Pustaka
Bahasa Indonesia
Bab
Pengaturan

2

Kurt melangkah masuk ke sebuah club malam. Disana Diozo berada. Malam ini Kurt sudah siap untuk membunuh Diozo.

"Dia ada di ruang vip bersama dengan pemilik club." Serge yang menggunakan penyamaran memberitahu Kurt keberadaan Diozo.

"Mari bermain, Serge." Kurt menyeringai kejam.

Serge terlihat sangat senang dengan kata bermain Kurt. "Ayo," balas Serge.

Kurt segera melangkah menuju ke tangga. Ia naik ke lantai dua melalui tangga. Kurt sampai di lantai 2 penjagaan disana sangat ketat. Serge di lantai satu membuat keributan. Para penjaga di atas segera turun ke lantai satu meninggalkan ruang Vip. Rencana Kurt berhasil, teror bom di lantai satu berhasil membuat penjagaan di vip melemah.

Kurt masuk ke dalam sana.

"Apa yang terjadi?" Madam Leanor bertanya pada Kurt.

"Siapa kau?" Madam Leanor menyadari bahwa dirinya tidak mengenal Kurt.

Kurt mengeluarkan handgunnya, ia menembak Leanor tepat di kepala.

Diozo bergerak sigap ia mengeluarkan handgunnya namun ia kalah cepat. Kurt sudah menembak tangannya.

"Aku ingin bermain lama tapi waktu tidak memungkinkan." Kurt menembak kedua kaki Diozo. "Jadi kita percepat saja." Ia mendekati Diozo. Mengeluarkan sebotol bensin dari tasnya. Lalu menyiramkannya pada Diozo.

"Siapa kau!" Diozo masih menyalak meski diambang kematian.

Kurt tersenyum keji, "Kau tidak perlu tahu siapa aku."

"Tidak, jangan, aku mohon." Diozo memohon saat Kurt mengeluarkan korek api.

Kurt tidak mendengarkan ucapan Diozo. Ia melemparkan korek api itu ke Diozo. Api membesar seketika. Diozo seperti cacing kepanasan. Berusaha untuk memadamkan api yang membakar suluruh tubuhnya.

"Jangan sampai kita bertemu di neraka, Diozo. Aku akan membunuhmu dengan cara yang lebih keji dari ini jika itu terjadi." Kurt menatap Diozo yang saat ini sedang sekarat. Pria itu terbakar hidup-hidup. Setelah memastikan kemungkinan selamat Diozo dibawah 5% Kurt meninggalkan ruangan tersebut. Ia menghubungi Serge bahwa ia telah berhasil membunuh Diozo.

Serge yang berperan sebagai tamu club segera keluar dari club sebelum ada yang menyadari tentang pembunuhan ditempat itu.

"Kurt, ada masalah."

Kurt mengerutkan keningnya.

"Transaksi dengan Dovian diketahui oleh polisi."

Kurt mengepalkan tangannya, "Lalu bagaimana dengan orang kita dan barang kita?"

"Beberapa tewas karena baku tembak dengan polisi, sementara beberapa berhasil kabur."

"Siapa yang sudah berkhianat?"

"Sepertinya Dovian yang sudah menjebak kita."

"Kita habisi Dovian." Kurt tak akn memaafkan orang yang sudah membuatnya merugi. "Cari tahu dimana sampah itu sekarang."

"Baik."

Kurt masuk ke mobil bersama dengan Serge. Melajukan mobilnya menjauh dari club.

"Dia ada di kediamannya. Ada mobil polisi di kediamannya."

"Tentu saja sampah itu meminta perlindungan dari polisi setelah merugikanku." Kurt memutar kemudinya, tujuannya adalah kediaman Dovian.

Sampai di kediaman Dovian, Kurt mengerutkan keningnya. "Sepertinya sudah ada yang mendahului kita, Serge."

Serge memeriksa beberapa orang yang tewas. "Mereka baru saja dibunuh."

"Periksa semua ruangan. Kita tak punya urusan dengan yang mati."

"Aku ke atas, kau periksa sekitar." Serge segera naik ke lantai 2.

"Eh, rupanya kau disini." Serge melihat ke Dovian yang bersembunyi di dalam lemari.

"S-serge. Ampuni aku. A-aku tidak menjebak kalian. Sungguh, demi Tuhan aku tidak berani melakukannya." Dovian berkata sungguh-sungguh.

"Lantas siapa yang sudah melakukannya kalau bukan kau?" Serge menaikan alisnya. "Bodoh, kau pikir aku akan percaya akan kata-katamu!"

Serge menyeret Dovian tanpa peduli ucapan Dovian.

"Kurt, tikus kecilnya." Serge melempar Dovian hingga bersujud di kaki Kurt.

"Demi Tuhan, aku tidak melakukannya. Ada orang di balik terciumnya transaksi kita." Dovian menjelaskan.

"Serge bawa dia ke sofa." Kurt menghentakan tangan Dovian yang berada di kakinya.

Serge membekap mulut Dovian. Kurt menjentikan sebuah suntikan lalu menyuntikannya ke tangan Dovian. Isi suntikan adalah narkotika. Kurt membuat Dovian tewas overdosis narkotika.

"Selesai, Serge. Ayo." Kurt mengajak Serge pergi. Dovian telah tewas di tangannya.

"T-tolong,," suara lemah itu membuat langkah Kurt dan Serge terhenti.

"T-tolong panggilkan ambulance." Pria yang terkena tembakan meminta tolong pada dua manusia yang tidak mengenal kata tolong.

Kurt dan Serge lekas pergi, mereka tak ingin terlibat dalam aksi kemanusiaan.

Mobil Kurt meninggalkan parkiran kediaman mewah Dovian dari arah lain datang sebuah mobil mewah berwarna silver.

Mobil mewah berwarna silver tersebut berhenti di parkiran kediaman Dovian. Seseorang keluar dari sana. Seseorang itu adalah Summer.

"Tidak, tidak. Nicholai, apa yang terjadi padamu? Buka matamu." Summer memangku bahu kekasihnya. "Tidak, Nich. Aku mohon jangan tinggalkan aku." Summer memeluk erat kekasihnya.

"Siapa? Siapa yang sudah membuatmu seperti ini? Siapa?" Air mata Summer jatuh. Pria yang ia cintai telah menutup mata untuk selamanya padahal baru semalam mereka bertunangan dan merencanakan tentang pernikahan yang akan diadakan 2 bulan lagi.

"Kita akan menikah, Nich. Jangan main-main, tolong buka matamu." Summer tak bisa menerima kenyataan kekasihnya telah tiada.

♥♥

Summer mengingat satu-satunya nomor plat mobil yang keluar dari kawasan tempat tinggal Dovian.

"Lacak nomor plat ini, Jon." Summer memberikan selembar kertas pada bawahannya.

1 hari sudah berlalu dari peristiwa kematian tunangannya. Summer masih tak menyangka jika tunangannya meninggalkannya secepat ini. Summer sangat menyesal karena datang terlambat, andai saja ia datang lebih cepat maka kejadiannya tak akan begini. Ia pasti masih bersama dengan Nich, makan dan mengobrol bersama.

"Pemiliknya Kurt Blackville, Ketua."

"Tunjukan wajahnya." Summer mendekat ke layar komputer bawahannya.

"Ini, Bu."

Summer memperhatikan lekat wajah Kurt yang terpampang di layar komputer, "Cari data lengkapnya."

Bawahan Summer langsung mencari data Kurt.

"Dia pemilik beberapa casino salah satunya Royal Casino dan dia juga memiliki beberapa club malam. Mr. Blackville tidak pernah melakukan pelanggaran. Ia taat pajak dan semua usahanya sudah ia laporkan pada pemerintah." Bawahan Summer memberikan data yanh ia temukan. "Tapi, Bu. Ada apa dengan pria ini?" Dan bertanya.

"Mobil ini menabrak mobilku beberapa hari lalu." Summer berbohong. Dia tak akan mengatakan tentang ada kemungkinan Kurt pelaku dari pembunuhan Dovian dan juga kekasih hatinya. Summer tak mengatakan tentang kecurigaannya pada siapapun termasuk ayahnya. Summer tak ingin jika pelaku hanya dihukum penjara atau mungkin pelaku lolos begitu saja setelah menyuap pejabat tinggi polisi. Melihat bagaimana kasus pembunuhan menjadi kasus perampokan, Summer yakin jika orang yang membunuh adalah orang yang licik.

♥♥

Summer sudah menemukan keberadaan Kurt. Ia masuk ke dalam club milik Kurt dengan menyamar sebagai pengunjung club. Summer melakukan penyelidikan sendirian. Ia yakin kecurigaannya benar.

Summer duduk di depan meja bartender. Matanya mengawasi Kurt yang duduk di lantai dua bersama dengan Serge. Dua pria tampan itu nampak sedang membicarakan sesuatu.

"Siapapun kau, aku akan membuat kau membayar kematian Nich. Aku pastikan itu." Summer mengepalkan tangannya.

Seorang pria di sebelah Summer memperhatikan Summer dengan seksama. Seringaian licik terlihat di wajahnya. Ia berbisik pada bartender yang ia panggil dengan mengkode.

Bartender memberikan pesanan Summer, wanita yang terus fokus pada Kurt itu menenggak minumannya tanpa berpikir jika pria di sebelahnya sedang tersenyum licik memperhatikan Summer yang meminum minuman yang telah diberikan obat tidur. Summer tidak biasanya seperti ini. Ia biasanya waspada namun karena terlalu fokus ingin membunuh Kurt ia jadi tak waspada.

Summer mulai merasa pusing, ia kini menyadari ada yang salah dengan minumannya.

Tubuhnya limbung.

"Aku tidak suka kau seperti ini, Dylan." Suara itu masih Summer dengar meski matanya sudah tertutup. "Dan kau, Vector. Dia milikku." Setelah suara itu Summer tak mendengarkan apapun lagi. Ia sudah benar-benar tidak sadarkan diri.

Unduh sekarang dan klaim hadiahnya
Scan kode QR dan unduh aplikasi Hinovel