Bab 2 Kehidupan baru
Bab 2 Kehidupan baru
Sebuah kerajaan besar berdiri sudah sejak ratusan tahun lamanya. Kerajaan itu makmur dan pemerintahannya terkenal hampir di seluruh dunia.Kerajaan Mahdiaz Rhode merupakan kerajaan yang terkenal dengan hasil perkebunan di bagian barat dan selatan serta barang tambang di bagian utara wilayah kerajaannya. Tambang emas dan berlian yang menjadi penopang utama ekonomi. Membuat banyak kerjaan lain ingin bekerja sama supaya bisa menikmati kekayaan dari kerajaan Mahdiaz Rhode.
Aubrey tersadar dirinya berada di sebuah tempat yang aneh.Banyak bunga-bunga di sekitarnya dengan rerumputan luas menghampar. Pemandangan indah yang tak pernah disaksikan olehnya sepanjang hidup.
"Aku di mana?" tanya Aubrey menyisir daerah itu.
Ia berlari mencari seseorang untuk ditanyai tempat apakah ini? Di kerajaan mana dia berada sekarang?
Saat Aubrey tak sengaja menyenggol bunga, tangannya tidak merasakan apa pun. Ia mencoba menyentuh bunga berwarna merah muda nan indah itu, tetapi tidak bisa tersentuh.
"Ada apa ini?" tanyanya sambil mencoba terus-menerus.Sayang, kondisinya tetap seperti itu.
Aubrey mengangkat tangannya. Cahaya mentari yang bersinar pun menyinari tangannya hingga terlihatlah kalau dirinya transparan.
"Apa aku sudah mati?" tanya gadis itu membulatkan mata.
"Aku belum mau mati!" teriak Aubrey keras hingga suaranya sampai ke langit.
Terjadi sesuatu yang aneh saat itu juga.Seketika angin ribut bergerak mendekat ke tempatnya.Aubrey pun panik. Gadis itu berjalan mundur, begitu gulungan angin semakin mendekatinya.
"Aku sudah mati, jangan sakiti aku!" teriak Aubrey ketakutan.Ia terjatuh dan tidak bisa bangkit.
Perlahan gulungan angin itu menjadi tenang. Terlihat seorang pemuda tampan di dalamnya dan turun perlahan.
Mata Aubrey menatap tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bagaimana mungkin angin bisa membawa seorang pemuda tampan? Apakah ini halusinasinya saja?
Langkah pemuda itu semakin besar begitu mendekati Aubrey. "Ka-mu siapa?" tanya Aubrey gagap.
"Aku Helios," ujar pemuda dengan tatapan dingin seolah ingin membekukan Aubrey saat itu juga.
"Aku tersesat, apakah di sini tempat orang yang sudah mati?" tanya Aubrey pada pemuda itu.
"Tidak, ini bukan tempat orang yang sudah mati.Namun, untuk mereka yang disayangi oleh semesta."
"Maksud Tuan?" tanya Aubrey mulai berdiri. Diperhatikannya pakaian pemuda bernama Helios itu terlihat sangat rapi. Bisa saja ia adalah anggota kerajaan yang harus dihormati, bukan?
"Kau Aubrey Samantha, gadis beruntung dan aku akan membantumu untuk menghadapi bahaya di dunia manusia."
Aubrey semakin tidak mengerti. Rasanya otak diputar, diaduk dengan pengetahuan yang tidak ia ketahui sebelumnya.
"Kau ditakdirkan untuk ini, Aubrey," ujar Helios kemudian mengulurkan tangannya.
"Ke mana?"
"Pergi melanjutkan hidupmu."
"Tapi jasadku?" Aubrey bingung.Jasadnya tidak ada di sini.Ia yang sekarang hanyalah sebuah roh.
"Aku akan membawamu ke jasad di mana kau akan hidup. Kau ingin mengetahui fakta tentang kepergian orang tua dan adik-adik tercinta kau, bukan?"
"Iya, aku akan membalaskan dendam mereka. Aku ingin tahu siapa yang melakukan itu semua pada keluargaku!"Aubrey menjadi berapi-api ketika mengingat bagaimana menggenaskannya kematian seluruh keluarganya. Hanya ia yang tersisa, sendirian.
"Pejamkan matamu. Kita akan berangkat."
Aubrey menuruti kata-kata Helios. Ia memejamkan mata, lalu seperti melewati sesuatu yang terasa sangat aneh. Ada sesuatu yang membuat tubuhnya terasa terbang dibawa angin.
Perlahan, Aubrey tidak merasakan apa-apa lagi.
"Lady, sadarlah …."
"Lady," ucap seorang wanita tua. Wanita yang menangis sambil memegangi tangan seorang tuan putri.
Jari telunjuknya bergerak. Ada harapan kalau tuan putri itu akan bangun.
"Tabib! Lady Chiara menggerakkan jari telunjuknya!" teriak Bibi Camia memanggil tabib.
Dengan tergesa-gesa tabib pun segera masuk dan memeriksa kondisi Yang Mulia Putri Chiara.
"Lady Chiara sebentar lagi akan sadar.Bawakan minuman herbal yang saya racik tadi," ucap tabib pada asistennya.
"Baik Tuan," sahut seorang lelaki muda dengan patuh dan dengan sigap mengambil ramuan yang sudah disiapkan oleh tabib kerajaan itu.
Begitu ramuan datang, sang tabib pun meminumkannya pada Putri Chiara. Berselang beberapa menit, Putri Chiara mengerjapkan matanya.
Semua pelayan Putri Chiara merasa senang karena akhirnya Tuan Putri mereka sadar.
"Lady, bagaimana keadaanmu?" tanya Bibi Camia langsung menanyai.
Putri Chiara mengerutkan keningnya."Kau siapa?"
Semua pelayan Putri Chiara terkejut saat itu juga. Bagaimana mungkin Tuan Putri mereka melupakan pelayan paling setia dan sudah sangat lama mengasuh sejak ia masih kecil?
Cepat-cepat tabib memeriksa keadaan Putri Chiara.Ada yang aneh hingga membuat kerutan di dahi pria tua itu terlihat semakin jelas. Tangannya merasakan denyut nadi Putri Chiara.
"Bagaimana kondisi Lady Chiara?" tanya Bibi Camia panik.
"Lady Chiara mengalami penyakit yang jarang terjadi. Mungkin karena benturan keras di kepalanya, hingga membuat ia menjadi begitu," papar sang tabib menatap penuh rasa iba pada Putri Chiara.
"Apa?"
"Lady Chiara mengalami lupa ingatan," ucap tabib menatap semua orang yang ada di kamar Putri Chiara dengan wajah serius.
Bibi Camia langsung menitikkan air mata. Mendengar kabar yang begitu buruk, bagaimana mungkin tuan putri kesayangan mereka mengalami hal yang seperti ini?
"Apakah ini tidak akan berpengaruh pada kerajaan?" tanya Bibi Camia pada tabib.
"Kau ajarilah ia dasar-dasar seorang putri dari awal.Kebiasaan-kebiasaan dan tata krama dalam kerajaan padanya.Ia butuh berlatih untuk bisa menjadi dirinya seperti dulu. Kita tidak bisa memaksanya untuk ingat dengan ingatan lamanya.Hanya bisa menunggu hingga ingatan itu kembali. Bisa juga ingatan yang telah hilang itu tidak kembali lagi."
Bibi Camia mengangguk paham.Ia tahu apa yang harus dilakukannya pada Putri Chiara. Tentu sebagai pelayan yang sudah sangat lama bersama, Bibi Camia tidak ingin Putri Chiara melupakan dirinya. Meski kenyataan ini sangatlah pahit untuknya.
***
Aubrey bingung dengan dirinya saat membuka mata.Ia melihat langit-langit yang begitu jauh dan dinding dari kamar tempat ia berada saat ini sangatlah tinggi. Berbeda jauh dengan rumahnya.
Kasur begitu empuk hingga ia merasa sangat nyaman berbaring di atasnya.
"Lady sudah bangun?" tanya seseorang yang datang menghampirinya. Pakaian dari wanita berumur sebaya dengannya terlihat seperti seorang pelayan kerajaan. Namun, ia tidak pernah melihat pakaian seperti itu di kerajaan tempat ia tinggal.
"Aku di mana?" tanya Aubrey yang berada di dalam tubuh Putri Chiara.
"Lady sedang di kamarnya Lady," jelas wanita itu sambil meletakkan nampan berisi makanan di sebuah meja yang berada tak jauh dari tempat tidurnya.
"Kamarku?" tanya Aubrey lagi.
"Lady Chiara,"sapa seseorang saat masuk ke dalam kamar. Seorang wanita berumur, menghampirinya dengan senyum yang menyejukkan hati.
"Bibi siapa?" tanyanya pada wanita yang baru datang itu.
"Saya Bibi Camia, pengasuh Lady," terangnya membuat gadis itu mengernyitkan dahi. Ia hendak bangun, tetapi tidak bisa karena badannya masih sakit.
"Jangan paksakan Lady. Anda memang mengalami lupa ingatan. Jadi, biarkan perlahan kami membantu Anda untuk mengingat."
"Aku lupa ingatan? Aku sebenarnya masuk ke tubuh siapa? Lalu, ini sepertinya adalah sebuah kerajaan besar.Apakah aku masuk ke tubuh seorang putri?" Aubrey terus bertanya-tanya dalam hatinya.
Karena masih tidak percaya, gadis itu meminta Bibi Camia mengambilkan cermin. Dengan alasan ia ingin melihat bekas benturan di kepalanya.
Segera Bibi Camia membawakan cermin. Dilihatnya bayangan wajahnya di dalam cermin.
"Aku kenapa menjadi sangat cantik?" pikir gadis itu bertanya dalam hati.
Mata biru seperti permata, rambut panjang berwarna cokelat yang sangat terawat, dan wajah mulus tanpa ada jerawat sedikit pun.
"Ini aku?" tanyanya dalam hati memastikan lagi.
"Kenapa Lady?"
"Tidak apa-apa."
Mulai hari itu, roh Aubrey yang masuk ke dalam tubuh Putri Chiara pun mencoba untuk beradaptasi. Ia mempelajari banyak hal tentang Putri Chiara dari para pelayan yang senantiasa mendampingi.
Satu hal yang tidak ia ketahui hingga saat ini adalah tentang masalah mengapa Putri Chiara sampai bisa meninggalkan jasad dan ia harus menggantikan hidup sang Tuan Putri.
"Lady Chiara," ucap Bibi Camia begitu Putri Chiara selesai mandi dan berpakaian.
Aubrey sudah terbiasa dipanggil dengan Putri Chiara.Ia pun menolehkan kepala menatap Bibi Camia yang terlihat begitu cemas.
"Ada apa, Bi?" tanya Putri Chiara dengan senyum yang mengembang. Memang begitulah Putri Chiara sehari-harinya.Ia akan berperilaku baik pada pelayan dan semua orang yang baik terhadapnya. Kelembutan hatinya membuat semua orang suka padanya.
Bibi Camia berpikir-pikir. Menyampaikan atau tidak, karena ia merasa sedang di atas jembatan dengan dua pilihan saat ini. Kalau ia menyebrang, ia akan terjatuh ke dasar paling mengerikan, tetapi kalau tetap di tempat, malah mengantarkan nyawa sendiri pada segerombolan serigala pemangsa.
***