasi rupanya banyak perumahan sederhana yang membuatnya bingung. Ia tidak tahu bagian rumah yang harus di datangi.
"Dari sekian banyaknya perumahan disini tidak ada satu pun yang menarik energiku, apakah mereka salah dalam memberikan informasi?" Tanyanya kepada diri sendiri.
Tetapi tidak lama dari itu seseorang datang menghampirinya kemudian melakukan penyerangan terhadap dirinya yang nampaknya begitu menegangkan. Para pasukan penyerang itu menjalankan aksinya untuk melakukan penyerangan terhadap dirinya.
"Apa tujuanmu datang ke desa ini?"
"Bukan urusan kalian!"
"Semua yang datang tanpa izin adalah urusanku. Tidak ada satu orang pun yang bisa masuk tanpa persetujuan dariku terlebih dahulu!" Tegasnya di sela pertarungan yang masih berlangsung.
"Benarkah? Kalau begitu biarkan aku masuk tanpa izin kalian!" Ucapnya sembari melakukan penyerangan.
Berlangsung selama kurang lebih dua puluh menit, pada titik menit kedua barulah pemuda itu mencengkeram erat pergelangan tangannya sembari memberikan sebuah ancan di dalamnya.
"Lepaskan aku!"
"Katakan kepadaku apa yang kau inginkan di desa kami?"
"Aku hanya ingin mendatangi seseorang, lepaskan!"
"Kakek Davidson Ger?"
"Ya!"
Kemudian pemuda itu melepaskan cekalannya dan mengajaknya untuk pergi dari pintu utama meninggalkan dua pasukannya yang bersamanya tadi. Sepanjang perjalanan tidak pembicaraan apapun hingga sampai di tengah perjalanan Edward meminta izin untuk beristirahat sejenak meminum air sungai jernih sebelum menyeberang.
"Dari sekte mana kamu berasal? Sepertinya aku melihat kekuatan hebat di dalam tubuhmu!" Tanyanya secara tiba-tiba.
Edward seketika menghentikan kegiatannya kemudian meliriknya dari samping. "Aku hanyalah rakyat biasa yang ingin berguru dengannya,"
Pemuda itu tersenyum sengit. "Kau tidak bisa membohongiku anak muda!"
"Energi itu terasa nyata dan besar. Tidak mungkin jika kau hanya rakyat biasa, lebih baik katakan saja yang sejujurnya supaya tidak mempersulit diri kamu sendiri nanti ketika bertemu dengannya!" Ucapnya begitu mengintimidasi, penuh dengan kecurigaan.
Edward mendekati pemuda itu kemudian menatapnya dengan saksama. "Aku tidak pernah berbohong. Jika memang aku orang hebat maka tidak perlu mendatangi sosok orang pintar ini untuk mengetahui kekuatan hebat yang ada di dalam tubuhku,"
"Baiklah aku akan mengantarmu, apapun yang beliau perintahkan laksanakan dengan baik agar tidak mempersulit jalanmu nanti!"
Bersambung...