Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

Bab 4. Kejutan Dua Kultivator Tingkat Tinggi

"Tarik nafasmu perlahan, lembut melalui hidung. Kembangkan perutmu, bayangkan energi milikmu terkumpul dan arahkan ke dantian. Hembuskan nafasmu melalui hidung dan mulut secara bersamaan. Kempiskan perutmu, alirkan semua energy Qi ke seluruh tubuh, dan keluarkan lagi melalui hidung dan mulut. Ulangi hingga terasa ada tumpukan hawa hangat mengalir ke seluruh tubuh, terutama dantian,” Yi Zan mengajar.

Yuan Fen mengikuti instruksi Yi Zan dan menjalankan teknik pernapasan tersebut. Namun, ia mengerutkan keningnya.

Saat melakukan teknik pernapasan yang diajarkan Yi Zan, ia melihat gambaran aliran energi dalam tubuhnya. Semua terlihat jelas, hangat, dan saat mencoba mengalirkan energi ke seluruh tubuhnya, ia merasakan banjir energi yang besar berusaha menembus dinding di dantian.

Lalu, Yuan Fen terkejut saat melihat aliran Qi merobohkan dinding di dantian.

DUAR! DUAR!

Perasaan asing, namun nyaman, meliputi tubuhnya, seolah-olah ia melepaskan belenggu berat. Tubuhnya terasa ringan dan nyaman. Belum cukup, ia melihat aliran Qi meluap, menembus lapisan kedua di dantian. Lapisan itu pecah, lalu aliran energi masih meluap dan merobohkan dinding ketiga di dantian. Tiga dinding di dantian Yuan Fen dihancurkan oleh energi setelah mengikuti teknik pernapasan ajaran Yi Zan.

Yuan Fen terkejut, juga merasa asing dengan pengalaman ini. Ini adalah sesuatu yang baru dalam hidupnya. Sementara Yuan Fen merasa terkejut, Yi Zan juga terkejut melihat kondisi Yuan Fen.

Sementara itu, si nona kecil berubah mimic wajahnya.

“Langsung menembus dantian dan mencapai kondisi mortal bintang tiga? Apakah ini? Dia melakukan penerobosan menjadi Mortal bintang Tiga dalam sekali percobaan!” Yi Zan terkejut melihat kondisi Yuan Fen.

“Kakak pekerja, coba tiru gerakan sederhana ini dan alirkan energy Qi ke telapak tanganmu. Pukul batu itu,” ujar Yi Zan sambil memperagakan gerakan pukulan.

Gadis itu menari dalam Gerakan martial art. Kemudian tanpa kesulitan, Yuan Fen menirukan gerakan Yi Zan dengan mudah dan mengeksekusi gerakan tersebut dengan sempurna.

"Duar!..." batu berukuran seekor kambing itu meledak. Yi Zan kembali terkejut.

Anak laki-laki itu mampu melakukan Gerakan Teknik pukulan Mortal grade Venti dengan mudah. Seharusnya mempelajari Gerakan tersebut memerlukan waktu yang cukup lama dengan berkultivasi. Mengapa anak laki-laki pekerja ini bisa mengeksekusi Gerakan grade venti hanya dengan sekali melihat?

"Kakak pekerja, lihatlah Gerakan ini dan tirukan. saya penasaran melihat kecerdasanmu yang bisa mengeksekusi Gerakan tadi," ujar Yi Zan, penasaran akan kemampuan Yuan Fen.

Dia langsung memperagakan Sembilan teknik Telapak Membelah Samudra. Terdengar suara keras seperti deru ombak memecah karang di laut yang keluar dari Gerakan telapak gadis itu.

“Pukulan pertama… kedua…” Yi Zan seakan mengamuk dengan indah dan estetis, menggunakan Teknik Telapak Membelah Samudra dengan sangat ganas seperti gulungan ombak.

Kombinasi gerakan, aliran energy Qi, serta kecepatan yang tepat pada waktunya, membuat gadis itu terlihat seperti seorang Dewi Laut yang bermain di atas ombak besar di atas Samudra. Tentu saja, itu adalah Teknik telapak grade venti yang cukup jarang terlihat di kalangan umum.

Yi Zan menghabiskan sebulan penuh untuk memahami dan menguasai Teknik telapak itu dengan baik. Diperlukan pengaturan pernafasan yang harmonis antara aliran Qi yang dikeluarkan ke telapak, konsentrasi, serta pengaturan nafas yang baik sehingga dantian tidak merasa terganggu dan sesak ketika melakukan Sembilan Gerakan Telapak Membelah Samudra secara lengkap.

Sementara itu, di pihak Yuan Fen, ia merasa sangat heran saat menonton Yi Zan memperagakan Teknik tersebut. Matanya melihat dengan jelas gerakan Yi Zan, dan ia merekam semua gerakan tersebut dengan cermat di otaknya. Bahkan ketika Yuan Fen menutup mata dan membayangkan gerakan Yi Zan, ia seolah-olah dapat membuat gerakan tersebut dalam kecepatan lambat (slow motion) menggunakan Teknik Sembilan Telapak Membelah Samudra.

Dia bahkan mampu mengevaluasi aliran Qi dan pernafasan Yi Zan dengan memory otaknya, melihat aliran Qi menuju telapak dan perubahan aliran Qi di telapak. Ia bahkan dapat menangkap ketidaksempurnaan dalam aliran Qi dan pernafasan Yi Zan saat menjalankan gerakan tersebut.

Yuan Fen merasa percaya diri dan yakin bahwa dia dapat melakukan gerakan tersebut dengan baik.

“Baiklah, saya akan mencoba melakukan gerakan tersebut. Tapi tolong, jangan tertawa pada gerakanku, oke?” Yuan Fen memperingatkan sebelumnya, merasa canggung karena dia bukan seorang praktisi kultivator dan belum pernah belajar Teknik kultivasi sebelumnya.

Tanpa ragu, Yuan Fen mencoba gerakan Sembilan Telapak Membelah Samudra sesuai dengan apa yang diingatnya, mempraktikkan semua pengaturan Qi dan pernafasan yang ia ingat dari memory otaknya.

Saat itu juga, penampilannya berubah menjadi seorang Dewa Laut yang marah dengan hempasan ombak. Suara gemuruh ombak terdengar jelas di setiap gerakan telapak tangan Yuan Fen. Seperti Dewa Laut yang berdiri di atas ombak besar, memberikan kesan menakutkan namun indah. Ia menjalankan Teknik pukulan Sembilan Telapak Membelah Samudra jauh lebih mengerikan daripada Yi Zan.

Yi Zan sendiri tidak percaya pada mata kepalanya ketika melihat kemampuan Yuan Fen dalam menjalankan Teknik tersebut.

Bagaimana mungkin dia bisa menguasai Teknik pukulan peringkat Venti yang rumit dan memerlukan harmonisasi aliran Qi? Yi Zan berusaha menutupi kekagetannya dengan bersikap wajar, meskipun sebenarnya dia sangat terkejut. Sementara itu, Yuan Fen telah menyelesaikan Sembilan Teknik Telapak Membelah Samudra dengan gemilang.

"Kelihatannya Kakak pekerja sangat cerdas, meskipun belum sempurna, Kakak pekerja mampu menangkap intisari Teknik telapak ini," puji Yi Zan sambil bertepuk tangan.

“Mohon Kakak pekerja tidak sembarangan menggunakan Teknik telapak tadi karena itu adalah Teknik pukulan grade Venti. Hal itu tentu saja disebabkan di sekte ini, murid-murid Sekte Pedang Awan masih jarang yang memiliki Teknik grade Venti,” tambah Yi Zan.

Yi Zan melanjutkan dengan penjelasan panjang lebar bahwa untuk memperoleh Teknik Grade Venti di Sekte Pedang Awan, dibutuhkan 250 poin kontribusi untuk menukarnya. Jelas bahwa itu adalah jumlah yang besar bagi sebagian murid. Poin yang mereka miliki dari upah bulanan hanya 15 poin, sehingga untuk memperoleh poin lebih, murid-murid Sekte Pedang Awan harus menyelesaikan misi sekte untuk tambahan poin kontribusi.

Catatan:

Misi sekte terdiri dari 5 peringkat dengan reward atas penyelesaian yang berbeda-beda setiap misi sesuai tingkat kesulitan. Hal lainnya adalah mengikuti kompetisi dan memperoleh juara sehingga akan memperoleh poin kontribusi yang banyak. Menurut pendapat Yi Zan, jika Yuan Fen secara sembrono menunjukkan kemampuannya dalam Teknik Telapak tangan Mortal grade Venti, itu bisa menimbulkan kecemburuan banyak murid-murid sekte.

Bahkan lebih buruk, Yuan Fen akan menemui kesulitan jika ada yang berminat pada Teknik telapak tersebut dan mencelakainya hanya demi Teknik tersebut.

“Baiklah, Adik Yi Zan, saya akan mengingat nasihatmu,” kata Yuan Fen menenangkan Yi Zan.

“Dan satu lagi, Kakak pekerja, selamat atas menjadi cultivator yang resmi. Kakak sekarang berada di ranah mortal bintang 3,” ucap Yi Zan memberikan selamat pada Yuan Fen.

Yuan Fen mengucapkan terima kasih kepada Yi Zan. Selain pulih dari luka akibat ledakan petir, dia memperoleh berkat yang tak ternilai berupa kemampuan kecerdasan yang luar biasa akibat insiden petir. Hal ini memungkinkannya menghafal semua Gerakan kultivasi secara terperinci hanya dengan melihat sekali.

Terlebih lagi, Yuan Fen sangat bersyukur karena Yi Zan bahkan mengajari Teknik pernapasan dan pukulan, sehingga Yuan Fen meloncat ke ranah mortal bintang 3 dalam sekali jalan. Namun dalam hal ini, Yuan Fen memilih untuk merahasiakan fakta bahwa fenomena akibat tersambar petir adalah peningkatan kemampuan kecerdasannya. Itu akan menjadi rahasia pribadi Yuan Fen.

++++

Keduanya sepakat untuk melanjutkan perjalanan pulang ke Sekte Pedang Awan keesokan pagi apabila hujan telah reda. Bagi mereka, perjalanan malam hari ditengah hujan lebat di Hutan Fairy Cliff dianggap terlalu berisiko tinggi.

Maka, sambil hujan masih turun diluar gua, Yi Zan mengajak Yuan Fen untuk melakukan lagi pelatihan Teknik pernapasan agar terhindar dari rasa dingin hujan di malam hari.

Tiba-tiba saja, suasan berubah dengan drastic. Hawa dingin membeku terasa menyentuh kulit. Disusul keanehan-keanehan seperti suara bentakan keras terdengar mendirikan bulu rima, diiringi cahaya putih yang langsung mengubah air hujan menjadi butiran es.

“Mau lari kemana, kau iblis! Kau kira Bunga Ice Rose itu adalah barang yang bisa kau ambil tanpa biaya sedikitpun?” teriak seorang pria tampan berperawakan ningrat berusia 35 tahun.

Ia seorang laki-laki yang tampak mulia. Dia mengenakan jubah ash keputihan dan memiliki rambut berwarna abu-abu keputihan yang mirip abu sekam. Dengan mata yang sangat tajam seperti mata elang dan kedua kuping yang agak meruncing, wajahnya tampak unik dan asing. Aura dingin, penuh embun, serta memberi rasa sepi dan sunyi yang aneh terpancar dari dirinya.

Uap es keluar dari ujung pedang panjang yang ia pegang.

Sekitar 100 meter dari tempatnya berdiri, sosok hitam muncul diselubungi uap merah seperti bara api. Sosok ini juga mengerikan dan membawa aura seram dan suram. Aura tersebut membawa perasaan tidak bahagia dan putus harapan di sekitarnya, bahkan beberapa tanaman mendadak menjadi layu karena pengaruhnya.

Wajah Yi Zan berubah menjadi buruk. Dia tampak horor.

“Dua kultivator peringkat Alam Spirit Agung,” bisik Yi Zan dengan wajah pucat kepada Yuan Fen.

"Tahan nafasmu sesedikit mungkin agar keberadaan kita tidak terdeteksi," ujar Yi Zan panik, sementara Yuan Fen tampak sangat ketakutan. Satu dari mereka membawa aura dingin dan sepi, sedangkan yang lainnya membawa aura suram dan putus harapan.

Aura praktisi peringkat Alam Spirit Agung itu sungguh menyeramkan.

Yuan Fen dan Yi Zan saat itu bingung. Mau lari bagaimana lagi mereka? Sementara pertarungan kelas atas terjadi didepan mata. Salah-salah melangkah, yang ada nyawa akan melayang!

Bersambung.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel